Ini hari ke 5 pernikahanku dengan Richard.Setelah di pertimbangkan dengan matang dan gosong. Akhirnya kita memutuskan untuk beli rumah di pojok desa ini.
Lingkungan tidak terlalu ramai.
Malah terkesan sepi.
Entah kenapa tidak ada Rich disini membuat rumah terkesan seram.
Halaman luas membuat aku berfikir yang tidak-tidak setiap malam.
Tidur sendiri seperti ini aku membayangkan bagaimana kalau ada hantu bergaun putih di pojok kamar..
Rich tadi pamit ke luar kota nemenin papi meeting.
Perusahaan baru-baru ini maju.
Jadi rejeki apa aja bakal di diambil.
Apalagi sekarang udah punya istri, kata Rich kemarin.
Alhasil disinilah aku sekarang.
Tidur di tengah ranjang luas.Memikirkan hal yang tidak penting dan mistis.
Lebih baik aku menonton tv.
Aku menyalakan televisi dan mencari berita. Lalu mengeraskan volumenya.
Tengtengteng..
Itu bunyi hp jadul aku.
"Ar kirimin gue foto lo dong..." aku membaca pesan dari Rich.
Aku membuka kamera dan mengambil fotoku saat ini.
Lalu .. Kirim
Teng..
From: R
Yang lebih hot dong. Ini burem.To: R
Kamar lagi mati lampu.
From: R
Ya di nyalain lah..To: R
Ogah.
From: R
Males banget sih..To: R
Aku takut gerak, rumah luas bikin serem.
From: R
Alesan,.. Kangen kan lu..To: R
Gak lah.
From: R
Aku lusa pulang.. ☺To: R
Gak tanya.
From: R
Tapi pengen tau kann...Aku tidak membalas pesan terakhir Richard.
Tau aja kalo aku kepo.Pingin cepet-cepet ketemu. Biar gak takut kalo dirumah sendirian.
Tengtengteng...
From: R
Marah ya. Entar aku tambah lama loh gak pulang-pulang.To: R
Aku mau tidur.
Ngantuk.From: R
Ok. Mimpiin aku Ar.
Aku memutar lagu All Of Me.Mematikan TV yang sedari tadi ngoceh keras buat menghilangkan suara hewan malam.
Lalu bunyi kriik.. Kriiik bersahutan.
Berasa kayak di hutan.
Meletakkan HP di meja kecil samping ranjang.
Aku berlari menuju kamar mandi.
Cuci muka dan gosok gigi.Setelahnya meringkuk di bawah selimut tebal yang hangat.
Ranjang terasa luas tanpa Richard.
-----------
Pagi sekali aku terbangun karena telepon dari Efi, hari ini ada pertemuan di kantor pusat, jadi ia mengingatkanku untuk segera bangun.
Aku memasak daging giling di lemari es.
Membumbuinya dengan bawang, lada, dan garam.
Lalu merebusnya hingga matang.Sambil menunggu, aku pergi ke kamar menyiapkan pakaian kerja, dan berkas yang dibutuhkan nanti yaitu data keuangan yang kemarin di rekonsiliasi.
Aku turun melihat masakanku.
Dagingnya bewarna putih, pasti sudak matang.
Aku menumisnya segera.Hampir 15 menit aku memasak. Dan sekarang pukul 5. Aku makan dengan cepat.
Setelahnya mencuci piring.Melap piring dan menaruhnya di rak lemari.
Aku berlari ke atas. Segera melepas baju dan mandi.
Tanpa berias, aku menyisir rambut dan memakai setelan kemeja putih yang di masukkan ke celana panjang warna biru tua.
Aku menaikkan pinggang celana lebih keatas.
Tepat di rusuk.Setelahnya aku menenteng tas isi berkas juga make up.
Lalu memakai fantovel 5 sentiku. Warna oren cerah.
Hmm.. Betapa berwarnanya hidupku.----
Turun dari sepeda motor aku berjalan menuju lift.
Menekan tombol 5 lalu pintu lift tertutup perlahan.Saat sudah benar-benar sepi aku membuka tas dan mengambil cermin, memoleskan lipstik warna merah gelap tipis-tipis.
Biar gak kayak tante-tante yang lipstiknya tebal, aku berusaha dandan lebih muda, biar Rich gak ilfiel deket aku.
Entah kenapa semenjak nikah, aku lebih suka make up.
Alami kayaknya. Semua wanita akan berusaha tampil menarik di depan suami.Aku mengambil parfum dan menyemprotnya di tangan.
Lift berhenti di lantai 4.
Seseorang masuk.Pria tinggi dan langsing.
Malu. Pasti liftnya bau parfum ini.
Kayak gak ada tempat rias aja sih. Bodoh Arina.Aku menoleh dan membalas senyumannya.
"Istrinya pak Richard ya?"
"Iya. Kok tau?"
Arina itu pertanyaan bodoh!
Aku merutuki diri sendiri. Kok kayak alay gitu sih. Pasti efek pubernya Rich nih."Saya-"
Belom selesai ngomong aku potong dulu."Saya duluan ya pak."
Aku berjalan menuju ruang meeting.Meski muda tua disini entah seperti aturan kasat mata bahwa ngomong sama orang asing harus formal.
Memasuki ruangan luas yang harum lemon.
Peserta rapat sudah penuh. Di tengah meja banyak hidangan yang tersaji.
Lampu proyektor menyala. Dan manager keuangan baru masuk setelah aku menarik kursi tempatku.
Aku duduk disamping Efi.
Disamping kiriku ada Ika, teman dekat."Hai Efi."
Aku tersenyum menatap Efi yang terlihat cantik dengan kemeja putih dan rok pensil selutut.
Lalu menoleh ke arah Ika.
"Ar aku mau nikah."
"Bagus dong. Siapa calonnya."
"Ceritanya panjang. Entar aja, rapat udah dimulai."
------------
Tbc
