Sinar matahari mulai menyelusup melewati jendela kamar Tiana. Gadis itu sesekali menggeliat dan menguap sambil mengucek matanya. Ia baru saja bangun, setelah beberapa kali mendengar teriakan bundanya. Ia melirik jam yang ada diatas nakas. Jarum jamnya sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Gadis itu merasa lemas untuk beranjak dari ranjangnya. Sebenarnya ia tidak ingin masuk sekolah hari ini. Entah apa yang membuatnya malas, namun jika hanya di rumah pasti nanti ia hanya akan disuruh membantu bundanya untuk membereskan rumah.
Jadi, ia memutuskan untuk tetap berangkat ke sekolah. Ya meskipun dengan niatan hanya ingin bertemu dengan teman-temannya saja.
Tiana baru saja selesai sarapan. Tumben sekali ia mau sarapan hari ini. Mungkin karena Indah memasak nasi goreng kesukaannya.
"Yah, ayo berangkat." ajak Tiana pada ayahnya setelah menghabiskan sarapannya.
"Iya sebentar. Oh iya nanti kamu pulang sendiri ya."
Tiana mendengus kesal mendengar ucapan Adi barusan. "Iyaa"
****
Tiana melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah dengan santai. Suasana saat itu lumayan sudah ramai. Karena sepuluh menit lagi bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Karena ramainya suasana koridor, Tiana sampai tidak menyadari siapa yang berjalan disampingnya. Setelah menyadarinya, ia mengalihkan pandangan ke arah orang itu. Raihan, cowok itu tersenyum manis ke arah Tiana. Gadis itu membalasnya dengan tersenyum samar.
Saat ini Tiana ingin menghindari cowok itu. Ia ingin segera mempercepat langkahnya, namun Raihan berhasil meraih tangan gadis itu lebih dulu.
"Tungguin dong, biar barengan gitu." ucap cowok itu.
Tiana memandang Raihan sekilas lalu mengarahkan pandangannya ke arah tangannya. Mengerti maksud dari Tiana, Raihan langsung melepaskan cekalannya.
Gadis itu kembali berjalan tanpa mempercepat langkah jalannya. Diikuti dengan Raihan di sampingnya.
Sudah tadi malam ia pikirkan, bahwa ia tidak akan berharap pada Raihan lagi. Gadis itu sudah mantap akan keputusannya. Sudah cukup lama ia mengagumi laki-laki itu. Namun seperti kenyataannya. Raihan tak pernah menganggapnya lebih dari teman.
****
Bu Marta. Tiba-tiba saja memberi tugas. Padahal dirinya tidak pernah menjelaskan tentang mata pelajarannya. Setiap jam pelajarannya pasti siswanya hanya disuruh untuk merangkum dari buku saja.
Tiana berdecak kesal saat mengetahui soal didepannya itu sangat rumit.
"Ah males gue ngerjain. Gapernah jelasin aja ngasih soal kaya gini." kesal Tiana.
"Iya nih, nyebelin banget." tambah Alea juga kesal.
Tiana mengedarkan pandangannya. Matanya melihat Raihan sedang tidur dengan kertas soal yang menutupi sebagian wajahnya. Tiana menggelengkan kepalanya. Kemudian ia menoleh ke arah Byan. Laki-laki itu tampak sedang menyalin jawaban dari Lyra, teman sekelasnya yang lumayan pintar.
Tiana masih setia melihat kelakuan Byan. Sampai akhirnya laki-laki itu melihat ke arahnya. Byan tersenyum meringis ke arah Tiana. Tiana memberi kode agar Byan mendekat kepadanya. Ia berniat untuk bertanya jawaban yang baru saja Byan salin dari Lyra.
![](https://img.wattpad.com/cover/125611714-288-k256469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU
RandomDestiana Alyssandra. Kehidupannya tidak seindah novel yang kamu sering baca. Hidupnya jauh dari kata sempurna. Namun beruntungnya Tiana memiliki keluarga yang lengkap, yang menyayanginya dan juga sahabat yang selalu ada disaat apapun.