Chapter 5 : Persembunyian

642 77 9
                                    

Tidak peduli jika tindakannya akan mengganggu kenyamanan orang lain, setibanya di apartemen Suga membanting pintu hingga menimbulkan suara berdebam yang cukup keras. Seorang tetangga mengumpat karena terkejut, tetangga yang lain terdengar berteriak marah, bahkan sempat mengomel di depan pintu apartemen yang ditinggali Suga. Mendengar semua itu, Suga tak bergeming sama sekali.

Yang membuat pria bermata sipit itu marah lantaran kembali gagal mendapatkan informasi mengenai Ketua dan keberadaan markasnya. Selama dua tahun selalu seperti ini, tak ada secuil informasi apa pun yang bisa menjadi pegangannya untuk mencari Taehyung. Mereka tidak mungkin membiarkan Taehyung hidup terlalu lama jika pria itu masih tetap bungkam, renung Suga.

Suga selalu dilanda ketakukan jika akhirnya orang-orang itu benar-benar melenyapkan Taehyung. Temannya itu tidak punya banyak waktu, Suga ingin sekali bisa sesegera mungkin menemukan Taehyung sebelum orang suruhan Ketua membunuhnya.

Berjalan mondar-mandir, Suga yang tampak berusaha keras berpikir untuk mencari cara lain. Dia tidak ingin menyerah secepat ini, bahkan sekarang pria itu mulai mempertimbangkan opsi-opsi berbahaya namun memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi-menurut pemikiran Suga. Beberapa opsi tersebut tentu memiliki risiko masing-masing, Suga kembali memutar otak agar apa pun yang dilakukannya nanti tidak sampai membahayakan nyawanya. Meminimalisir risiko seperti itu sangat dibutuhkan karena Suga tidak ingin menambah beban penderitaan Jungkook.

Anak itu sudah terlalu lama menderita, renung Suga. Perasaannya terenyuh tiap kali mendapati Jungkook menangis diam-diam atau mengalami mimpi buruk setiap malam. Mendongakkan wajah, Suga menahan air matanya sendiri yang hendak jatuh. Dia tidak berhak untuk menangis atas kemalangan yang diberikannya pada Jungkook, dia harus menahan semua itu.

Jungkook, aku akan membayar semua kesalahanku.

Suga berniat mengunjungi tempat Daejun untuk melakukan pengintaian. Untuk langkah awal, dia akan memulai dari sana. Sebelum pergi, Suga memutuskan untuk mengganti pakaian, dia tidak ingin terlihat mencolok. Melangkah terburu-buru dalam keadaan gelap menuju kamarnya, sesuatu membuat Suga tersandung hingga nyaris terjatuh. Berjongkok, dalam gelap tangannya meraba-raba lantai, ketika tangannya menyentuh sesuatu dia langsung berdiri dan menghidupkan lampu.

Raut Suga berubah setelah melihat apa yang membuatnya hampir terjatuh tadi. Jungkook tergeletak di lantai, namun bukan itu yang membuatnya tampak syok. Darah yang menggenangi lantai serta Jungkook yang tak sadarkan diri membuat Suga panik luar biasa. "Astaga! Jungkook!"

Dibalikannya tubuh Jungkook, mata sipit Suga dibuat terbelalak melihat jaket milik Jungkook yang berlumuran darah. Disingkapkan pakaian Jungkook ke atas, hingga tampaklah luka tusuk di bagian perut Jungkook yang masih mengeluarkan darah.

"Siapa yang melakukan hal ini padanya," ucap Suga panik. "Jungkook! Jungkook!"

Masih berusaha membangunkan Jungkook yang pada saat itu wajahnya sudah sangat pucat, Suga menempelkan tangan di leher Jungkook untuk memeriksa nadinya, namun tidak terasa. Akhirnya dia menempelkan telinganya di atas dada kiri Jungkook, detak jantung Jungkook terdengar lemah. Antara bingung dan panik, beruntung saat itu dia teringat dengan istri Dong Woo yang berprofesi sebagai dokter. Dia berlari keluar, naik ke lantai empat lantas menggedor salah satu pintu.

"Nuna! Tolong buka pintunya!" Teriak Suga.

Wanita bernama Suran membuka pintu, kaget melihat kedatangan Suga di jam seperti ini. "Ya ampun, Suga, kenapa kau berteriak-teriak?"

"Tolong aku, Nuna. Jungkook terluka, seseorang menusuknya," ucap Suga panik.

"Ya Tuhan." Reflek Suran meletakkan tangan kirinya di atas dada, rautnya tampak terkejut. "Di mana dia sekarang?"

Tales of Two BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang