Saat ini adalah saat-saat dimana elisa benci pada sifat gugupannya. Tangannya tidak bisa berhenti berkeringat sampai-sampai ia harus mengelap keringat yang ada di tangannya ke celana jeansnya.
‘aduh elisa, lo sekarang lagi ngapain sih. Ayo pikir pikir pikir, ngapain kek..’, elisa terus bergumam pada dirinya sendiri. ia berusaha tersenyum kalem walau kok kayanya makin tambah keliatan bego ya..
Si manajer terlihat kebingungan sendiri. Dengan ragu-ragu ia bertanya pada pria yang sedang menatap elisa penuh arti itu,
“mm.. maaf tuan, jadi.. ini bagaimana dengan sepatunya?”,
Pria itu melirik si manajer sekilas, lalu menyilangkan kedua tangannya di dada sambil tersenyum, “coba tanya sama cewek itu aja. Dia yang akan memilih..”
‘IDIH, NYEBELIN BANGET SIH INI COWOK.’, maki elisa dalam hati. Yasudahlah, kalau kata ayahnya dulu, apa yang terjadi, terjadilah.
Elisa lalu menarik nafas dalam-dalam, kemudian tersenyum lebar pada si manajer.
“Maaf pak.. kalau saya mau lihat koleksi lama yang ada di stock gudang bisa ga ya?”, ucapnya, setengah cengengesan.
Tanpa diduga-duga, pria yang ada di sampingnya langsung tertawa lepas, “nah gue suka gaya lo. Ambilin pak sepatunya..”, ucapnya dengan logat santai, tidak lagi formal seperti sebelumnya. Elisa menatap pria itu dengan pandangan heran.
Si manajer terlihat ragu-ragu,
“mm.. maaf tuan, tapi kami tidak bisa memberikan koleksi lama kami pada pelanggan.. terutama pada pelanggan VVIP seperti anda. Biasanya kami juga hanya menjual koleksi lama kami saat ada sale events, tuan.”
Pria itu tersenyum sinis sambil melipat tangannya, “tapi bukan saya yang meminta sepatu itu, melainkan wanita di samping saya ini. lagipula bukankah sale events akan diadakan kurang lebih dua minggu lagi? Ya sudahlah, kasih lihat sekarang saja.. atau kau mau aku menghubungi langsung director pemilik branch christian louboutin di Indonesia?”
Si manajer tersenyum kecut sambil melirik ke arah Elisa, lalu menyuruh karyawannya mengambil sepatu dari warehouse.
“baiklah, kalau begitu mohon tunggu sebentar.”, katanya dengan nada tidak antusias.
Elisa menatap pria di sampingnya dengan takjub. ‘Pasti orang ini sangat-sangat kaya’, pikirnya.
Tak lama, berkotak-kotak sepatu dibawakan oleh beberapa pelayan kehadapan elisa dan pria kaya itu.
Tidak berbeda dengan sepatu-sepatu yang dipajang di rak-rak kaca toko ini, sepatu-sepatu dari warehouse ternyata juga terlihat cantik.
Elisa terlihat sangat antusias. Ia tidak perduli lagi dengan si manajer ataupun pria kaya tadi. Ia memilah sepatu-sepatu cantik tersebut satu persatu, sampai matanya tertuju pada stiletto berwarna kuning yang dihias dengan payet-payet cantik berbentuk bunga-bunga kecil. Ada korsasenya lagi. Ia sangat menyukainya.
“Sepatu yang ini harganya berapa pak?”, tanya elisa semangat.
Si manajer memperhatikan sepatu itu baik-baik,
“ini sepatu sudah lama. kalau tidak salah sepatu yang ini di diskon 85%..”,
“Ah.. tapi sepatu itu seharusnya dikelilingi pita merah dan biru, sekarang pita-pita itu sudah copot. Lalu..”, ia memerhatikan ujung sepatunya, “ujungnya juga sudah agak kotor..”
“apa anda mau mengambil sepatu yang ini, nona?”, tanyanya ragu. Elisa langsung mengangguk dengan cepat, “tentu, tidak masalah.”
‘85 persen ! tentu saja, siapa sih yang tidak mau sepatu christian louboutin yang di diskon 85 persen? Cacat segini doang sih ga masalah.. aku bisa memperbaikinya dengan mudah.’, pikir elisa dalam hati. Ia berusaha menahan senyumnya.
Elisa keluar dari toko christian louboutin sambil tersenyum sumringah, membawa sekantong sepatu. ia berhasil membeli sepatu christian louboutin hanya seharga 900 ribu, dari harga yang seharusnya 6 juta. Luar biasa !
Maya tiba-tiba datang menepuk pundak elisa, membuatnya sedikit terlonjak karena kaget.
“May ! lo ke wc lama banget !”, gerutu elisa begitu ia membalikan badannya.
Maya tidak menggubris protes elisa, ia terlihat mematung melihat kantong christian louboutin yang dipegang oleh sahabatnya itu.
“Lo.. lo jadi beli, lis? CHRISTIAN LOUBOUTIN? Ga salah? Duit dariman–“,
Elisa langsung mendorong maya menjauh dari toko christian louboutin di depannya.
“SSSHH.. gausah teriak juga kali may. Malu-maluin aja.”
Maya memandang elisa kecut, “Tapi serius, lo beli tu sepatu harganya berapa? Gila kali lo ya.”
“Sembilan ratus ribu, May. Dari harga enam juta !!”, pekik elisa antusias.
“SERIUS LO? KOK BISA?”, Maya menatapnya tak percaya.
“Iya jadi tadi ada cowok kaya–“,
Elisa langsung menghentikan ucapannya, ia tersadar akan sesuatu. Pria kaya tadi !
Buru-buru ia langsung berjalan kembali ke arah toko christian louboutin, berniat mencari pria yang namanya tidak ia tahu itu. tadi kan elisa sedang bertaruh dengannya, kok bisa lupa ya.
“Ada yang bisa saya bantu lagi, nona?”, tanya pelayan toko begitu ia memasuki toko christian louboutin.
Ia memerhatikan sekeliling toko itu, tapi pria tadi sudah pergi entah kemana.
“ng.. ga ada apa apa mba. Permisi.”
Yasudahlah.. toh ia juga tidak kenal dengan pria itu. yang penting, pada akhirnya ia berhasil membeli christian louboutin ! Sepatu christian louboutin pertama dalam hidupnya !
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice in Shoeland
Fiksi Remaja"Give a girl the right shoes, and she can conquer the world." - Marilyn Monroe *** Apa yang kalian ketahui tentang sepatu? hanya sebatas alas kaki? Untuk Elisa, sepasang sepatu memiliki arti yang lebih dari itu. Ia percaya, sepasang sepatu adalah se...