Ana terburu-buru berangkat sekolah. Dia berjalan menuju halte bus dekat rumah dengan sedikit berlari-lari. Mama sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu dan akhirnya Ana harus bergegas kalo tidak ingin terlambat. Jalanan sudah tampak lengang. Hanya satu dua pejalan kaki yang ditemui Ana.
Kawasan tempat tinggal Ana adalah daerah pinggiran yang rata-rata bekerja dipabrik sejak pagi hari. Tak heran jika saat jam sekolah suasana jalanan akan sedikit lengang. Hanya beberapa motor yang ditemui Ana saat Ana bergegas menuju halte bus dekat rumahnya.
"Bruk...........," Ana tiba-tiba terjatuh, tanpa disadari dia menabrak sebuah sepeda yang melaju kearahnya.
"Kalo jalan yang bener dong!" bentak seorang cowok pemilik sepeda yang ditabrak Ana yang juga memakai seragam putih abu-abu seperti dirinya tapi bukan dari sekolah Ana karena Ana tidak mengenalnya dan tidak pernah melihatnya.
"Maaf Kak........," kata Ana merasa bersalah, tapi cowok itu pergi begitu saja dengan sepedanya tanpa mendengarkan permintaan maaf Ana atau menolong Ana yang terjatuh.
"Cakep-cakep kok galak banget sih!" gerutu Ana sambil memandangi cowok yang ditabraknya tadi.
Ana langsung berdiri dan berjalan dengan lebih berhati-hati dan waspada. Dia harus cepat sampai halte Bus dan naik bus yang menuju sekolahnya. Ingin sekali Ana bisa naik skuter maticnya ke sekolah agar tidak terlambat seperti ini. Namun Mama belum memberi ijin kalau Ana belum memiliki SIM. Ana harus bersabar sampai usianya 17 tahun yang masih tahun depan.
Sampai sekolah gerbangnya sudah tertutup. Ana tidak langsung putus asa, dia adalah temen dekat Pak Satpam yang selalu baik hati mau membukakan gerbang saat Ana datang terlambat ke sekolah. Ana memang baru kelas X tapi sejak Ana tinggal dengan mama, Ana sering terlambat karena rumahnya lebih jauh daripada tempat tinggalnya saat masih bersama papa. Dan dulu juga ada Papa yang selalu mengantarkannya ke sekolah.
"Mbak Ana telat lagi!" tegur Pak Soleh, Satpam yang baik hati pada Ana.
"Ijinin saya masuk ya Pak, hari ini saya ada ulangan. Pak Soleh nggak mau kan saya sampai dapat nilai jelek?" Ana memohon pada Pak Soleh dengan wajah memelas.
"Kali ini saja Mbak, cepat masuk sebelum ada murid lain datang," Pak Soleh membukakan sedikit gerbangnya agar Ana bisa masuk.
"Makasih ya Pak, Pak Soleh baik deh!" Ana bergegas masuk ke sekolah dan menuju kelasnya. Jessi dan Laura pasti sudah menunggunya dengan cemas di kelas. Ana tidak boleh terlambat untuk jam pertama hari ini karena akan ada ulangan dari Bu Siska. Ana sudah belajar bersama Mama tadi malam karena Ana ingin mendapatkan nilai yang bagus saat ulangan nanti.
"Akhir-akhir ini kamu kok sering telat sich An," ujar Laura.
"Rumahku kan jauh sekarang Ra, Mama pengennya aku pindah aja tapi aku nggak mau kehilangan kalian." Ana merangkul Laura dan Jessie.
"Ayo cepetan masuk, bentar lagi Bu Siska masuk. Udah siap buat ulangan?" tanya Jessi.
"Udah dong. Aku udah dicariin tempat duduk kan?!" Ana menatap temannya penasaran.
*****************Anastasya****************
"Sy, besok sabtu kamu nginep di rumah papa ya, Mama ada tugas ke luar kota." Pinta mama sambil mengusap-usap kepala Ana.
"Ana di rumah aja Ma, Ana berani kok," tolak Ana. Mereka sedang menghabiskan malam-malam bersama di ruang tengah ditemani televisi yang sedang menyala.
"Mama nggak tega Sy, kalo papamu tahu kamu di rumah sendiri nanti Papa marah," Mama merangkul Ana.
"Ana nggak suka disana kalo akhir pekan Ma. Papa sama tante Elen pasti ke gereja dan Ana harus ikut walaupun cuma di mobil!" mata Ana tak beralih sedikitpun dari layar TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Datang (Completed)
Teen FictionSaat hati Ana patah, Ana bertemu dengan Daniel. Cowok yang menyebalkan dan selalu membuat hari-hari Ana menjadi semakin buruk. Tetapi disisi lain, Daniel selalu ada saat Ana menangis. Daniel selalu membantu Ana saat Ana mengalami masalah. Akankah D...