3.Ketemu lagi?

55 11 7
                                    

Kreek...

Arzan membuka pintu ruang kepala sekolah. Hawa dingin sangat terasa di dalam ruangan tersebut. Ia berusaha agar tidak membuka pintu ruangan itu dengan keras. Cara langsung masuk mendahului Arzan.

"Serasa jadi satpam di mall yang ada di sebelah pintu masuk,"

"Cocok."

Arzan menoleh ke arah Cara yang berdiri di depannya."Maksud kamu?aku cocok jadi satpam? Cowok setampan aku dibilang satpam?"
Arzan menggeleng-geleng kan kepalanya

Pembicaraan mereka berdua terhenti ketika Kepala sekolah masuk ke ruangan. "Silahkan duduk,"Kepala sekolah menunjuk dua bangku yang ada di hadapannya

Mereka berdua mengangguk kemudian duduk. Kepala sekolah tersenyum kepada mereka dan berkata,"Selamat atas kemenangan kalian. Bapak selaku kepala sekolah disini mewakili guru-guru yang lain mengucapkan banyak terimakasih karena kalian sudah mengharumkan nama SMA ini.

Jangan bangga sama hasil yang kalian raih. Kalian masih harus melanjutkan lomba di tingkat Provinsi. Bapak harap kalian dapat memanfaatkan waktu luang untuk belajar bersama dan saling mengoreksi kekurangan kalian masing-masing."

Mereka hanya mengangguk sebagai balasan dari perkataan kepala sekolah tadi.

🙆🙆🙆

Suasana ruang kelas Mipa-3 sangat ramai, karena Bu Ida guru yang mengajar saat jam pelajaran ini sakit. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi siswa di kelas ini karena pelajaran yang diajarkan oleh Bu Ida sangat sangat dibenci. Selain terkenal sebagai guru killer tugas yang diberi Bu Ida tidak tanggung-tanggung banyaknya.

Radit yang sedari tadi menggoda Cara yang sibuk membaca novel. Cara tidak peduli oleh sekelilingnya yang ramai karena Cara sudah terlalu hanyut dalam cerita di novel itu.

"Hai cantik sendiri aja nih? Mau abang temenin?" Goda Radit

Biasanya perempuan yang ia goda akan tersipu malu tetapi untuk Cara tidak, ia tetap diam dan fokus kepada buku yang ia baca. "Yah...dicuekin, lagi sariawan ya neng?" Cara sama sekali tidak merespon ucapan Radit

"Berisik lo!" Cara marah ia terganggu dengan ocehan Radit yang tidak penting itu

"Mampus lo! Singa betina-nya bangun. Mampus lo mampus!" Cibir Amel tiba-tiba

"Gila lo mel?cantik-cantik gini lo bilang singa? Yang ada lo kalik yang lebih pantes disebut singa. Dasar singa kelaparan." Ejek Radit dengan memeletkan lidahnya

"RADITTT!" Amel berteriak keras membuat seisi kelas memperhatikan mereka berdua.

Amel berlari mengejar Radit hingga keluar kelas. Ia tidak peduli jika nanti ia akan ditegur oleh guru karena keluar saat jam pelajaran. Mereka berdua terlihat seperti kucing dan tikus. Hingga sebuah suara memberhentikan mereka yang sedang berlarian. "Radit, Amel kalian ngapain lari-larian seperti itu? Kayak anak TK aja,"

"Ibu baru tau ya? Kita kan anak Tk yang nyasar,bu. Ini mau pulang ke Tk-nya." Jawab Radit tanpa dosa dengan cengiran

"Terserah kamu, saya udah pusing. Sekarang kalian kembali ke kelas!" Titah Bu Wati.

"Dan tolong bilang ke Carabella suruh ke perpus sekarang!"

"Ealah bu-bu, ujung-ujungnya juga mau minta tolong," gumam Radit pelan tapi sialnya Bu Wati mendengar ucapan Radit dengan jelas

"Kamu barusan bilang apa Dit?ulangi coba Bu Wati gak denger," bu Wati melirik curiga ke arah Radit

"Eh-enggak bu saya cuma bilang Amel jelek." Sahut Radit lalu meninggalkan Bu Wati yang masih berdiri di depan menatapnya

"Dadah, bu." Radit melambaikan tanganya ke Bu wati.

"Raditt.. tadi lo bilang gue jelek?lo nggak ngaca? Lo lebih jelek! Makanya sampai sekarang enggak ada cewe yang mau sama lo!" Amel membantah ucapan Radit.

"Yakin? Kalo elo nanti naksir sama gue baru tahu rasa!" Seru Radit.

"JIJIK!GAK BAKAL!" Amel segera masuk kelas dan duduk dibangkunya kesal.

"Cara lo disuruh ke perpus sama Bu Wati,"

Cara yang mendengar itu langsung menutup novel yang ia baca dan pergi begitu saja."Orang belum selesai bicara main pergi aja! Gak bilang makasih kek." Cibir Radit menatap kepergian Cara kesal.


😻😻😻


"Assalamualaikum, bu. Ibu tadi memanggil saya ya? Ada apa?" Tanya Cara sopan.

"Oh ini tadi ibu dikasih amanah sama bu Ida kamu disuruh baca buku ini,"
Jawab Bu Wati menyerahkan buku yang sangat tebal.

"Duduknya disebelah sana ya!" Bu Wati menunjuk bangku kosong. Disebelah bangku tersebut ada seorang laki-laki sedang membaca buku dengan serius. Cara tidak menghiraukannya ia langsung duduk dan membaca buku tersebut dengan tenang.

Saat Cara ingin membuka halaman selanjutnya ia dikejutkan dengan suara cowok yang duduk membelakangi nya tadi. "Cara!" Panggil cowok itu. Cara mendengus kesal ia benci jika ada orang yang mengganggunya. Cara tidak melirik kepada orang yang telah memanggil namanya tadi.

Ia melanjutkan membaca buku tadi,
"Mungkin kita jodoh ya dimana-mana ketemu." Cara menyadari suara yang disebelahnya ini adalah suara Arzan. Ia menatap Arzan sinis.

Tbc

Semarang 18.03

AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang