"Hey Al...mau pulang bareng gak. Sekalian aku tunjukin rumahku deh, ntar kapan kapan main aja ke rumah. The door is always opened kok." Ajak Gina yang menghampirinya di parkiran motor, sekalian cari temen pulang karena Gina paling nggak suka kalau harus pulang sendirian.
"Boleh kok...ayo."
Alisha memperhatikan sekeliling parkiran motor, mencari - cari motor ninja merah kalau - kalau yang punya masih belum pulang. Ternyata nihil. Apa yang dicarinya tidak ada sama sekali. Mungkin dia sudah pulang.
Ah apaan sih gue. Ngapain juga nyari - nyari tuh anak. Baru aja kenal dua hari. Ngapain langsung kepikiran sama tuh anak. Lagian dia bukan siapa - siapa. Cuma temen sebangku gue juga. Ah biarin dah. Kesel juga ingetnya. Tapi dia kan temen sebangku gue, masa gue diem aja kalo dia murung gitu. Ngerusak suasana hati gue aja. Tanpa sadar Alisha melamun nemikirkan cowok itu, teman sebangkunya. Ia berusaha positive thinking atas pikirannya itu, ia berusaha peduli akan teman sebangkunya. Bukan karena hal lainnya. Dan bukan juga karena Alisha menyukainya.
"Woy Al....kok ngelamun sih. Awas kesambet loh, banyak setan nih disini." Kata - kata Gina membuyarkan lamunan Alisha. Sontak Alisha kaget dan langsung bergegas untuk memakai helmnya.
"Dah yok kita pulang nih." seru Alisha.
"Eh Al...aing boleh ya kapan - kapan main ke rumah elu. Rumah elu jauh nggak?" kata Gina sambil setengah teriak supaya Alisha mendengarnya.
"Hahahahaha..." Alisha tertawa mendengar Gina berbicara.
"Eh elu kenapa ketawa Al?"
"Abisnya lu ngomong elu gue campur bahasa sunda, pake logat sunda lagi. Aneh tau jadinya."
"Ya kan aing pengen bisa juga gitu bahasa gaul jakardah."
"Ntar gue ajarin dah hahaha."
Sesampainya dirumah Gina, Alisha mematikan motornya dan Gina turun dari motornya. Alisha memperhatikan rumah Gina, gak terlalu besar tapi benar - benar rindang disana. Ada pohon mangga dan rambutan dihalaman depan rumahnya. Rindang banget deh pokoknya.
"Al, mau masuk sekalian? Kebetulan nih abis panen rambutan banyak banget. Dan gak bisa ngabisin satu rumah. Hahaha..."
"Wah enak tuh Gin. Apalagi lu punya pohon rambutan sendiri. Gak usah beli deh, kalo pengen tinggal ambil aja dari pohonnya langsung manjat."
"Emang elu kira aing monyet apa langsung manjat." gerutu Gina sambil manyun - manyun. "Biasanya abang aing yang manjat, terus aing tunggu dibawah deh tinggal makan doang hahaha."
"Ih jahat lu Gin sama abang sendiri lu bully ckckck...Eh Gin, gue balik dulu ya. Ditungguin sama bunda, soalnya mau nganterin belanja."
"Oke Al, lain kali mampir aja ke rumah gue."
"Oke thanks ya." Alisha menstarter motornya kemudian meninggalkan rumah Gina.
Pikirnya, beruntung banget hari ini dia temen yang bisa diajak ngobrol ya walaupun baru satu orang. Dan mungkin Gina bisa jadi teman dekatnya suatu hari. Gina cewek yang baik, ramah, dan enak diajak ngobrol. Alisha merasakan kalo Gina bisa klik dengan dirinya. Semoga Gina bisa jadi teman yang baik untuknya."
___________________________________________
"Assalamualaikum...Bun, Al pulang." buru - buru melepas sepatunya dan berlari ke arah meja makan lalu mencomot sepotong tempe dari atas meja.
"Waalaikumsalam. Ganti baju dulu sana baru makan."
"Bunda masak enak ya hari ini. Tuh ada ayam bakar, enak pastinya. Al mau makan dulu Bun. Besok seragamnya udah gak dipake lagi kok."
"Yaudah makan dulu sana. Terus abis itu anterin bunda ya ke supermarket."
Al memberikan isyarat "iya" dengan tangannya karena mulutnya masih penuh dengan makanan.
Setengah jam kemudian, Al sudah bersiap - siap untuk mengantar bundanya. Ia telah standby di motornya. Bunda lalu menghampiri Al dan duduk dibelakang Al.
"Al, kamu jangan ngebut - ngebut ya."
"Siap, Bun....pegangan ya."
Sesampainya di supermarket, Bunda dan Al mengambil kereta dorong untuk meletakkan barang - barang yang akan dibeli. Mulai dari bahan makanan, snack, pembersih rumah, dan barang - barang keperluan untuk sebulan. Biasanya Ayah Al yang menganterkan Bunda untuk belanja bulanan, tetapi karena ada tugas, jadi Al yang mengantar Bunda.
"Bun, Al mau beli snack ya. Mau muter - muter dulu." Ujar Al yang sudah membawa keranjang di tangannya.
"Jangan lama - lama Al. Ntar kamu jadi anak ilang, trus gak ada yang nganterin Bunda pulang."
"Ya masa di supermarket tersesat Bun. Nih Al udah bawa peta ni, biar nanti tanya sama peta buat nunjukin jalan. Hahaha..."
"Ada - ada aja kamu. Emang kamu dora apa. Yaudah sana gih."
"Siap Bu Bos."
Al mulai berkeliling untuk mencari snack kesukaannya. Apapun snack rasa barbeque itu otomatis langsung jadi kesukaan Al. Dia benar - benar menyukai barbeque. Dan ketika ia berkeliling, ia melihat - lihat mana saja yang akan ia ambil. Ia fokus memperhatikan snack yang terpajang di rak supermarket. Dan tiba - tiba BRAAAKKKK!!!!.... Ternyata ia menabrak seseorang didepannya, seorang laki - laki. Terlihat dari postur tubuhnya yang tinggi. Tidak ada yang terluka sih, hanya keranjang berisi yang ada ditangan Al jatuh ke lantai. Dengan otomatis Al langsung mengambil keranjangnya.
"Maaf ya, saya nggak lihat barusan kalo ada orang didepan," kata Al sambil mengambil keranjangnya.
"Oh iya nggak apa - apa mbak," mencoba membantu Al.
"Loh....Alisha," kata orang itu.
Sontak Al langsung mendongak melihat wajah orang itu. Deg... Fian. Kenapa bisa disini, batinnya. "Oh Fian...maaf ya," Al mencoba untuk menyadarkan kembali dirinya setelah tau orang yang ditabraknya ternyata Fian. "Iya nggak apa - apa kok. Aku juga gak fokus tadi, makanya bisa ketabrak," katanya sambil tersenyum. Melihat senyum Fian, Al teringat pertama kali dia dibantu oleh Fian di parkiran motor. A kind of that smile. Beda dari hari kemarin dimana Fian seharian mendiamkan dirinya, tanpa berbicara sedikitpun. Dan hari ini, ia merasa senang karena bisa melihat Fian berbicara pada dirinya.
"Rumahmu deket sini Yan?"
"Iya deket kok. Nah kamu sama siapa Al belanja?"
"Sama Bunda nih. Tadi muter - muter dulu buat nyari snack."
"Gak baik makan snack mulu. Banyak micinnya lagi, ntar jadi kids jaman now hahaha."
"Yah udah kebal lagi sama micin, gak ada efeknya."
Tiba - tiba handphone Fian berbunyi dan Fian berbalik membelakangi Al untuk menjawabnya.
"Al, aku balik dulu ya. Udah ditunggu sama orang dirumah. Bye..."
"Oke Yan."
Al kemudian menghampiri bundanya. Setelah membayar belanjaan, mereka langsung kembali ke rumah. Al masih tidak percaya bahwa ia bisa mengobrol dengan Fian. Sepertinya tadi pagi Fian benar - benar ada masalah dan memilih untuk diam, tapi sore ini ia kembali ceria seperti biasa. Syukurlah Al bisa mencoba untuk akrab dengan teman sebangkunya. Kalau tidak, pasti ia akan kesulitan nanti karena ia belum banyak mengenal siapa - siapa di kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You
RomantikKamu...Dengarkan apa yang akan kusampaikan, tentang semua, tentang apa yang ada dalam hatiku yang tak pernah sekalipun kuingkari. Tentang sebuah rahasia kecil, yang mungkin akan mengubah hidupmu -Fian Aku tak tahu. Ini benar - benar membingungkan. S...