10

173 5 0
                                    

🕔

Richard membuka mata mendengar bunyi berisik dari bawah, memaksa tubuhnya untuk duduk.

Ia merasa begitu kelelahan.

Selimut meluncur turun dari lehernya, ia menoleh ke kiri melihat Arina masih di sana.
Terlelap.
Rambutnya yang ikal terurai di atas bantal, lengan Arina rebah di atas kepala.

Senyum Richard tidak surut dari wajahnya.

Dia memikirkan apa yang di lakukannya semalam.
Bayangan adegan kawin mereka masih segar di ingatan Rich, remasannya, goyangannya, sentuhannya, semuanya.

Sekarang dia merasa begitu lega dan bangga telah memiliki Arina. Keseluruhannya.

Tidak ada lagi bayangan Arina akan pergi darinya.

Mungkin setahun kedepan mereka bisa menimang bayi.

Seakan tersadar dari lamunan panjangnya, Rich bergegas bangun dan mulai mandi.

Ada yang harus di urusnya pagi ini, yaitu memberi makan bocah yang menginap di rumahnya semalam.

Richard terus melotot di bawah kucuran shower, takut memejamkan mata lebih lama dia akan memikirkan hal-hal mesum.

Setelah melewati ritual mandi yang memakan waktu tiga puluh menit
Turun ke bawah, ia mengambil kendali di dapur, Qafiq berhenti mengunyah bengkoang yang di temukannya di samping wastafel tadi, jakunnya naik turun menelan buah, melihat wajah cerah Rich membuat Qafiq lega begitupun Toni yang berhenti menumis kacang, demi melihat wajah menyilaukan Richard.

Wajar saja. Tadi malam adalah malam mencekam pertama kali terjadi selama dua tahun pertemanan mereka.
Richard tadi malam membagi tugas dengan tegas.

Mereka di suruh berfikir keras, membaca buku tebal untuk materi, mengetik cepat di halaman laptop, membendel hasil print out yang tebal.

Bahkan tidak ada jeda untuk mereka makan suguhan dari tuan rumah.

Kacau.

Qafiq dan Toni sempat down, dan termangu di kamar tamu untuk waktu yang lama setelah Richard mengantarnya ke kamar depan, memberi banyak makanan tapi harus di makan di sana, memberinya dua selimut tebal, dan memperingatinya agar tidak keluar kamar.

Tapi mereka menurut, walau bayangan akan game online di TV plasma Rich tidak terkabulkan.

Dan mereka akhirnya makan sambil bergosip, lalu tidur kekenyangan.

"Umm, Rich, tadi kita udah cuci selimutnya." kata Toni.

"Nah, tumben kalian rajin, lagipula gak di cuci juga gak papa." sahut Richard menggantikan Toni memasak.

Menambah lada bubuk dan garam.

Hanya tumisan kacang panjang, kacang mede, makaroni rebus yang banyak kejunya.

Itu sarapan mereka.

Di panci penggorengam tersedia banyak, mereka membaginya menjadi empat piring sama rata.

Dari arah tangga Arina turun memakai drees kuning cerah selutut, tangga berdekatan dengan dapur, rumah mereka bukanlah rumah mewah khas orang kaya.
Hanya rumah minimalis, yang tangganya dari besi dan di samping dinding ruang tengah, yang sebelahnya lagi dapur.

"Entah mengapa pagi ini terasa sangat cerah." celetuk Toni.

Sedikit menyinggung.

Tapi Richard hanya tersenyum tipis, membuka ruang duduk untuk Arina.

"Terimakasih." Arina mendongak melihat Richard mengangguk setelah itu duduk di sampingnya.

"Aku tidak terlambat turun kan?"

"Enggak kok." Qafik tersenyum menatap wajah tanpa make up Arina di pagi hari. Cantik.

"Tapi terimakasih untuk penginapan dan fasilitas gratisnya." sahut Toni.

"Ok, Qafiq. Pimpin doa nya. Kali ini kau. Kau telah makan banyak pagi ini." perkataan Rich membuat Qafiq mengangkat tangan, di ikuti semuanya yang mendengarkan doa Rich.

"Umm.. Tuhan barokahi makanan kami juga rumah ini, beri aku uang dan mobil. Amin."

"Amin"

"Amin."

"Not bad." dengan suara bass nya Rich berkata di keheningan.

Arina dan Toni terkekeh mendengar panjatan doa Rich.

Mereka mulai menyantap makanan dengan lahap.
Mereka sudah kelaparan.

🕐

Hari ini Richard tidak kerja, malah tidur-tiduran.
Tidur tengkurap.
Sedangkan aku duduk menyender di kepala ranjang, menghapus kebosanan dengan memainkan gadget Rich.
Menungguinya untuk bangun.

Aku melihat medsos Rich. Facebook.

Lihat foto profilnya yang berdiri santai agak kedepan dari mobil merah metaliknya, 670 like 59 komentar,

Aku membaca isi komentarnya.

Aifi
Kereeeeen...

Inui
Cakeep hbs mt mlm

Zaskia lia
Nice

Via Titin
Waaaaa 😊

Wiwit
Mlm ganteng??

Nelly I
Very nice

Ihs, banyak yang ganjen lagi, Rich juga ada bales beberapa. Bales selamat malem juga, makasih, dan lain seterusnya.

Aku mengguncang bahu Rich di dekatku
"Richard."

"Mmm" hanya gumamannya yang ku dengar.

"Sejak kapan kamu centil kayak gini."

"Apasih."

"Kamu tuh ganti profil satu bulan sekali. Mana sok akrab lagi sama temen asing."

"Itu tahun lalu Ar, lagian aku juga gak pernah buka itu lagi." gumam Rich.

"Masa sih?"

"Aku buat akun konyol gitu cuman nurutin kamu dulu."
Kali ini Richard membuka matanya.
Menarik Arina untuk rebah di diatas dadanya.

"Bener sekarang udah pensiun."

"Ia."

"Mana temennya cantik-cantik, bening gini."

"Tapi aku sukanya yang asli kayak kamu, tidak semu seperti mereka."

"Bisa aja ini menjadi awal dari perselingkuhan!"

Arina tetap mengutak atik gadget Richard, kepalanya di jepit lengan tapi ia masih bisa melihat dari sela-sela rongga.

"Nyatanya kita sudah menikah."

"Riich. Aku bosen di kamar terus." Arina mendongak, jarak wajah mereka begitu dekat.

"Yaudah sana keluar. Aku mau tidur."

Arina melongo menatap suaminya kembali memejamkan mata.

Dasar kebo!

-----

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sing SaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang