8.

66 17 14
                                    

🌜SELAMAT MEMBACA🌛

Bantu vote dan comment ya.

☀☀☀

Matahari baru saja muncul dipermukaan. Sinarnya mulai menyelusup ke kamar gadis yang terlihat sedang tidur dengan nyenyaknya. Tiana bergulung pada selimutnya yang terlihat begitu nyaman. Ini adalah Hari Minggu. Itu tandanya Tiana akan menghabiskan waktu seharian di rumahnya. Mungkin lebih tepatnya di kamarnya.

Tiana kembali ke alam mimpinya. Hingga akhirnya suara deringan dari ponselnya berbunyi. Ia mencoba meraih ponselnya yang ada diatas nakas dengan keadaan mata yang masih tertutup. Setelah berhasil, ia menempelkannya ditelinga. Tentu dengan mata yang masih tertutup rapat.

"Halo?" suara khas serak seseorang yang baru saja bangun tidur.

Tak ada tanda-tanda disebrang sana. Malah deringan ponselnya yang kembali terdengar nyaring tepat ditelinganya. Membuat gadis itu menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.  Dan langsung membuka matanya lebar-lebar. Tiana baru sadar bahwa yang ia dengarkan itu tadi bukan nada panggilan, melainkan nada alarm. Ia lupa jika dirinya ada janji dengan Alea untuk jogging pagi ini. Ia melihat jam pada layar ponselnya, terlihat angka 09.30. Itu tandanya ia sudah molor beberapa jam yang lalu. Ia mencoba membuka aplikasi WhatsApp yang langsung menampilkan nama Alea di deretan paling atas.

Alea : Ti?

Alea : Tiana?

Alea : woy, jadi gak nih?

Alea : Tiana bangunnnnn. Ini udh jam berapa!!

Alea : P

Alea : P

Alea : P

Alea : P

Alea : KALO GK BLS BERARTI GUE MARAH SM LO!!!

Alea : oke fix, gue bt sm lo.

Tiana mengacak rambutnya yang sedari tadi sudah telihat berantakan. Ia kesal pada dirinya sendiri mengapa tidak bangun dari tadi.

Tiana : Al, sorry gue lg bangun nih. Gue gk denger alarm tadi. Maafin gue ya:(

****

Byan memandangi ponselnya dan sesekali tersenyum. Entah apa yang membuatnya terseyum seperti itu. Yang jelas sorot matanya yang fokus pada ponselnya itu menandakan bahwa dirinya sedang bahagia.

"Lo bikin perasaan aneh ini muncul lagi setelah lama gak pernah gue rasain." ucap Byan dengan senyum mengembang dibibirnya.

Kenapa gue jadi kaya gini?

Kenapa gue jadi mikirin lo sih?

Masa iya gue suka sama lo?

Enggak, enggak gak mungkin.

Batin Byan dalam hati, lalu ia dengan cepat sadar apa yang barusan dipikirkannya. Ia menggelengkan kepalanya dan mengacak rambutnya frustasi.


KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang