Chapter 4 : Rasa Bersalah

567 87 9
                                    

Kematian teman Suga belum lama ini cukup membuatnya resah. Suga yakin jika kematian Nam Soo ada hubungannya dengan Ketua. Entah bagaimana orang-orang Ketua berhasil melacak keberadaannya, memikirkan itu membuat Suga merinding. Bersembunyi untuk saat ini memang cukup efektif, tetapi dia tidak bisa bersembunyi selamanya. Bagaimanapun Suga masih harus mencari informasi keberadaan Taehyung, dengan keadaannya sekarang, terpaksa dia mengabaikan perkataan Jungkook-memintanya untuk tidak keluar rumah.

Mengenakan tudung jaketnya, malam sudah sangat larut ketika Suga melangkah tergesa-gesa ke belakang gedung apartemen tempat mobilnya diparkir. Tampak sesekali dia mengamati keadaan sekitar, memastikan tidak ada orang lain yang sedang mengawasinya. Malam itu Suga hendak pergi menemui teman lamanya yang tinggal di daerah Itaewon.

Tempat itu merupakan bangunan sederhana berlantai dua. Lantai satu difungsikan sebagai rumah makan kecil yang buka 24 jam. Suga menggeser pintu, lantas memilih tempat. Spontan Suga langsung berdiri ketika pemilik tempat itu menghampiri mejanya. Namun tampaknya pria itu tidak menyadari jika pelanggannya adalah teman lamanya.

"Anda mau pesan apa?" tanya pemilik rumah makan tanpa menatap Suga.

"Tidak perlu seformal itu padaku, Hyung," kata Suga.

Reflek Daejun mengangkat pandangannya. "Suga? Bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?"

Suga tersenyum. Senyum Suga segera lenyap manakala melihat satu tangan Daejun yang cacat. "Lama tidak berjumpa. Bagaimana keadaanmu setelah berhenti bekerja dengan Ketua?"

"Tidak terlalu baik," ujar Daejun. "Maksudku, lihatlah keadaanku sekarang."

"Paling tidak kau hidup dengan baik dan punya usaha sendiri sekarang. Kurasa ini patut disyukuri."

Daejun mengangguk, tersenyum kecil. "Apa yang membawamu kemari? Ah, harusnya aku mengeluarkan beberapa botol soju untuk teman lama. Sebentar."

"Aku iri dengan kehidupanmu yang sekarang, Hyung," kata Suga sambil menenggak minumannya.

"Apa yang membuatmu iri?"

"Kau bisa berhenti kerja dari Ketua tanpa harus dikejar-kejar oleh orang-orang suruhannya. Pasti damai sekali rasanya hidup tanpa merasa ketakutan."

Mendengar penuturan Suga, alis Daejun berkerut. "Kenapa orang suruhan Ketua mengejarmu?"

Suga menceritakan bagaimana dia melarikan diri dari Ketua hingga kejadian dua tahun yang menimpa Taehyung. "Sampai sekarang masih belum ada kabar dari Taehyung. Dan tampaknya, mereka berhasil menemukan jejakku."

Raut Daejun tampak tegang. "Apakah mereka menyakitimu?"

"Sampai saat ini belum." Suga membenarkan posisi duduknya, lantas menatap Daejun lurus-lurus. "Apakah kau masih menjalin komunikasi dengan teman-teman di markas, Hyung?"

"Ya, beberapa dari mereka kadang berkunjung kemari."

Mendengar itu, Suga seperti menemukan setitik harapan. "Benarkah? Apakah mereka pernah membicara soal markas baru padamu?"

"Tidak, dan aku tidak pernah bertanya soal pekerjaan jika mereka datang kemari."

"Apakah kau bisa membantuku, Hyung?"

Daejun tak langsung menjawab. Setelah mendengar semua cerita Suga tadi, dia tampak serba salah. "Ini terlalu berbahaya."

"Aku tidak akan melibatkanmu," kata Suga cepat. "Berikan saja nomor ponsel mereka padaku, biar aku yang melakukannya sendiri."

"Saat diberhentikan, mereka mengambil ponselku dan memusnahkannya. Kau tahu, kan, bagaimana Ketua menjaga kerahasiaan bisnisnya. Untung saja mereka tidak menghabisi nyawaku."

Tales of Two BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang