INTERMEZZO

276 11 0
                                    

Ini adalah intermezzo dari Sepotong Okonomiyaki Cinta.
Sakura, Ino, Hinata, Temari dan Tenten berkeluh kesah tentang kehidupan mereka di rumah. Menceritakan tentang ibu mereka.

Special for Mother's Day
Dalam Kedai Itu

Hari itu matahari seolah sangat bahagia hingga sinarnya sangat terang dan tentu saja panas. Beberapa orang keluar rumah dengan payung dan sunblock demi menjaga kulitnya agar tidak terbakar.
Salah satunya Sakura. Gadis gulali ini berjalan dengan kaki yang sedikit dihentakkan dan mulut yang mengerucut seperti bebek. Dia badmood. Dia kesal dengan orang-orang di rumah.

"Oi Sakura!" Sakura mengedarkan pandangannya dan menemukan Tenten yang melambai padanya. Bergegas, dia menyusul teman bercepolnya itu.

"Apa semua sudah berkumpul?"

"Temari akan telat."

"A, souka."

Hari ini, jadwal mereka berkumpul. Seperti hari-hari sebelumnya, mereka selalu mempunyai 1 hari bebas untuk berkumpul dan bersantai dari aktivitas mereka yang melelahkan. Setelah lulus SMA, hanya beberapa orang saja yang melanjutkan kuliah di universitas yang sama--Universitas Konoha misalnya. Sisanya ada yang melaniutkan di universitas swasta lain sambil bekerja. Ada yang melanjutkan bisnis keluarga--seperti Temari--dan belajar di sekolah khusus.

Bunyi lonceng mengalun lembut saat Tenten dan Sakura memasuki kedai langganan mereka. Kedai yang terletak di pinggiran sungai yang merupakan ikon kota Konoha dan sangat terkenal.
"A! Itu Ino dan Hinata." Tenten menunjuk ke sebuah meja di pojok dan dekat dengan meja pemesanan.

"Pig, aku kangen." Sakura kemudian memeluk Ino erat saat mereka sudah berada di dekat meja favorit mereka.

"Dasar jidat! Kita 'kan bertemu setiap hari!" Ino mendorong tubuh Sakura hingga terlepas. Fokusnya kemudian beralih ke Tenten. "Hai Ten. Apa kabar?"

"Baik. Sangat baik malah." Tenten tetsenyum. "Kalian sendiri apa kabar?" Tenten dan teman-temannya pisah kota. Tenten memilih pindah ke Ame mengikuti Kakashi dan merawat ayah Neji yang tidak ingin berada di Konoha.

"Kami juga baik. Kapan-kapan ajak kami ke Ame dong. Aku ingin merasakan seperti apa kota hujan itu." kali ini Sakura yang menjawab  "Kamu semakin putih Ten."

"Jelas dong. Di Ame kan sinar matahari jarang nampak. Wajar kalau Tenten menjadi semakin putih." Ino memutar bola matanya mendengar Sakura mengucapkan hal yang menurutnya bodoh.

"Isssh!" Sakura yang kesal semakin mendongkol mendengar penjelasan Ino. "Teman sedang badmood malah diledek. Dasar! Teman macam apa kau!"

"Nggak ada yang meledekmu Saki. Kamu nya aja yang sensi. Ada apa sih sebenarnya?"

Sakura menghela nafas sebelum memulai curhatannya. "Ini berhubungan dengan orang-orang di rumah. Tadi pagi aku dan ibu bertengkar. Kalian tahu karena apa?" Ino dan Hinata menggeleng. Sedangkan Tenten hanya menyimak mereka. "Karena Sasori-nii." Ino menaikkan sebelah alisnya. Tak ada yang berani memotong ocehan Sakura, atau dia akan ngamuk. "Si kepala merah itu mengadu ke ibu tentang kebiasaanku yang bangun siang saat kuliah dan jarang memasak di apartemen. Membuatnya kelaparan. Dia mengadukan itu dengan bumbu-bumbu sialan yang membuatku jadi sasaran kemarahannya. Ibu bilang dia akan memotong uang bulananku kalau aku tetap seperti itu pada kakak kepala merahku. Aku tahu kakak jenius itu sibuk layaknya profesor, tapi masa' harus aku yang menyiapkan segala sesuatu untuknya? Gara-gara itu juga, aku hampir tak bisa bertemu kalian. Ibu mengomel sepanjang pagi dengan menyuruhku ini lah, itu lah. Rasanya kepalaku ingin meledak." Sakura mengakhirinya dengan meneguk lemon tea dingin dihadapannya.

"Salahmu juga sih." Sakura menatap tak percaya pada Ino. "Kalau kau memang menumpang di apartemen kakakmu, seharusnya kamu tahu diri dong. Minimal bantu memasak atau apa gitu. Pantas saja kalau Sasori-nii marah."

Sepotong Okonomiyaki CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang