Burung Prenjak terlihat lincah berlompatan kecil.
Berkejaran antara pejantan dengan betina.Burung pejantan tubuhnya ramping dan kepalanya menonjol serta paruhnya kurus meruncing berkicau bersahutan merdu antar pejantan lain dengan irama khasnya terdengar dari arah utara.
Kejantanan dipamerkan nampaknya.
Suara tinggi rendah, menghasilkan irama yang terdengar indah ditelinga bagi siapa saja yang lewat ke arah sana.
Suara itu sangatlah alami nan merdu. Kemerduan suaranya akan khas tatkala Prenjak akan melangsungkan perkawinan.
Pejantan akan mengikat induk betina dengan mengeluarkan suara yang memukau.Kaki bercakarnya berlompatan indah mencengkeram kuat dari satu dahan kedahan lainnya.
Kepalanya tegak mendongak dibarengi dengan tegak pula ekornya yang bergoyang dan mekar bak kipas.Kicauannya lantang membangunkan alam dan seolah-olah menantang siapa pun yang mendengarnya.
Daun pohon trembesi gugur beterbangan tertiup angin hingga akhirnya jatuh berserakan ke tanah yang masih berselimut embun.
Buliran-buliran embun yang sebagian menempel di pucuk dedaunan, sedikit demi sedikit mulai menguap seiring menggeliatnya sang mentari dan hembusan sang bayu.
Mentari pun menampakkan lingkar sempurna menyapa semua makhluk bumi.
Cahayanya yang kuning keemasan menyeruak di antara pepohonan.Pesona alam yang sungguh menakjubkan!
Sepanjang mata memandang, tampak hamparan sawah luas membentang. Tangkai padi pun tersipu-sipu malu karena hembusan sang bayu.
Rumah-rumah penduduk desa yang berjajar di seberang jalan, dari kejauhan seperti deretan gerbong kereta api.
Rumah-rumah ayaman bambu berbentuk joglo itu sangatlah sederhana.Memang, desa ini banyak dikelilingi tanaman bambu. Bambu banyak tumbuh liar di tepian sungai yang bernama Kali Metro.
Gerumbulan tanaman bambu atau orang Jawa biasa menyebutnya dengan barongan.Desa ini bernama Desa Kawi karena terdapat gunung yang menjulang tinggi yaitu gunung Kawi.
Kalau dilihat dari kejauhan, gabungan dari gunung Kawi sampai gunung Panderman itu, maka akan terlihat seperti seorang putri yang sedang tertidur diatas tanah.
Lidah bukitnya yang menjulur indah, lahan luas nan subur bagaikan gelaran permadani hijau menunjukkan desa ini sangat makmur dan damai.
Pekerjaan keseharian penduduk Desa Kawi itu adalah bercocok tanam sebagai petani.
Mereka menggantungkan hidupnya dengan hasil tanam sendiri dari bertani.Swasembada memang lekat dengan kepribadian desa ini.
Hingga suatu saat, terdengar malapetaka yang akhirnya mengubah desa yang dulunya gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karto raharja.
Kekayaan alam yang berlimpah, keadaan yang tenteram itu...
Menjadi sebuah desa yang diselimuti kabut tebal.Kabut yang akhirnya pula mengubah nama desa ini sesuai nasibnya.
Bersambung 2