9

1.3K 261 43
                                    


Tahun itu adalah tahun terakhiku di sekolah dasar. Sejak aku dan Daehwi sama-sama naik ke kelas enam, Jinyoung, Jihoon dan Woojin selalu mengajakku dan Daehwi untuk belajar bersama di rumah Jinyoung.

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun aku belajar bersama dengan teman-temanku. Sesekali ibu Jinyoung menghampiri untuk sekedar memberi makanan untuk dimakan.

"Ya Daehwi-ya, Eunseol-ah. " panggilan Woojin membuatku dan Daehwi yang sedang sibuk mengerjakan soal matematika mengangkat kepala. Bisa kulihat Woojin menelan cookies moka di dalam mulutnya sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Apa kalian sudah memikirkan sekolah mana yang ingin kalian pilih? " pertanyaan Woojin membuat Jinyoung dan Jihoon yang sedang membaca buku sastra korea ikut mengangkat kepala masing-masing. Kemudian menempatkan fokus padaku dan Daehwi.

"Ah, benar juga. Aku belum memikirkan hal itu. " ujar Daehwi seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan ujung pensil mekanik di tangannya.

"Bagaimana denganmu, Seol-ah? " Woojin beralih menatapku. Ia kembali memakan cookies moka sembari menunggu jawabanku.

"Aku akan melanjutkan sekolahku di asrama. " aku tersenyum simpul di ujung kalimat. Entah apa yang salah dengan jawabanku, keempat temanku tersedak dengan jus jeruk buatan ibu Jinyoung yang sedang mereka minum.

"Itu artinya kami tidak bisa melihatmu untuk tiga tahun? " tanya Daehwi setelah mengelap daerah di sekitar mulutnya dengan tisu yang tersedia.

Aku tersenyum simpul seraya mengangguk sebagai jawaban. Tapi entah kenapa keempat temanku terlihat berat untuk menerima keputusanku.

"Kau yakin akan masuk asrama, Seol-ah? " giliran Jihoon yang bertanya. Suaranya memecah gelembung keheningan yang sempat menyelimuti atmosfer ruang tamu rumah Jinyoung. Lagi, aku mengangguk untuk merespon pertanyaan Jihoon.

Dan ya, aku benar-benar masuk ke sebuah sekolah berasrama. Bibi Jihyun awalnya tidak begitu setuju dengan keinginanku. Namun begitu kujelaskan alasan kuat yang membuatku terdorong untuk masuk ke asrama, bibi Jihyun akhirnya mengizinkanku.

Alasanku sederhana saja. Aku hanya tidak ingin merepotkan bibi Jihyun. Ia sangat sibuk dengan urusan kantornya. Kebetulan setelah aku lulus dari sekolah dasar posisi bibi Jihyun di kantornya dinaikkan. Akan sulit nantinya bagi bibi Jihyun membagi waktunya untuk bekerja dan mengurusku.

Hari keberangkatanku ke asrama datang dengan cepat. Hari itu bibi Jihyun dan aku sibuk mengemas barang yang harus kubawa ke asrama. Mulai dari pakaian, alat makan, alat mandi, alat tulis dan lain sebagainya.

Bel rumahku berbunyi ketika aku sedang menutup koperku. Aku menoleh ke arah pintu yang dibukakan oleh bibi Jihyun. Selanjutnya bisa kulihat Jinyoung, Jihoon, Daehwi dan Woojin yang masuk ke dalam rumahku secara bergantian. Keempatnya langsung menghampiriku untuk kemudian ikut duduk bersamaku di atas karpet bulu ruang tamu.

"Apa kau akan membawa semuanya, Seol-ah? " tanya Daehwi tanpa melepas pandangannya pada barang-barang yang memang harus kubawa di sekitarku. Aku kemudian tertawa kecil dan mengangguk sebagai respon.

Jinyoung yang duduk tepat di sebelahku mengambil kertas yang berisi daftar barang yang harus kubawa. Aku membiarkannya membaca seluruh daftar itu selagi Jihoon dan Woojin membantuku untuk memasukkan alat-alat tulis ke dalam sebuah boks.

"Kau sudah memasukkan obat, Seol-ah? " tiba-tiba Jinyoung bertanya ketika aku tengah menutup boks. Aku mengernyitkan alisku heran, kurasa aku tidak punya penyakit khusus apapun. Tapi kenapa Jinyoung malah bertanya seakan obat itu sangat penting?

[✔] the first snow • bae jinyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang