Scene – 23
Tepat pukul 20.30, gue dan Ryan berangkat dari hotel menuju kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK), tempat dilangsungkannya Bali International Music Festival atau BIMF ini. Berbekal voice recorder, ponsel, dan Ryan dengan kamera Canon-nya, kita berdua diantar mobil hotel karena nanti Sassy bakal dijemput oleh Pak Dadang dan para bodyguard dadakannya. Maminya Sassy, Tante Kay, selalu bisa mengontak orang di mana aja untuk menyediakan pengamanan khusus buat anaknya. Heran gue.
Bener aja kan, yang namanya music festival, apalagi yang sifatnya internasional kaya gini, penuhnya ampun-ampunan. Di pintu masuk udah banyak panitia termasuk keamanan yang pake baju item-item siap meng-scan tiap orang yang akan masuk ke arena BIMF dan menagih tiket masuk, tentunya. Dari sini pun udah kelihatan panggung yang nanti bakal diisi oleh para musisi dari berbagai negara, dan sekarang tampak masih diberesin dengan seorang DJ yang udah nyetel lagu-lagu rave.
Di perjalanan ke sini tadi gue udah menghubungi Pance dan Benji, dan memastikan bakal ketemu keduanya di pintu masuk. Gue dan Ryan dihadang oleh dua orang pria bertubuh kekar yang tampangnya nyaris tanpa ekspresi meminta tiket masuk dan yang satu memindai kami berdua dengan metal metal detector yang bunyi piiip piip kalo kena jam tangan.
Gue mengacungkan kartu press dari majalah gue.
“Press! I need to see Pance from PanPetir!” seru gue agak kenceng, soanya rame banget dan suara musik jeduk-jeduk udah kedengeran walopun acara belum mulai.
Pria kekar itu semula memandang gue tampak ragu, tapi lalu ia menghubungi seseorang dengan walkie-talkie yang sedari tadi tersampir di pundaknya dengan sabuk khusus.
“Sorry, sir, may I have your ticket, please?” tanya salah satu sekuriti pintu masuk itu ke Ryan. Maklum tampang bule, si sekuriti kekar itu kok sikapnya lebih manis ke Ryan daripada ke gue ya.
Ryan yang tampak bingung, mulai menunjuk-nunjuk gue. “Eerr.. je suis avec mon ami!”
Hadoh. Ini anak bahasa Inggris aja ngaco mulu... sekarang malah nekat pake bahasa Perancis. Si sekuriti tadi tampak ikutan bengong dengan jawaban Ryan, jadi gue menggeret Ryan mendekat.
“Dia sama saya Pak, press juga!” cetus gue berusah meyakinkan. Untungnya nggak pake lama, gue melihat sesosok tubuh berlari-lari ke arah gue.
Seorang cewek dengan kaos bertuliskan PANPETIR gede-gede, dengan rambut panjang terkepang, dan membawa sebuah kantong plastik item.
Pance!
Gue tersenyum sumringah dan langsung melambai ke arahnya.
“Panceeee!!”
Gadis itu melihat gue dan tampak lega. Larinya bukan semakin cepet, malah melambat. Lho.
Namanya Pance, alias Panda Centil, padahal aslinya bernama Made Sukmawati, seorang cewek Bali asli yang sekarang menjabat sebagai road manager PanPetir. Sekilas kelihatannya nggak berbahaya, tapi sebenernya dia paling gawat kalo ngelihat cowok ganteng. Hobinya towel-towel pantat. Ryan aja udah keliatan agak pucet pas liat Pance berlari-lari mendekat.
“Hah! Ada Pance,” bisik Ryan setengah panik sambil menggamit lengan gue.
“Ya ada, lah. Dia kan road manager. Siapa lagi yang ngurusin PanPetir kalo manggung keluar kota begini,” jawab gue.
Sebenernya gue kasihan juga sih melihat tampang Ryan yang tampak agak cemas, hahaha.
“Hah! Ada Pance,” bisik Ryan setengah panik sambil menggamit lengan gue.
Ya ada, lah. Dia kan road manager. Siapa lagi yang ngurusin PanPetir kalo manggung keluar kota begini,” jawab gue.
Sebenernya gue kasihan juga sih melihat tampang Ryan yang tampak agak cemas, hahaha.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Summer
Fanfictionsalah satu fanfic favorit saya, tentang cindy dan yoochun (JYJ - TVXQ) yang ditulis oleh mba Ratri Adityarani (blogger - ratri.net) pada tahun 2009. Yoochun ke Indonesia? trus apa aja ya yang dia lakukan? check it out. :D