Dear, My Life

3.8K 71 6
                                    

Akhir-akhir ini aku merasa aneh.
Aku merasakan sedih lalu tersenyum bukan pada waktunya. Seharusnya aku berada di posisi bersedih. Tapi kenapa aku tersenyum dan di balik senyumanku itu rasanya hambar.

Seperti masakan yang kurang akan racikan bumbu dapur.
Seperti hujan yang kadang kala tak mengerti mentari.
Seperti batu karang, deburan ombak tak pernah mengerti betapa sakitnya batu karang dihantam terus-menerus oleh dirinya.

Seseorang pernah berkata padaku, bahwa menutupi kesedihan di hadapan orang lain itu baik. Aku setuju dengan itu. Sebab muka yang sedih tidak enak dipandang, justru membuat orang lain ikut bersedih.
Tapi, perasaan yang sedih ditutupi roman bahagia pun aku merasa janggal.

Sungguh aku tak mengerti apa mauku.

Terkadang aku merasa jatuh cinta. Pada seseorang, yang tidak aku ketahui siapa dan seperti apa orangnya.

Sama.

Seperti bintang yang jatuh hati pada rasi. Mana tau bintang dicintai rasi?
Hanya kita, makhluk pribumi yang bisa melihat betapa nyata cinta sang rasi.
Tapi aku tidak mau menjadi rasi. Betapa menyedihkannya dia mencintai bintang yang tak pernah tau cintanya.

Ini, cinta anak manusia, yang sama seperti rasi.

Dan aku, baru sadar begitu tabahnya daun menyayangi angin.

_________

SMK & SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang