Chapter 2 : Kebenaran Yang Lenyap

766 94 31
                                    

Sudah sepuluh hari sejak Jungkook tinggal di Seoul bersama Suga, selama itu pula hubungannya dengan Suga tetap buruk. Mereka tidak saling bicara, bahkan terkadang Jungkook tidak mau memakan makanan yang dibeli Suga untuknya. Selama di Seoul, Suga melarang Jungkook meninggalkan apartemen dengan alasan keamanan dirinya. Hal itu jelas saja membuatnya kesal.

Tinggal bersama Suga seakan-akan kebebasannya terenggut. Jungkook merasa seperti orang bodoh karena sepanjang hari hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Dia tidak betah tinggal di sini dan ingin segera kembali ke Busan. Taehyung pasti sudah kembali ke rumah, pikir Jungkook. Tapi dia tidak bisa kabur begitu saja meninggalkan Seoul.

Karena kesal, diraihnya remote TV dari atas meja. Alih-alih menonton TV, Jungkook terus memindahkan saluran tanpa ada minat untuk menonton. Sesuatu menarik perhatian Jungkook, menambah volume TV, matanya terbelalak ketika melihat tetangganya sedang diwawancarai saat ini.

"Kudengar dari tetangga lain jika Taehyung sempat berkelahi dengan seseorang sebelum menghilang. Tak lama setelah itu adiknya, Jungkook, juga ikut menghilang. Kuharap berita ini tidak benar. Tapi saat mendengar jika mereka melihat darah di sana, aku jadi khawatir pada Taehyung dan Jungkook."

Melangkah dengan terburu-buru ke kamar Suga, Jungkook membongkar tasnya untuk mencari ponsel. Setelah mengaktifkan ponsel, ada lebih dari sepuluh pesan singkat yang berasal dari tetangganya tampak pada pemberitahuan ponselnya. Kembali ke depan TV, Jungkook melanjutkan acara menontonnya.

"Malam itu memang ada perkelahian dan suara minta tolong. Karena terlalu takut, kami tidak berani keluar untuk melihat. Kabarnya, seseorang tewas malam itu, tapi jasadnya tidak ada di sana."

Tampak tayangan di mana ada bekas darah yang telah mengering di jalan. Jungkook ingat betul jika itu adalah tempat Taehyung tergeletak dengan pakaian berlumuran darah. Sekujur tubuh Jungkook lemas. Dia mematikan TV, rautnya tampak bingung. Matanya panas, dan tak lama kemudian air matanya mengalir.

Jungkook menangisi nasib tragis Taehyung. Jika memang benar saudaranya sudah tewas, di mana jasadnya saat ini? Seandainya orang-orang membuang jasad Taehyung ke sungai atau laut, pasti ada seseorang yang akan menemukannya. Biasanya penemuan jasad korban pembunuhan akan menjadi berita besar bukan?

Membuka situs pencarian dari ponsel pemberian Taehyung, Jungkook menulis kata kunci tentang penemuan jasad selama bulan Februari. Selama satu jam lebih, dia tidak menemukan apa pun. Dari beberapa kasus penemuan jasad, tak ada satu pun yang berkaitan dengan Taehyung. Muncul pikiran buruk dalam benaknya. Bagaimana jika jasad Taehyung dibuang ke jurang atau dikubur di suatu tempat?

Alasan mengapa tidak ada berita tentang penemuan jasad bernama Kim Taehyung sudah pasti karena orang-orang yang membunuh Taehyung tidak membuang jasadnya di suatu tempat. Pikiran seperti itu semakin membuat perasaan Jungkook hancur. Entah kenapa nasib Taehyung tidak pernah mujur, renung Jungkook. Demi adiknya, Taehyung sudah banyak berkorban, tapi kenapa Tuhan begitu kejam padanya.

Didasari oleh putus asa dan frustrasi, Jungkook mengambil pisau dari dapur, berniat mengakhiri hidupnya. Bilah tajam pisau menggores pergelangan tangan Jungkook, diiringi rasa sakit, kilasan kebersamaannya dengan Taehyung tampak seperti potongan-potongan film yang bergerak cepat. Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan. Taehyung sudah tiada dan tidak ada alasan lagi baginya untuk hidup.

Samar-samar Jungkook mendengar seseorang menyebut namanya, tapi itu bukan Taehyung, melainkan Suga. Mengerjapkan matanya dengan lambat, Jungkook tidak menyangka jika Suga ada di sana dan merampas pisau dari tangannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentak Suga.

Merasa tak cukup dengan bentakan, secara refleks Suga menampar Jungkook sampai anak muda itu terjatuh. "Ya! Jungkook! Apa kau sudah gila? Kenapa kau mau bunuh diri?!"

Tales of Two BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang