Gemerisik daun mangga di depan ruang PMR tak mengganggu lamunan Ana sedikitpun. Ana duduk sendirian di teras ruang PMR. Wajahnya selalu cemberut sejak Ana melihat Daniel bersama Putri kemarin sore. Kadang Ana menarik nafas panjang untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Cemburu itu menyakitkan. Dan Ana tak menyukai rasa cemburu ini.
Ana sadar dia seharusnya tidak boleh bersikap seegois ini pada Daniel. Bagaimanapun Ana bukanlah siapa-siapa untuk Daniel. Ana selalu memikirkan posisinya dalam hubungannya ini. Dia tidak suka melihat Daniel bersama dengan cewek lain tapi Ana juga belum berani untuk menjalin hubungan yang serius dengan Daniel seperti dengan Rafa dulu. Ana masih trauma. Ana tak ingin tersakiti lagi tapi Ana juga tak sanggup untuk kehilangan Daniel lagi.
Daniel tak menghubunginya sejak kemarin sore setelah Daniel batal mengantarkan Ana pulang dan meminta Anita untuk menggantikan. Ana merasa kecewa kenapa Daniel tak menghubunginya langsung. Kenapa harus melibatkan Anita dalam hal ini. Tanpa Daniel ketahui, Ana juga mendengar saat Putri mengajak Daniel untuk berpacaran. Ana sekarang was-was apakah Daniel menerima cinta dari sahabat dekatnya itu.
"An, siang ini jadi ke apotik?" Daniel sudah berdiri di depan Ana, kedua tangannya dimasukkan ke kantong celananya.
Ana mendongak dan mentap Daniel. Selama beberapa detik Ana hanya terdiam dengan wajah murung. "Aku pergi sama Kak Anita, jadi Kak Deny bisa ikutan bimbingan akademik."
"Aku udah selesai bimbingan. Ayo aku anter, kalo nunggu Anita tar kesorean. Sekarang dia harus mengikuti bimbingan akademik." Daniel sudah berbalik menuju parkiran.
Ana menelan ludahnya. Niat ingin memberi alasan agar tidak pergi bersama Daniel malah membuat Ana tahu bahwa Anita sedang sibuk. Padahal Ana hanya mengarang saja. Akhirnya Ana berdiri dan mengikuti Daniel menuju parkiran.
"Tumben kali ini nggak berisik," ujar Daniel sambil menyetir mobilnya meninggalkan sekolah.
".........." Ana hanya terdiam sambil menatap jalanan dari samping tempat duduknya.
"O lagi males ngomong sekarang?" Daniel terus menggoda Ana. Tapi Ana tetap tak bergeming. Akhirnya Daniel memutuskan untuk diam.
"Makasih Kak," Ana langsung turun dan masuk ke dalam apotik tanpa menunggu Daniel turun terlebih dulu.
Dari mobil Daniel memandang Ana dengan sedih. Daniel tahu Ana pasti sedang kecewa dengannya. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Daniel memutuskan untuk menyusul Ana ke dalam. Ana sedang memesan obat-obatan apa saja yang diperlukan untuk kegiatan PMR. Daniel tak mengatakan apapun. Dia hanya berdiri di samping Ana yang sedang sibuk bertransaksi dengan apoteker. Daniel tampak asyik memperhatikan deret obat-obatan yang dipajang. Ada beberapa jenis obat yang sudah Daniel ketahui.
Apotik sedang ramai. Beberapa orang sedang menunggu giliran untuk dilayani. Walaupun apotik tampak penuh dengan obat-obatan tanpa pengaturan yang menarik tetapi banyak sekali pembeli yang datang. Apotik ini sudah sangat terkenal karena kelengkapan obat-obatan dan harganya yang miring. Daniel asyik menatap sekeliling apotik yang tampak berdebu dibeberapa bagian. Di pojok lain ada tumpukan kardus bekas obat-obatan yang belum dikeluarkan. Memang tampak sedikit semrawut. Namun dengan melihat banyaknya jenis obat-obatan yang dipajang kesemrawutan itu tak menjadi masalah.
"Kak Deny langsung pulang aja, tar aku biar dijemput. Rumahku deket kok Kak dari sini," ucap Ana tanpa memandang Daniel. Ana terus menatap etalase yang ada di depannya.
"OK...." Daniel langsung berbalik dan meninggalkan Ana.
Hati Ana langsung sakit mendengar jawaban Daniel. Matanya langsung berkaca-kaca. Dengan sekuat hati Ana menahan agar air matanya tidak jatuh. Dia tak menyangka Daniel akan mengiyakan semudah itu permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Datang (Completed)
Fiksi RemajaSaat hati Ana patah, Ana bertemu dengan Daniel. Cowok yang menyebalkan dan selalu membuat hari-hari Ana menjadi semakin buruk. Tetapi disisi lain, Daniel selalu ada saat Ana menangis. Daniel selalu membantu Ana saat Ana mengalami masalah. Akankah D...