Bagian 6

442 31 16
                                    

Siang begitu terik, Ana berjalan sendirian menuju gerbang sekolah yang sudah mulai sepi. Hari ini memang seluruh kelas pulang lebih awal karena ada rapat anggota komite sekolah. Tapi karena Ana ada kegiatan PMR ekstra jadi dia pulang lebih siang dari teman-temannya.

Seperti biasanya Ana duduk di bangku di depan gerbang untuk menunggu angkutan yang datang. Hari ini Ana pulang sendiri. Anita di jemput pacarnya beberapa waktu yang lalu, jadi sekarang Ana hanya sendirian karena seluruh anggota PMR yang lain juga sudah pulang. Hanya ada anak basket yang sedang latihan di bawah teriknya matahari. Tapi anak basket tetap semangat untuk latihan.

"Sayang, kita makan dulu yuk," seru sebuah suara. Secara reflek Ana langsung menoleh karena itu adalah suara Rafa. Ana melihat Rafa sedang bergandengan dengan seorang cewek dari dalam sekolah. Hati Ana menjadi sakit melihat semua itu.

"Makan kemana, Say? Aku jam 2 nanti udah ada kegiatan." Mereka berdua berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir di depan sekolah.

"Bentar ja kok say," Rafa sempat menatap Ana tapi Ana langsung menundukkan kepalanya berpura-pura sedang serius membaca bukunya.

Ana mencoba untuk cuek dan tak menangis lagi. Rasanya memang sakit, dulu dia adalah cewek yang digandeng Rafa, tapi sekarang dia adalah cewek yang sudah dicampakkan Rafa. Dia tak ingin menjadi orang yang cengeng seperti yang dikatakan Daniel padanya. Lho Daniel? Tiba-tiba Ana sadar dia baru saja memikirkan Daniel. Orang yang saat ini sangat dibencinya dan orang nomor satu yang harus dia hindari. Saat teringat tentang Daniel, rasa sakit karena melihat Rafa bergandengan tangan dengan cewek lain pun menguap begitu saja digantikan rasa marah dan jengkel untuk Daniel.

Setelah Rafa meninggalkan sekolah, Ana baru kembali menatap jalanan. Setelah itu dia reflek menoleh ke lapangan basket yang memang dekat dengan gerbang sekolah. Di sana Daniel bersama timnya sedang melakukan pertandingan 3 lawan tiga. Ana rupanya menyukai saat Daniel memainkan bola basket di lapangan yang terik. Bagi Ana itu adalah permainan yang mengesankan. Ana mengakui bahwa Daniel memang jago bermain basket. Tetapi kenapa Daniel harus menjadi orang yang menyebalkan untuknya? Pikiran itu terus berputar-putar di kepalanya sampai sebuah angkot berhenti di depan Ana.

Dari lapangan basket Daniel juga terus memandangi Ana yang bersiap untuk pulang dan masuk ke angkot yang berhenti di depannya. Daniel tak melepaskan pandangan sedikitpun dari Ana sampai Ana menghilang di dalam angkot.

"Den, ayo drible lagi bolanya....," teriak Rian salah satu anggota tim Daniel. "Liatin apaan sih?" Daniel tak menjawab tapi langsung mendribel bola lagi.

"Yan, kita istirahat dulu ya 5 menit." Ujar Afra, ketua Ttim basket sekolah. Rian dan Daniel serempak mengangguk diikuti anggota Tim yang lain. Mereka pun berjalan ke luar lapangan di mana terdapat tas dan bangku panjang untuk istirahat.

"Kamu tadi liatin Ana ya, Den?" tanya Rian sambil minum dari botol yang sudah disediakan.

"Dia temennya Anita," jawab Daniel santai.

"Kalo itu aku juga tahu, Den." Sambung Rian. "Ana itu mantan pacarnya Rafa, anak majalah sekolah."

"Dari gosip yang aku denger Ana itu dicampakin Rafa demi cewek lain. Ana itu kurang apa, kok tega-teganya disakitin seperti itu." Beni cerita dengan bersemangat. Anak-anak basket yang lain tahu bahwa Beni adalah orang yang selalu update gosip sekolah dan tak segan-segan untuk berbagi dengan teman-temannya.

Daniel tak berkomentar. Dia hanya tampak berfikir serius. Anak-anak basket yang lain tahu bahwa Daniel tak suka banyak bicara tapi juga bukan orang yang pendiam. Istilah kerennya Daniel itu cowok Cool, tapi beda dengan Rafa. Daniel punya banyak temen cowok di sekolah walaupun Daniel baru beberapa hari menjadi murid baru. Mereka tahu Daniel adalah orang yang asyik untuk diajak berteman.

Ketika Cinta Datang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang