3. Beginning

1.8K 84 7
                                    

Aku mencoba menjauhimu
Akan tetapi kau malah semakin mendekat kepadaku

-Fanny Andreas-

****

Matahari belum sepenuhnya muncul ke permukaan. Aktivitas pagi hari masih belum dimulai, aku mulai mengayuh sepedaku ke sekolah. Hari ini jam ke nol sekolah dimulai pukul 06.15, dan dengan sepeda membutuhkan waktu 45 menit, menjadi rutinitas pagi untuk berangkat setengah enam.

Sebenarnya orang tuaku mampu untuk membelikan sebuah sepeda motor agar aku lebih cepat sampai di sekolah, tapi darah China yang mengalir di dalam tubuh ibuku membuat ibuku menjadi super hemat, aku tidak boleh berangkat ke sekolah naik sepeda motor, padahal sebenarnya alasan konkretnya supaya tidak boros.

Tapi ia selalu beralasan biar sekalian berolahraga, atau karna aku yang belum punya SIM. Hadehh jadinya aku harus bersusah payah untuk bangun pagi agar tidak terlambat.

Sebenarnya mataku masih mengantuk, setelah begadang semalaman belajar matematika. Namun hari ini tetap saja aku belum siap. Sekolah tampaknya masih sepi, hanya terpampang mobil kepala sekolah dan para wakilnya, pak satpam sudah stand by di posnya.

Aku senang hari ini tidak telat, kalau tidak aku harus berurusan dengan Pak Parmin, satpam di sekolahku. Dia sangat hapal denganku, karena hampir setiap jam ke nol yaitu Selasa, Rabu, dan Kamis aku terlambat, dia pasti yang mengawasiku apakah melaksanakan hukuman dengan benar, karena aku sering curi curi kesempatan tidak melaksanakan hukuman dan langsung meluncur ke kelas.

"Pagi Pak."

"Pagi, tumben nggak terlambat."

''Iya dong pak, bosen dihukum terus, hehehe mari pak."

"Sippp."

Pak Parmin mengacungkan jempol, tapi aku sudah mengayuh sepedaku dan sampai parkiran sekolah. Kelasku terletak di dekat kantor guru, jadi sangat dekat dengan gerbang sekolah.

Ruang kelas istimewa, kenapa aku bilang seperti itu karena hanya ruang kelasku yang terletak tepat disamping kantor guru.

Sementara ruang kelas lain terletak di seberang lapangan dan di dekat taman sekolah yang jaraknya cukup jauh dari kantor guru, kalau mau menuju kantor guru bisa menghabiskan setengah jam istirahat, perlu kalian tahu jam istirahat cuma 15 menit.

Kadang-kadang aku merasa kelas kami terisolasi dari kelas yang lain. Gara-gara kebijakan dari kepala sekolah, karena kelasku adalah kelas majemuk, ya ada yang beragama islam, kristen, katholik, dan hindu. Katanya sih perlu pengawasan khusus, alasan aja bilang aja buat kelas percobaan, ya kelas percobaan.

Perlu diketahui bahwa sekolahku menerapkan kurikulum baru, yang setiap tahun ada pergantian kelas dan pergantian mata pelajaran, jadilah kami menjadi bahan pengamatan pertama apakah kurikulum baru itu berjalan dengan baik atau tidak, dan akan diketahui hasilnya dari banyaknya dari teman seangkatanku yang diterima di perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN atau jalur undangan, jalur tanpa tes, jalur masuk perguruna tinggi yang paling didinginkan oleh pelajar di Indonesi.

Selain tanpa tes jalur tersebut juga sebagai gengsi kemmpuan murid sekolah tak hanya itu melalui jalur itu biaya untuk sekolah di perguruan tinngi jauh lebih murah daripada jalur tulis. Cara mengikutinya pun cukup mudah, hanya dengan menggunakan nilai raport dan nilai ujian nasional.

Meski sering protes tapi tetap aja ruang kelas kami tidak dipindah. Walaupun ada untungnya juga punya ruang kelas dekat kantor guru.

Pertama kita bisa tahu pelajaran kosong atau tidak dengan menengok langsung ke kantor guru apakah guru yang mengajar ada atau tidak

Kedua kalau mengumpulkan tugas jadi lebih cepat, dan kita bisa minta ulangan susulan dengan mudah kecuali dengan Pak Ranto atau kalau beruntung bisa mencuri dengar hasil rapat guru. Meskipun bagi anggota OSIS sepertiku informasi seperti itu sangat mudah kuketahui.

Different Taste (COMPLETED IN DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang