"An, sebelumnya ibu minta maaf, kali ini kamu belum bisa mengikuti kompetisi. Pencapaianmu masih kurang dibandingkan Reza dan Dewi," ujar Bu Ratih lembut sambil memegang tangan Ana yang duduk di depannya, mata Ana langsung berkaca-kaca. "Ibu tahu kamu pasti kecewa, tapi kamu masih memiliki kesempatan tahun depan. Maka mulai sekarang belajarlah An, jangan sia-siakan waktumu lagi."
Ana hanya bisa mengangguk. Dan segera pamit dari hadapan Bu Ratih tanpa mengucapkan satu katapun. Itu adalah kejadian beberapa menit yang lalu. Sekarang Ana sedang duduk di bangku depan sekolah sambil terisak pelan. Ana merasa kecewa pada dirinya. Dia sudah berusaha selama 2 bulan ini untuk menyusul ketertinggalannya dari dua temannya tapi ternyata Ana belum mampu menyusul. Ana sadar ini semua adalah kesalahannya.
"Maafin Ana, Ma....," ucap Ana lirih.
Ana merasa sangat bersalah karena tak bisa memenuhi keinginan terakhir mamanya untuk mengikuti kompetisi MIPA tingkat Propinsi. Ana terus terisak sambil menutupkan kedua tangannya ke wajah. Ana nggak ingin terlihat siapapun sedang menangis di depan sekolah. Ana terus terisak selama beberapa menit.
Saat membuka matanya, dia keget setengah mati. Di sampingnya sudah duduk Daniel yang sedang mendengarkan music dengan santai.
"Ngapain kamu di sini? Mau ngatain aku cengeng? Aku memang cengeng, masalah buat kamu?" Ana berkata dengan ketus masih dengan terisak-isak.
"Jangan salah paham, aku hanya ingin duduk saja," Daniel duduk sambil bersedekap dan memejamkan mata. Ana yang melihat menjadi semakin jengkel, dan terus menatap Daniel dengan sebel. Tiba-tiba dia sadar, dia sudah tak menangis lagi. "Udah nangisnya?"
"Bukan urusan kamu!" Ana menjawab dengan ketus.
"Nggak perlu sedih, masih ada waktu satu tahun lagi. Tahun depan kamu bisa gantiin tempatku," ujar Daniel sambil memandang Ana.
"Maksud kamu apa?" Tanya Ana bingung sambil menatap Daniel.
"Setiap tahun akan selalu ada kompetisi MIPA propinsi. Saat aku kelas 3, nggak mungkin aku ikut kompetisi lagi. Jadi mulai sekarang belajarlah yang rajin dan yang paling penting jangan suka bolos sekolah," Daniel menepuk-nepuk pundak Ana dan pergi meninggalkan Ana.
Segala kebencian Ana segera luruh seketika. Apa yang dikatakan Daniel memang benar, dia masih memiliki waktu setahun untuk mempersiapkan semuanya. Ana tersenyum. Dia sadar Daniel memang baik seperti yang dikatakan Anita walaupun memiliki sisi yang menyebalkan juga. Ana juga sadar bahwa dari kata-kata Daniel yang menyebalkanlah yang membuat tangisnya berhenti. Tak lama kemudia Elen sampai. Ana sudah bersemangat lagi. Dia berjanji pada dirinya akan rajin pergi ke sekolah dan rajin belajar untuk mewujudkan cita-citanya.
*************Anastasya**************
Sudah seminggu berlalu sejak kejadian Daniel menghibur Ana. Sejak itu pula Ana tak pernah melihat Daniel lagi. Ana tahu Daniel pasti sedang sibuk mempersiapkan kompetisi.
"Kenapa aku jadi mikirin dia?" tanya Ana dalam hati.
Ana berjalan sendirian dari ruang PMR. Tanpa sengaja dia melihat Daniel sedang latihan basket bersama timnya. Ana sempat berhenti selama beberapa menit. Dia melirik jam tangannya ternyata sudah jam 5 lebih, Ana pun bergegas menuju gerbang. Hari ini dia harus pulang sendiri. Anita sedang sakit dan Elen sedang ada kerjaan sampe nanti malam. Papa ada urusan bisnis ke luar negeri. Tak ada yang bisa mengantar atau menjemputnya pulang.
Dari lapangan basket, Daniel juga sempat melihat Ana yang bergegas menuju gerbang. Dia penasaran dan terus menatap Ana. Kenapa Ana sesore ini masih di sekolah. Bukankah di atas jam 5 sudah tak ada kendaraan umum lagi. Daniel menjadi khawatir dan tidak konsen lagi latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Datang (Completed)
Teen FictionSaat hati Ana patah, Ana bertemu dengan Daniel. Cowok yang menyebalkan dan selalu membuat hari-hari Ana menjadi semakin buruk. Tetapi disisi lain, Daniel selalu ada saat Ana menangis. Daniel selalu membantu Ana saat Ana mengalami masalah. Akankah D...