6.

62 20 27
                                    


Tiana baru saja memesan mie ayam dan es jeruk favoritnya. Sebelum pesanan datang Tiana sibuk melamun, memikirkan apa yang kemarin terjadi. Ya, Tiana hanya sendiri kali ini. Alea memilih tinggal di kelas karena mau mengerjakan tugas. Jangan pikir Tiana sudah mengerjakan. Ia sama sekali belum mengerjakannya, tugas apa juga ia tidak tahu.

Memang Tiana sedikit kesal dengan Alea gegara kejadian kemarin. Meskipun begitu, Alea tetaplah sahabatnya. Ia tidak boleh egois, apalagi hanya karena masalah cowok. Tiana mencoba melupakan semua itu. Ditengah lamunannya, pesanannya pun datang.

"Ini silakan mbak pesanannya." Ucap ibu pelayan kantin sambil memberikan nampan berisi mie ayam dan es jeruk.

"Iya makasih." Balas Tiana sambil tersenyum yang dibalas senyuman juga oleh si ibu pelayan.

****

Tiana berjalan ke arah kelas. Ia berjalan dengan santai. Sejujurnya Tiana malas untuk kembali ke kelas, namun sebentar lagi guru akan masuk ke kelasnya. Tak sengaja mata indahnya menangkap sosok laki-laki yang dipikirkannya tadi. Raihan, cowok itu sekarang ini sedang duduk berduaan dengan Rara di depan kelas Rara. Rara adalah anak kelas 12 yang terkenal dengan dandanannya yang super menor. Bisa dibilang mirip tante-tante. Merasa risih dengan yang dilihatnya, Tiana mengalihkan pandangannya dan segera mempercepat langkah kakinya.

Sampai di kelas, Tiana beruntung karena guru yang mengajar belum masuk ke kelasnya. Ia segera mendudukan pantatnya dikursi tempat duduknya. Di sebelahnya Alea sibuk mengerjakan tugas.

"Tumben banget lo rajin Al." Ledek Tiana membuat gadis disampingnya menatapnya tajam.

"Oke terusin deh terusin." Sambung Tiana dibarengi dengan cengirannya.

Suasana kelas saat ini tidak ada bedanya dengan suasana di pasar. Tiana sudah maklum dengan hal ini. Tiba-tiba ia merasa ikat rambutnya ada yang menarik dari arah belakang. Membuatnya langsung berbalik arah. Ia menemukan sosok Byan yang nyengir ke arahnya. Tiana yakin, yang menarik ikat rambutnya tadi adalah Byan. Cengiran Byan dibalas tatapan mata tajam dari Tiana. Byan tau apa yang selanjutnya akan terjadi. Tebaknya, Tiana akan mengerjarnya keliling kelas sambil menyerukan namanya dengan suaranya yang cempreng itu. Benar saja, Tiana langsung berdiri dari tempat duduknya dan mengerjar Byan yang sudah berada di depan kelas.

"Byan balikin gak?" teriak Tiana sambil berlari mengerjar Byan.

"Gamau." ucapan Byan sambil menjulurkan lidahnya.

"Byannnn." teriak Tiana sambil menatap tajam Byan.

****

"Maafin gue ya Ti." Ucap seorang cowok pada gadis didepannya. Cowok itu merasa bersalah  pada gadis didepannya itu. Tak ada jawaban dari gadis itu. Ya mereka adalah Byan dan Tiana. Tiana lebih memilih fokus pada ponselnya. Ia tetap enggan untuk menjawab permintaan maaf dari Byan.

Byan kembali memohon kepada Tiana, "Maafin gue Ti, janji gue gak bakal kaya gitu lagi. Serius deh."

Tiana masih tetap diam berada diposisinya. Sejujurnya ia tidak tega pada Byan saat ini. Ia hanya ingin mengerjai Byan saja.

"Oke, lo sekarang mau apa? Gue turutin deh, asal lo maafin gue." Mohon Byan lagi.

Mendengar ucapan Byan kali ini, Tiana langsung menjawab ucapan Byan dengan cepat, "Oke, gue maafin. Tapi lo harus beliin gue es krim yang banyak terus anterin gue pulang."

"Ah dasar lo, kalo bagian kaya gitu responya cepet." Oceh Byan.

"Yaudah kalo gamau. Gue marah sama lo selamanya."

"Iya, iya. Yaudah lo tunggu disini gue ambil motor diparkiran dulu."

"Gamau, gue ikut lo aja. Ntar tau-tau lo kabur lagi." Ucap Tiana sambil mengikuti Byan. Cowok didepannya hanya bisa pasrah pada keadaan hari ini.

Semilir angin malam membuat gadis itu enggan untuk beranjak dari ranjangnya. Ia memilih duduk diranjangnya dengan berbalut selimut tebal untuk melawan dinginnya malam ini. Gadis itu fokus pada ponselnya. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan mencari sebuah nama yang ada dipikirannya.

Tiana : Makasih ya tadi:)

Selang beberapa menit, ada notifikasi dari hpnya. Ia langsung membukanya.

Byan : Iyaaaaaa.

Tiana bingung harus membalas apa. Kalau tidak dibalas, ia sudah terlanjur membacanya. Di tengah-tengah ia berpikir, tiba-tiba Byan mengirimi pesan lagi.

Byan : Daripada bingung mau bales apa, mending gausah dibales gpp.

Tiana : Apaan sih.

Pesan terakhirnya hanya diread oleh Byan. Gadis itu sangat kesal jika pesannya hanya diread oleh siapapun. Tak mau larut dalam kekesalannya. Ia memasang headset dan memutar lagu kesukaanya di sambi dengan ia mengikuti nyayian itu. Dari luar pintu kamarnya, ia dapat mendengar samar-samar suara teriakan yang sudah ia hafal.

"Woy... bisa diem gak sih lo. Berisik banget." Teriak seseorang dari balik pintu kamarnya. Ya orang itu Reza, kakaknya.

Tiana mengabaikan teriakan kakaknya itu. Yang diabaikan bukan malah berhenti meneriaki namun malah tambah berteriak sambil menggedor pintu kamar Tiana.

Merasa kesal dengan ulah kakaknya, Tiana balas dengan berteriak juga, "Ah elah. Iya iya, ribet banget sih."

Setelah dirasa kakaknya sudah tidak ada dibalik pintu kamarnya, Tiana kembali berteriak mengikuti nyanyian yang diputarnya.

"I know i can treat you better....."

"Tianaaaa, bisa diem gak?" teriak Reza lagi sambil menggedor pintu kamar Tiana.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang