🕢
Richard berjalan ke ruang tamu untuk membuka pintu.
Perasaan lega itu hadir membuat sekujur tubuhku yang tadi penuh antisipasi menjadi tenang.
Bahuku turun.Aku mendongak melihat kawanan Richard masuk, termasuk juga yang punya rumah berjalan di depan sendiri, memimpin jalan.
"Kak, malam ini kita nginep ya? Soalnya hari ini ada tugas makalah. Kan Richard pinter kalo yang begituan." seru Qafiq.
"Begituan apa?" sahut Richard.
"Yah ngerjain makalah, apa lagi?" balas Toni.
"Ya udah, kalo Richard ngijinin, kalian boleh bermalam disini." aku tersenyum memandang wajah mereka yang penuh harap.
"Yey. Richard apa kata kakak katanya."
"Emm, kalian mau cemilan apa untuk belajar?" tanyaku.
"Ah, kita gak pemilih kok kak." dengan cengiran lebar Toni juga mengiyakan.
Aku mengangguk dan berjalan menuju dapur, mencari apa sekiranya hidangan yang pastinya jadi banyak.
Membuka lemari es, aku mengambil buah apel, anggur, melon.
Mengupas dan memotong dadu semuanya, yeah, maksutku kecuali anggur yang akan hancur kalo di potong. Kemudian menaruh potongan buah di mangkok kaca yang besar."Sayang, kenapa kamu ijinin mereka nginep."
Aku menoleh melihat Rich berjalan ke arahku, lalu memeluk tubuhku dengan erat dari belakang.
Aku menggeliat merasakan tekanan lengan keras Rich di sekeliling pinggang dan perutku."Itu juga kan biar tugas kalian cepet selesai." bujukku sambil mengusap kepalanya yang bersandar di bahuku.
"Aku bisa mengerjakannya sendirian, lagi pula papa memberiku cuti untuk permintaan maaf karena kemarin mengajak pergi di hari bulan madu kita."
Bingung dengan perkataan Rich yang gak nyambung."Terus? Apa hubungannya."
Aku mengambil tiga garpu di rak. Menaruhnya di dalam mangkuk kaca."Biar mereka pergi dan kita bisa melanjutkan apa yang tertunda." Rich membisikkan kalimat itu dengan usapan ringan di rusukku, membuat nafas ini semakin tidak beraturan. Geli dan aneh.
Apa semua pria selalu berfikir mesum? Mungkin iya, mungkin tidak.
Aku yakin pria yang lelah sepulang kerja tidak akan sempat berfikir mesum.Aku menangkap jemarinya, "Kalo kamu udah selesai dengan tugasnya aku akan beri itu. Bawa makanan ini, aku mau tidur."
Membalikkan tubuh aku melihat Richard yang mengangguk cepat dan mengambil mangkuk kaca ke ruang tengah.
Buru-buru aku lari menaiki tangga, lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.
Di kaca wastafel aku memandang pantulan wajahku yang merona, rambut ikalku di ikat tinggi. Mataku yang jernih terlihat berkaca-kaca.
Sial. Aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk sesuatu yang akan terjadi nanti.
Bayangan Richard yang ada di bawah sedang mengerjakan makalah dengan tekun dan cepat untuk mempersingkat waktu agar keinginannya segera terpenuhi, membuatku terasa ngilu semua.
Aku berkumur dan pergi ke ranjang, melepas sandal rumah, lalu merebahkan tubuhku menghadap atap.
Membuka kaitan bra, aku melepas braku dan menaruhnya di besi kepala ranjang.
Tidak terbiasa memakai bra saat tidur, membuatku merasa sesak, dan rusukku akan sakit jika braku tidak di lepas terlebih dahulu.Lalu meminum air di gelas yang aku sediakan sebelum tidur, dan meneguknya beberapa kali. Setelahnya menaruh gelas kosong di meja dengan benar.
Kembali rebah di ranjang.
Memeluk guling, dan aku mencoba merayap ke alam mimpi.