"Awww." Teriak Arzan membuat seluruh orang yang ada di kantin memperhatikannya.
"Eh, pangeran gue disiram kuah bakso sam si kutub utara!" Cibir beberapa fans Arzan. Arzan memiliki banyak fans disekolahnya, bagaimana tidak, ganteng, pinter, baik, ramah lagi.
"Maaf gue gak sengaja," ucap Cara sambil membersihkan beberapa bagian baju Arzan yang terkena kuah bakso. Arzan yang melihat sikap Cara mengernyit.
"Gue nggak salah lihat? Cara minta maaf dan bersihin baju gue?" Batin Arzan
"Ikut gue," ajak Cara menarik tangan Arzan menjauh dari kantin.
"Loh, lo kok bawa gue ke toilet cewek? Gue itu cowok bukan cewek, emang ada cewek seganteng gue? Gue juga bukan cowok brengsek yang suka ngintipin anak cewek tau!" Omel Arzan saat mengetahui ternyata Cara membawanya ke toilet cewek. *masih di depan toiletnya ya*
"Lepas baju lo!"
"Hah?lo gila? Gue mau diapain, gue masih suci, gue belum mau diapa-apain,"
"Bego! Gue cuma mau bersihin baju lo doang nggak lebih, cepet lepas!"
"Ngomong dong dari tadi." Jawab Arzan lalu melepas baju seragamnya dan sekarang ia hanya memakai kaos berwarna hitam.
Setelah beberapa menit Cara membersihkan seragam Arzan, ia menghampiri Arzan yang menunggu di luar toilet perempuan.
"Maaf." Cara menyerahkan seragam yang tadi ia tumpahi ke Arzan lalu melenggang pergi meninggalkan Arzan sendirian.
Arzan terpaku ia memutuskan untuk pergi dari situ juga.
-0o0-
Cara baru saja mendaratkan pantatnya di bangku. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang masuk ke kelas menghampiri Cara.
Menggebrak meja yang ada dihadapan Cara. "Lo tadi yang nyiram kak Arzan pake kuah bakso? Maksud lo nyiram-nyiram apa?"
Cara menatap sekilas perempuan yang dihadapannya ini. Celin, namanya setau Cara Celin adalah cucu dari pemilik sekolah tempat ia berada sekarang untuk menimba ilmu.
"Heh lo bisu atau tuli? Atau jangan-jangan lo tuli pake bisu?"
Cara tetap diam, berusaha untuk tidak memperdulikan perempuan yang ada di hadapannya ini. Ia fokus kembali pada novel yang ada dihadapannya.
"Woiii!jawab gue, Bego!" Sentak Celin lalu merebut novel Cara melemparkannya hingga terbanting keluar kelas.Arzan berjalan dengan santai sambil sesekali ia bersiul. Beberapa siswa perempuan memekik kegirangan karna berpapasan dengan Arzan dan ada satu dua siswa yang berani menyapa Arzan dengan kecentilannya. Arzan hanya menanggapi dengan senyuman khasnya. Ia tidak terlalu memperdulikan para fansnya. Tuhuan utamanya sekarang adalah pergi ke kelas 11 ipa 3 untuk menemui sang bidadarinya.
Sebelum masuk ke kelas Cara ia membenarkan tatanan rambutnya. Baru saja melangkahkan satu kakinya, ia merasa menginjak sesuatu yang tebal. Arzan menarik kakinya untuk menjauh dan mengambil benda dihadapannya. "Buku siapa ya?kenapa dibuang-buang, buku tuh berharga tau." Gumamnya.
Melanjutkan langkahnya, "Lo itu nggak usah sok jaim!JIJIK tau nggak?" Maki Celin.
Menjambak rambut Cara yang tadinya tergerai indah dan rapi.
"Woi, lo apain bidadari gue!" Sentak Arzan melihat rambut Cara yang ditarik oleh Celin.
"Lepasin!!""KAK ARZAN?!" Teriak Celin terkejut melihat Arzan berada dibelakangnya. Arzan menyingkirkan tangan Celin dari rambut Cara.
"Car--," panggil Amel terpotong saat melihat Arzan dan Celin dikelasnya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Amel bingung mereka hanya diam tak ada yang menjawab pertanyaan Amel.
Cara sangat geram dengan perlakuan Celin yang sama sekali tak beretika dan tak sopan itu. Ia berusah tidak peduli dan tidak menanggapi tapi saat Celin telah menarik rambutnya, Cara berdiri ia benar-benar muak. "LO KALO NGOMONG ITU MIKIR DULU PAKAI OTAK. JANGAN PAKAI LUTUT!"
"Gue mikir kok pakai otak, yang gue omongin itu kan kenyataan, LO ITU SOK JAIM." Celin membalas perkataan Cara dengan pedas.
"APA LO BILANG? LO MIKIR PAKAI OTAK?" Tatapan sinis Cara membuat Celin sama sekali tak takut kepada kakak kelasnya ini.
"OH, IYA GUE LUPA. OTAK LO KAN OTAK UDANG!" lanjut Cara tambah sinis
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak
Fiksi Remaja"Dinginnya sifatmu tidak bisa mengubah kenyataan. Kenyataan bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu!"-Arzan Kaleef