Chapter 13

213 18 0
                                    


Tenten dan Sasuke saling diam di taman yang beberapa menit yang lalu mereka kunjungi. Bangku taman yang dingin seolah menertawakan mereka. Baru saja mereka berniat menghilangkan kegalauan mereka di taman hiburan, sialnya sumber kegalauan mereka tiba-tiba muncul dengan membawa kebahagian yang bagi mereka menyayat hati.

"Kau kenal Sakura?" Tenten memulai pembicaraan.

"Hn." jawab Sasuke menatap datar air mancur yang menyipratkan beberapa anak airnya ke mereka. "Aku bertemu dia saat dia berteduh di depan kedai."

"Aa. Souka (a, begitu)." setelahnya mereka diam. Tenggelam dalam pikiran yang berkecamuk liar. "Dia cantik ya." gumam Tenten kemudian.

"Hm?"

"Aa. Nandemonaiyo (bukan apa-apa.)." Tenten menggeleng seraya tersenyum pada lawan bicaranya. "Ayo, aku ingin tidur."

"Kau mengajakku tidur?" kekeh Sasuke. Tenten memanyunkan bibirnya.

"Males amat!"

"Oke-oke. Malam ini kau tidur dimana?"

"Aku punya kenalan di dekat gedung pertunjukan Konoha. Dia pemain teater di sana. Sudah lama dia ingin aku tinggal bersamanya, tapi aku menolaknya. Dan sekarang dia sangat senang, karena selama dia tampil, aku akan menjaga apartemennya."

"Kau suka tinggal bersamanya?"

"Sangat suka. Tapi nggak enak merepotkan dia." Tenten berlari mendahului Sasuke. "Bolehkah aku kerja di kedaimu, Sasuke?" Tenten berjalan mundur seraya menautkan kedua tangannya di depan dada. Memohon dan memasang puppy eyes untuk meluluhkan Sasuke.

"Tck." Sasuke berdecak, lalu terkekeh melihat gadis panda di depannya yang memasang puppy eyes menjijikkan. Dia mengerti Tenten tak ingin terus menumpang tanpa berusaha untuk membantu orang yang ditumpanginya. "Aku akan mengizinkanmu kerja di tempatku kalau kau berhenti memasang wajah menjijikkan itu."

"Arigatou." Tenten kembali mensejajarkan langkahnya dengan Sasuke. "Bagaimana rencana itu?"

"Aku masih memikirkannya."

"Aku mendukung apapun keputusanmu."

"Hn. Arigatou."

***
Sakura berhenti di depan rumahnya dengan Neji yang terus tersenyum menatapnya.
"Terima kasih, Neji."

"Aa, tak apa. Lain kali kau mau pergi lagi?"

"Boleh saja. Tadi sangat menyenangkan. Aku sedikit relaks dengan ini. Seolah semua tugasku lenyap." Neji terus menatap gadis musim semi di depannya. Neji menyukai caranya bercerita. Dia sangat menggebu-gebu saat menceritakan apa yang dialaminya tadi di taman bermain. Air mukanya yang ceria, juga matanya yang ekspresif, membuatnya tersenyum seraya tetap menatap gadis dengan helaian merah muda di depannya.

"Kau sangat bahagia. Aku bersyukur. Maafkan aku yang dulu." Sakura menatap sesaat pada Neji sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya karena pipinya memanas. Manis sekali, pikir Sakura.

"Pinky? Kaukah itu?" Sakura merengut. Suara Si kepala tomat itu merusak suasana yang tercipta di antara mereka.

"Aa. Aku harus masuk. Terima kasih untuk malam ini. Jaa ne." Sakura menghilang di balik pintu. Neji dengan hati yang berbunga meninggalkan kediaman keluarga Haruno.

****

"Tenten kemana?" baru saja Neji memasuki rumah, ayahnya langsung menodongnya dengan pertanyaan yang membuatnya kesal seketika.

"Mana kutahu. Aku bukan ibunya." jawaban yang tidak memuaskan bagi ayahnya yang terlihat sangat khawatir. Neji tertawa getir. Ayahnya mencari orang yang bahkan tidak memiliki ikatan darah dengannya, sedangkan darah dagingnya sendiri malah diabaikannya.

Sepotong Okonomiyaki CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang