Desc: Masashi Kishimoto
Pair: SasuNaru, MitsuBoru.
Rated: T
====== Happy Reading ======
Tidak terasa kehamilan anakku, Boruto telah mencapai bulan kesembilan. Tapi kehamilannya ini menurutku agak berbeda dengan kehamilan yang lain. Tidak, tidak, bukan karena janinnya memiliki kekurangan atau kelebihan, apalagi bentuk perutnya kotak. Tidak, bukan itu.
Kebanyakan orang yang hamil tua sudah tidak ngidam atau emosi berubah-ubah. Namun berbeda dengan Boruto, di bulan kesembilannya ia masih ngidam dan bahkan emosinya masih naik-turun.
Seperti sekarang, ketika aku, dan Sasuke tengah bersantai di ruang keluarga bersama bayi kembar kami. Boruto keluar dari kamarnya sembari mendumel.
"Boruto, ada apa?" tanyaku yang heran dengan sikapnya.
"Aku kesal Tousan. Mitsuki lebih memilih buku-buku dan berkas itu dari pada aku!" gerutunya.Kuperhatikan Sasuke yang memangku Menma di pangkuannya sebelum berkata,
"Dia kan kuliah sekaligus kerja. Jadi wajar saja dia sibuk dengan berkas dan buku." Boruto memasang wajah sebal.
"Tapi kan Tousan, aku juga butuh perhatiannya. Tapi dia malah cuek banget. Barusan saja aku sampai marah-marah padanya. Huh!" gerutunya.
"Bagus Boruto, dia memang pantas mendapatkan itu. Berani sekali dia mengabaikan anakku—aduh!" Kucubit pinggang Sasuke yang malah memanas-manasi Boruto hingga membuatnya mengaduh sakit.Aku kembali menghadap pada Boruto.
"Bukankah sekarang dia sedang di kantor?" tanyaku. Boruto mengangguk sebagai jawaban. Lalu ia berkata,
"Tadi aku memarahinya di telepon. Setelah puas marah, kumatikan saja teleponnya, biar tahu rasa dia." gerutu Boruto lagi.
"Kerja bagus! Dia mem— kenapa kau menginjak kakiku,Naruto?" Kulayangkan tatapan tajam pada Sasuke, menyuruhnya untuk berhenti memanasi. Dan untungnya, cara itu selalu berhasil. Sasuke langsung bungkam dan lebih memilih bermain dengan kedua anak bungsunya.Aku menghela napas,
"Ya sudahlah, sebentar lagi juga dia akan pulang dan meminta maaf padamu." Tak butuh waktu lama setelah aku berkata demikian, kudengar suara mobil tiba di depan rumah. Disusul suara ribut sampai pintu yang di dobrak, sosok Mitsuki terlihat tengah mengatur napas di ambang pintu masuk. Setelah dirasa cukup mengatur napas, Mitsuki bergegas menghampiri Boruto dan menggenggam tangannya erat."Boruto, maafkan aku! Sekarang aku sudah pulang, kau jangan mencari ayah baru untuk anakku!" serunya sembari menciumi punggung tangan Boruto.
"Aku akan memaafkanmu kalau kau mau mengabulkan permintaanku." Sasuke berjengit saat mendengar perkataan Boruto.
"Aku merasakan firasat buruk." gumam Sasuke sembari meraih remote tv. Aku mengangkat bahu tak peduli."Aku ingin kau mencium pipi papa." —krak!
Aku menatap Sasuke horror saat tangannya menghancurkan remote tv yang tengah ia pegang dengan mudah. Sementara itu, dari seluruh tubuh Sasuke menguar aura suram yang amat kentara. Melirik pada Mitsuki, kulihat ia tengah memasang wajah hidup segan mati tak mau. Agak geli juga sih melihat ekspresi kedua Seme ini.Sasuke itu dikenal seantaro konoha sebagai seorang eksekutif muda tampan yang cool. Yang orang ketahui, Sasuke itu jarang atau mungkin tidak pernah menunjukkan ekspresi apapun. Sementara Mitsuki dikenal sebagai orang yang selalu tenang dan selalu tersenyum. Tapi siapa sangka, keduanya dapat bersikap konyol hanya karena seorang Boruto.
"S-sayang... K-kenapa harus mencium Sasuke-Tousan?" Mitsuki berujar dengan tampang memelas. Boruto sendiri tanpa rasa bersalah memasang senyum manis.
"Tidak apa-apa kalau kau tidak mau. Teman tidurmu malam ini cuma guling dan sofa kalau begitu." Aku nyaris saja terbahak saat melihat ekspresi merana Mitsuki. Apalagi saat Mitsuki dengan terpaksa menyanggupi permintaan Boruto. Tapi karena kasihan, aku menahan tawaku sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
anakku dan hidup barunya
Fanfictionsetelah sebelumnya boruto ribut tentang touchannya yang memiliki kekasih lagi setelah ibunya meninggal, sekarang giliran sasuke dan naruto yang ribut mengenai anak mereka, boruto. "sasuke! sepertinya kita harus segera menikahkan boruto!" jelas saja...