2. Teror Subuh

952 25 2
                                    

Disubuh yang masih selarut itu, suasana hening menyelimuti para penghuni rumah gedeg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disubuh yang masih selarut itu, suasana hening menyelimuti para penghuni rumah gedeg.

Hanya suara jangkrik dan gangsir saja yang dengan setia menemani sunyi.

Samar-samar kokok ayam jago timbul-tenggelam.

Kukuriyuk nya tak segagah seperti biasa.

Dinginnya benar-benar menusuk kulit hingga ke tulang, sehingga tubuh dalam rumah gedeg yang masih lelap dalam tidurnya berselimut jarik dan sarung semakin merapatkan selimut²nya sampai terasa hangat.

Tak ada satupun nyamuk yang menguing karena hawa dingin yang tambah menyeruap itu.
Nyamuk betina masih berdiam disarangnya menelurkan generasi jentik pada air bening yang tersisa.

Keheningan lambat laun terganggu.

Tiba-tiba tanah bergerak-gerak, bergetar dengan teratur dan lama-kelamaan getarannya menjadi semakin keras sekali.

Semua perkakas dalam rumah berjatuhan dan menimbulkan suara berisik.

Bruak…gedebuk…bruak..!

Suara perkakas semakin banyak berjatuhan.

“A...! Ada apa ini?!” lelaki yang bernama Pak Mardjan itu terkejut dalam batinnya.

“Bu...!, Nak! bangun, bangun bangun! Ada lindu sepertinya! Lindu...Ayo keluar..! Keluarrrr!” tangan Pak Mardjan menggoyang-goyang tubuh seluruh anggota keluarganya yang masih terlelap.

Tetap saja lelap.

Tanpa berpikir panjang langsung disambar, digendongnya si bungsu menuju keluar, takut jangan-jangan atap rumahnya akan ambruk menimpa tubuh yang sedang dibalut mimpi!

“Gempa...! Lindu...!”

“Gempa…!Lindu...!”

“Gempa…! Lindu…!”

Diluar rumah terdengar jeritan, teriakan bersahut-sahutan penuh ketakutan.

Semua yang berada didalam rumah langsung berhamburan keluar menuju ke tanah lapang.

Sebagian berlari ke  semak-semak, tiarap dan bersembunyi.

BUUM..! BUUM..! BUUM..!

Suara gemuruh bagaikan batu gunung yang berguguran dari puncaknya.
Dentuman suara itu semakin keras dan kencang laksana bumi yang tertimpa pecahan meteor.

Suasananya semakin mencekam.
Hiruk pikuk ketakutan semakin terdengar.

Tirta, anak sulung dari Pak Mardjan tersentak dari tidur lelapnya.
Suara hiruk pikuk penuh histeris membuat Tirta semakin terkejut.

“Ada kejadian apa ini?” gumam Tirta dalam hati sambil berusaha menenangkan dirinya.

BUUM…! BUUM..!

“Suara itu terdengar lagi! Ayo cepat keluar semua!” teriak Pak Mardjan.

Dentumannya semakin keras men jadi² dan ber ulang².

Tirta masih berusaha memenangkan hatinya dengan kondisi yang terjadi.

“Tidaklah mungkin ini gempa….sepertinya…?” batin Pak Mardjan.

Dengan sigapnya Pak Mardjan menepuk bahu Tirta dengan kencangnya.
Tirta pun tersadar dari kebingungannya.

Pak Mardjan dan keluarganya  mendongak  keatas.

Masih tampak gelap, tidak nampak suatu apapun, cuma siluet pepohonan besar yang bergoyang-goyang limbung diterpa angin kencang.

Sayup-sayup...

Tiba-tiba terdengar timbul dan tenggelam suara raungan aneh…

Semua warga memicingkan mata dan memasang telinganya dengan serius.

Suara yang teramat ganjil....

Bersambung 3

Cerita Orang MalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang