Chapter 10

285 27 7
                                    

Sakura memasuki rumahnya dengan langkah sepelan mungkin. Setelah membuka pintu yang terkunci dengan kunci cadangan miliknya dengan hati-hati. Dia takut ketahuan karena pulang selarut ini. Setelah Sasuke menyatakan ingin berpacaran dengannya, Sakura langsung meminta pulang dan meninggalkan Sasuke yang terbengong-bengong menatap kepergiannya. Dia belum memberikan jawaban pada Sasuke. Memang dia juga menyukai Sasuke, namun dia tak yakin apa dia cinta pada Sasuke. Dia juga masih ragu untuk berpacaran. Dia takut merasa sakit seperti waktu itu jika nanti mereka putus. Dan lagi, dia masih belum mengerti tentang pacaran. Sakura kemudian menghabiskan sisa waktunya hingga malam ke sebuah danau favorit keluarga mereka. Untuk sekadar menenangkan pikirannya.

"Darimana kau, adikku sayang?" suara itu menghentikan langkah Sakura. Dia menyadari keadaan rumahnya tak lagi gelap seperti saat dia memasukinya tadi. Dengan sedikit takut, Sakura memandang ke kanan, tempat dimana suara itu berasal. Gaara dengan wajah horor dan tangan yang terlipat di dadanya menatap tepat pada Sakura yang masih dengan seragam sekolahnya.
"Sekolah macam apa yang pulang pukul 10 malam?"

"I-itu.....anu....nii---"

"Kemana kau tadi? Wali kelasmu menelepon nii-chan tadi. Kau bolos ya?"

"I-itu, aku nggak bolos kok. Aku....."

"Terus, apa namanya kalau kau nggak ada di sekolah tanpa keterangan apapun, heum?"

"Aku....tadi terlambat, makanya sekalian bolos." aku Sakura seraya menunduk penuh penyesalan. Gaara menghela nafas lega lalu merangkul tubuh adiknya.

"Lain kali, bilang kalau mau main. Biar yang di rumah nggak kelabakan nyariin kamu. Jangan bilang okaa-san, ngamuk nanti dia." Gaara mematikan lampu ruang depan dan membawa Sakura menaiki tangga ke lantai 2. Saat melewati kamar Sasori, Sakura mendengar suara aneh. Dia melepaskan rangkulan Gaara dan membuka pintu kamar Sasori dengan paksa. Yang empunya kamar terlonjak dan langsung berdiri menutupi layar televisi.

"Lihat apaan kau!" tuduh Sakura mencoba melihat layar televisi yang terhalang tubuh kakaknya.

"Sayang, sudahlah. Ngapain kamu buang-buang tenaga buat Sasori. Mending tidur gih. Supaya----"

"Supaya apa? Supaya kalian bisa nonton film blue bersama-sama hah!?" Gaara diam mendapat sorotan tajam Sakura. "Tobat dong kalian! Kecanduan kok film blue! Yang keren dikit gitu, misal kecanduan belajar atau kecanduan kerja."

"Kan yang nonton kita, yang rugi kita imou. Kamu nggak usah khawatir." Sasori mengeluarkan puppy eyes-nya.

"Nggak usah khawatir pala lo botak! Aku cewek disini. Menurut kalian, apa yang mungkin terjadi jika kalian nonton tuh film? Jelas aku takut lah!
Siniin kasetnya! Cepat!"

Gaara yang berada di belakangnya hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Gaara memberi Sasori kode agar menyerahkan apa yang diminta Sakura. Biar urusannya selesai dan Sakura bisa cepat pergi dari tempat itu.

"Okedeh." Sasori mengeluarkan disc dari DVD playernya dan menyerahkannya pada Sakura. Sakura menyambarnya cepat. "Jangan ditonton loh imou."

"Nonton pala lu!" sembur Sakura seraya melengos dari hadapan kedua kakaknya yang kemudian menyeringai.

"Pinky pasti langsung tidur. Kau punya kaset lain kan, Sasori?" tanya Gaara seraya masuk ke kamar Sasori.

"Banyak dooongg."

#######

Sakura melintasi koridor kelas sebelas dengan setengah melamun, memikirkan jawaban untuk Sasuke. Memikirkan apakah Sasuke sakit hati karenanya? Takut jika Sasuke membencinya. Dia tak menyadari keberadaan Ino yang memperhatikannya dengan sebal. Bermaksud untuk curhat, Sakura malah bengong.

Sepotong Okonomiyaki CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang