Aku mengendarai motorku dan ingin parkir, aku melihat seseorang yang sedang kebingungan disana. Tampaknya ia bingung untuk memarkirkan motornya juga. Lalu aku turun dari motor dan membantunya memindahkan motor - motor untuk memberi ruang parkir.
"Makasih ya," ucapnya.
Aku melihat wajahnya, aku belum pernah melihat dia. Tapi well, dia manis dengan senyumnya itu. Sepertinya dia anak baru disini.
"Kamu kelas apa?" tanyaku
"Emm...11 ipa 2."
What? Ternyata dia beneran anak baru. Dan ternyata dia sekelas juga. Oke, bener - bener nggak disangka. Aku lebih baik diam dulu. Biar saja dia tau nanti.
Lalu aku meninggalkannya dan menuju ke kelas. Seperti biasa, suasana ramai dikelas. Aku nggak begitu suka, well tapi aku juga nggak membencinya. It's okay. Aku duduk dibangku paling belakang pojok kiri. Sendirian. Dan karena kondisi juga. Jumlah anak di kelas ini ganjil. Dan ya aku lebih baik duduk sendiri. Sometimes, sendiri itu membuatku nyaman dan bisa berfikir lebih jernih.
Aku teringat dan mengeluarkan sesuatu dari tas. My favourite book. Bukan buku biasa, tapi buku gambar. Yah aku bener - bener suka menggambar. Sketsa wajah, komik, apapun itu.
Bel berbunyi. Masabodoh, aku tetap menggambar. Aku ingin menyelesaikan sketsaku dulu. Lalu tiba - tiba bu guru datang dan membawa seseorang,
Ternyata benar gadis itu yang diparkiran tadi. Sejenak aku meliriknya dan aku melihat dia kaget karena bertemu denganku di kelas ini. Mungkin dipikirannya kenapa bisa bertemu denganku lagi. Aku melanjutkan gambaranku. Wait, tunggu dulu…kelas ini ganjil dan aku yang duduk sendirian. Oh my gosh…apa harus dia duduk disebelahku. Shit, bu guru menyuruhnya untuk duduk disebelahku. Mau tidak mau aku membiarkannya duduk di sebelahku.
Actually, aku nggak begitu suka duduk dengan orang lain, bukan berarti aku nggak bisa bergaul. Teman – temanku bisa dibilang cukup banyak dan aku yahh cukup terkenal di sekolah ini. Siapa juga yang nggak tau Alfian, ketua basket sekolah ini…yah kecuali anak baru ini.
Aku memulai percakapan dengannya. Nggak salah juga kan untuk mengenal teman sebangkuku. Aku bertanya bagaimana rasanya duduk disebelahku. Dan tatapannya langsung aneh. Aku tetap bersikap ramah saja kepadanya.
____________________________________________
Hufftt…hari yang melelahkan. Aku melemparkan diriku ke atas kasur ukuran kingsize. Huhhh nyaman rasanya, badanku serasa rontok semua. Ah aku lupa sesuatu…
Fian mengambil sebuah buku berwarna merah maroon dari dalam laci meja belajarnya, lalu ia duduk dan membuka buku itu. Ia mengambil sebuah pulpen lalu menuliskan sesuatu di buku itu.Selasa, 9 Juni 2015
Bertemu seseorang dan membantunya untuk memberi tempat parkir
Lalu menyelesaikan sketsa di buku gambar
Ada anak baru yang duduk disebelahku, dan ternyata dia yang aku bantu di parkiran
Berlatih basket dengan tim, lalu pulang.
Satu lagi, ada PR matematika hal 56.Setelah Fian menuliskan di buku merah maroon itu, ia kembali merebahkan dirinya di kasur sambil menatap langit kamarnya. Lalu ia memejamkan matanya dan terlelap.
“Fian bangun woy,” teriak seseorang disamping Fian. Fian membuka matanya dan mendapati kakaknya memukulinya. Namanya Fiona, mahasiswa kampus UNER jurusan hokum semester tiga. BUKKKK….”Ah sakit tau,” pukulan bantal mengenai lengannya
“Eh lu tuh kalo tidur kayak orang pingsan tau nggak, dari kemaren abis pulang lu langsung tidur gak pake mandi lagi. Bau tau.”
“Iya nih gue mandi abis ini. Sana lu.”
“Gue tunggu di meja makan.” Fian mengambil handuk dan bergegas mandi.
Setelah siap, Fian turun ke bawah untuk sarapan, lalu tiba – tiba BRUKKK…. Fian tiba – tiba pingsan. Keluarganya buru – buru menghampirinya.
“Ma, apa Fian nggak apa – apa?”
“Kamu kasih minyak kayu putih Fio.” Fio memberikan minyak kayu putih di sekitar hidung Fian agar dia bangun dan berhasil…akhirnya Fian bangun. Dan ia seperti kebingungan.
“Ma, sepertinya muncul…”
“Ssst Fio, biar mama yang bicara.”
Fian masih terlihat kebingungan dan melihat kakak dan mamanya secara bergantian.
“Fian, kamu nggak apa – apa?” Tanya mama kepada Fian.
“Sakit…Aww…”
“Iya kamu abis jatuh barusan. Bisa bangun nggak?” Fian mengangguk.
“Fian, ayo makan dulu. Jangan lupa kamu abis ini berangkat ke sekolah. Aku yang anter kamu ya.”
Fian masih meringis kesakitan dan berusaha bangun menuju meja makan.
Setelah makan, Fiona bersiap untuk mengantar Fian. “Fian, ayo berangkat. Ntar kamu telat.” Fian masuk ke dalam mobil dan duduk disebelah Fiona yang menyupir sendiri mobilnya.
“Fian, kamu beneran nggak apa – apa ntar di sekolah?”
“Iya aku rasa gitu.”
“Kamu kalo ada apa – apa di sekolah ntar, langsung hubungi aku aja ya. Kamu bawa hape kan?”
Fian membuka tas nya dan mencari hapenya. Ketemu. Dan ia juga melihat buku berwarna merah maroon di tasnya. Ia membukanya dan membacanya. Ia membaca apa yang kemarin ia tulis lalu menutupnya kembali.
“Nah, udah sampai. Kamu hati – hati ya di sekolah. Pokoknya langsung kabari kalau ada apa – apa. Aku lagi free kok, jadi gk ada jadwal kuliah.”
“Iya makasih ya.” Lalu Fian turun dari mobil dan berjalan menuju ke kelasnya.
Sampai di pintu kelas, ia memperhatikan keadaan kelas, dan memperhatikan sekelilingnya. Lalu ia menuju bangkunya. Ia melihat Alisha sekilas dan kemudian tanpa banyak bicara ia duduk.
Sial, kenapa timingnya nggak pas gini. Yaudah lah lebih baik diam aja nggak usah banyak tingkah. Aku memperhatikan dia ketika dia nggak menyadarinya. Dia cukup manis dan cantik. Dia juga kelihatan baik.
TEEETTTT….TEEEETTTT
Pas nih…udah istirahat. Aku segera keluar kelas dan menuju tempat favoritku, rooftop sekolah ini. Jarang ada yang kesini. Dan memang setauku baru aku saja yang kesini. Entah kalau ada orang lain yang pernah kesini. Aku mengambil gitar yang aku sembunyikan di dekat bangku – bangku yang sudah tidak terpakai. Aku menyanyikan lagu kesukaankuBaby, I know the story
I've seen the picture
It's written all over your face
Tell me, what's the secret
That you've been hiding
Who's gonna take my place
I should've seen it coming
I should have read the signs
Anyway...I guess it's over
Can't believe that I'm the fool again
I thought this love would never end
How was I to know
You never told me
Can't believe that I'm the fool again
And I who thought you were my friend
How was I to know
You never told meDadaku sakit. Bukan karena penyakit, tapi lebih ke nyesek. Yah aku pernah merasakan kehilangan seseorang yang berharga. Dia memilih untuk pergi dengan yang lain. Aku kesal mengingatnya. Bukan karena aku ingin kembali padanya. Tetapi bisa – bisanya dia seperti itu, dikira hatiku ini apa, batu kali? Dan si bodoh ini menyuruhku untuk mencari perempuan yang lebih cantik. Dasar playboy cap cicak.
Fiona 11.20
Ntar pulang aku yang jemput kamuMe 11.21
Oke fioAhh, ni orang ngapain juga. Yang dia khawatirin bukan aku, tapi tubuh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You
RomanceKamu...Dengarkan apa yang akan kusampaikan, tentang semua, tentang apa yang ada dalam hatiku yang tak pernah sekalipun kuingkari. Tentang sebuah rahasia kecil, yang mungkin akan mengubah hidupmu -Fian Aku tak tahu. Ini benar - benar membingungkan. S...