Saat ini pasangan suami istri itu tengah bersantai di depan televisi.
Arina memakan kue kering.
Richard meminum kopinya.
Televisi menampilkan film dengan volume keras.
Real Steel. Film kesukaan Arina.
"Jadi bagaimana kegiatanmu tadi pagi?"
Rich bertanya, memandang bibir Arina yang mengunyah kue dengan banyak.Tidak heran jika di lemari es banyak camilan.
Mungkin itu bisa habis dalam 3 hari."Tadi ada rapat bulanan. Anggaran kali ini lebih besar. Mungkin proyek kali ini sangat hebat."
"Bekerjalah di kantorku." bujuk Rich.
"Tidak bisa. Aku nyaman di Winter company." senyum Arina.
"Lalu bagaimana dengan kenyamananku Arina?"
Richard memandang Arina sendu."Ada apa?"
"Aku harus memikirkanmu setiap saat."
"Aku tidak yakin. Saat pekerjaan menumpuk tidak ada fikiran selain harus menyelesaikannya."
"Yah.. Dan bagaimana cara agar cepat sampai di rumah." sambung Rich.
"Rin kawin yok." seringai Richard.
Selera humor Rich telah kembali.Seperti remaja lainnya Richard menjadi sosok yang penuh tawa dan sedikit mesum.
"Emm.. Aku pikir-pikir lagi deh."
"Siapa yang nyuru mikir. Gak nyambung."
"Apasih!"
"Ar, melayani suami tuh wajib Ar. Wajib."
"Yee, gak usah deket-deket kali kalo ngomong. Muncrat tuh ludah."
Arina mendorong kening Richard dengan telunjuknya.Walaupun sebenarnya ludah Richard tidak rekreasi, tapi kedekatan mereka membuat Arina gemetar secara samar.
Richard adalah sosok pria remaja yang hampir dewasa. Tingginya 180. Walaupun tidak ada otot yang berlebihan tapi memandang bisep dan otot kakinya yang kuat cukup membuat nyali Arina ciut.
Sedari mereka pacaran, Arina tidak pernah mengijinkan Richard berbuat melebihi batas. Takut dia tidak bisa mengendalikan diri.
Selama ini Arina betah berpasangan dengan Richard karena dia adalah sosok pemuda yang tampan, walaupun cengirannya selalu bikin cewe senyum, tapi Arina tidak terlalu suka. Karna itu akan membuat kadar rasa suka bertambah dari ke hari.
Dan yang paling penting Richard adalah sosok yang pintar dan tidak pemalas. Hebatnya lagi dia mau menerima Arina yang serampangan dan belum bisa disiplin.Arina was was, dia akan berbuat jauh malam ini. Arina tidak siap. Jujur saja.
Apalagi saat ini mereka cuman berdua.
"Aku kangen gak ketemu kamu kemarin."
Perubahan alur, tiba-tiba Richard memeluk tubuh Arina erat.
Hidungnya mengendus bahu dan menjalar ke leher Arina.
Rasa hangat dan nyaman melingkupi.
Tubuh Arina yang halus menekan tubuh Richard yang padat.Teng..
Menolehkan kepala, Arina menengok handphone yang berdering, ia membuka hp dan melihat pesan dari Ika.
Perempuan cantik, yang sedikit mesum.From: Ika
Ar, gue mau nikah.To: Ika
Syukur dong. Siapa calonnya.From : Ika
Ada deh. Besok gue tunjukin fotonya ya?To : Ika
Oke
Arina teringat pembicaraan tadi di meja meeting, kalo mereka akan membahas topik calon suami Ika, eh mala kelupaan.
Saat Arina selesai membalas pesan dari teman dekat di kantornya itu, ia terkejut mendapati helaian rambut Richard ada di depan wajahnya.Arina baru sadar kancing piyamanya telah lepas semua.
"Rich, jangan."
"Kamu kenapa sih? Kita nikah tujuannya yah salah satunya ini Arina. Menyalurkan hasrat seksual pada pasangannya. Masa dari dulu gak ngerti juga."
Richard bersedekap.
Merasa kesal karena lagi-lagi Arina menolaknya.Menghembuskan nafas lelah, Arina menelan ludah.
Sebenarnya Arina tidak siap.Tapi mau bagaimana lagi.
Mungkin saat ini Rich sangat membutuhkan itu.
Tidak di pungkiri, terkadang Arina juga memiliki kebutuhan biologis.
Saat masa akan menstruasi terutama.
"Ia deh. Gak usah ngambek kali."
Arina kembali membuka kancing baju tidurnya.
Ia duduk di pangkuan Richard dengan malu-malu.Ia menundukkan kepala.
Sementara Richard menahan senyum.Aha! Rencana berhasil.
Richard tersenyum, malam ini dia akan membobol Arina. Itu janji di hatinya.Toktoktok.
Bunyi ketukkan pintu membuat Richard mengerang kesal.
"Siapa yang bertamu di malam hari." gumam pria itu kesal.
-----
![](https://img.wattpad.com/cover/123163920-288-k776748.jpg)