"Aku tidak mau tau, sekarang pinjemin aku celana, aku mau tidur Rich." aku melotot di depan Richard yang duduk di tepi ranjang dengan santai menyangga tubuh dengan kedua lengan di belakang sebagai tumpuan.
"Udahlah malam pertama kenapa ribut sihh." senyuman itu. Senyuman kalem yang bikin orang was-was.
Kata malam pertama membuatku tambah panik, aku mondar-mandir memikirkan kiranya kain apa yang bisa buat nutupin selain segitiga pengaman yang udah basah di kamar mandi.
"Kamu yang sopan yah! Gak ada malam pertama."
Berhenti sejenak untuk membalas perkataan suami yang resmi tadi pagi."Emang mau aku jajan di luar!"
Aku menelan ludah saat Richard berkata seperti itu.
No.
Mana ada kayak begituan.
Sebagai wanita juga aku gak pengen liat suami telanjang bareng wanita lain.
"Iya deh, tapi gak sekarang ya??!"
Aku mencoba nego dengannya.
Berasa kayak jual beli aja.
Tapi ini demi kesejahteraan bersama.
Suami puas, istri pun senang.
Puas di beri janji harapan maksutnya."Trus kapan Arinaaaaa, nunggu gua impoten??? Iya!"
Bahkan saat ini aku hanya berdiri tegak mendengar suara frustasi Richard.
Aku terpaku sejenak.
Apa aku sudah keterlaluan?"Ya jangan dong, aku juga pengen kawin kali!" rajukku, mencoba mengiming-ngiming dengan kata kawin.
Aku mendekati Rich yang duduk, merangkul lengannya.
Tidak lupa memberinya senyum semanis mungkin."Bagus. Kenapa gak sekarang aja???" Kali ini Richard berwajah datar. Menatapku lekat. Iris matanya berwarna hitam pekat. Alisnya yang tebal, membuat tatapannya terkesan tajam.
Oh tidak, aku bisa menghadapi kelakuannya yang kekanakan tapi tidak untuk yang satu ini.
Sifat dewasanya keluar. Mati berdiri ini nantinya."Eh dasar bocah, mentang-mentang udah gak perjaka. Nantangin yang masih perawan."
Aku mencoba berkata konyol hanya untuk mengembalikan pikiran Richard yang santai dan biasa.Tapi tidak bisa.
Ngeselin.
Aku berdiri lagi, berdiri di depan Rich.
"Lagian juga gua udah siap."
Gumamnya."Siap aku sunat, ia?"
Buru-buru dia menangkup selangkangannya, dan otomatis aku mengikuti gerakan itu.
Ish.
"Jangan dong, kamu gak akan tega kalo aku berdarah-darah nanti.
Tidak memperdulikan ocehannya aku berjalan mematikan lampu, dan kembali ke atas ranjang, mencoba terlelap.
"Aku tidur, selamat malam." gumamku.
"Bahkan aku belum selesai berbicara." balasnya.
Perkataan lesu Rich membuatku tersenyum samar.Aku menarik selimut sebatas leher, aroma ranjang dan bantal membuatku mengantuk.
Kelelahan sepanjang hari tadi, membuatku terlelap lebih cepat.
Hal terakhir yang aku ingat, Rich bergerak mendekati tubuhku.
Mencari posisi yang sekiranya bisa membuat Rich nyaman.
Aku tertidur menghadap atap. Lengan Rich menyampir di bahuku. Dan kepalanya berada di atas pundak. Menciumi leherku sekilas.Dan aku memejamkan mata menjemput kedamaian.
..........
