Chapter 6 : Semakin Dekat

604 78 12
                                    

        Hal pertama yang dirasakan oleh Jungkook ketika bangun adalah lemas, tenggorokannya kering, dan dia amat kehausan. Nyeri di perut akibat tusukan membuatnya enggan untuk banyak bergerak, apa lagi meninggalkan tempat tidur. Meletakkan telapak tangan kanannya di atas dahi, Jungkook mendecak saat mengetahui dirinya demam. Keadaan ini sungguh menyusahkan, renungnya. Tidak ingin memanjakan diri sendiri, Jungkook pun berusaha untuk duduk di tempat tidurnya.

        Pandangannya berputar, mungkin karena demam, pikirnya. Menatap sekeliling ruangan, dia baru menyadari jika tempat tinggal barunya ini hanya berupa ruangan yang sangat luas tanpa sekat. Langit-langitnya tinggi, tanpa ada lubang agar cahaya dapat masuk ke sana. Tepat di tengah ruangan ada seperangkat komputer dan monitor yang menyala, Jungkook menduga jika itu adalah milik Suga.

        Tak jauh dari meja komputer ada meja makan, dan di pojok sana dilihatnya ada satu tempat tidur yang kosong. Di seberang ruangan ada dua undakan anak tangga, tampaknya di sana difungsikan sebagai dapur karena terdapat meja konter, dispenser, kompor, dan lemari gantung. Jungkook melangkahkan kaki ke sana. Pertama dia membuka lemari gantung, mengambil cangkir lantas mengisinya dengan air.

        Tadinya dia hendak mencari kotak P3K untuk mencari obat penurun demam, namun setelah berpikir dia tidak akan menemukannya di sini, akhirnya Jungkook kembali ke tempat tidurnya sambil membawa cangkirnya yang sudah diisi penuh dengan air. Minum banyak air putih akan membuat demamnya cepat turun, pikir Jungkook. Jadi, sebelum tidur lagi dia menghabiskan air dalam cangkirnya dan bersiap untuk tidur.

        Jungkook terbangun beberapa jam kemudian, Suga masih belum kembali dan layar monitor masih menyala. Lebih karena penasaran, Jungkook turun dari tempat tidur, mengamati apa yang terpampang di layar. Rupanya Suga memasang kamera pengintai di berbagai titik di tempat ini, jadi melalui monitor-monitor tersebut Suga dapat mengawasi tempat ini. Cerdik, pikir Jungkook.

        Perutnya mengeluarkan bunyi khas saat seseorang kelaparan, teringat jika sejak kemarin dia belum makan apa pun. Pantas saja aku merasa lemas. Namun di sana tak ada apa pun untuk mengganjal perut. Terpikir olehnya untuk menghubungi Suga, jadi Jungkook mencari ponselnya. Dia menyusuri ruangan, menemukan pintu yang menghubungan ke ruangan sebelah yang lebih kecil.

        Menghidupkan lampu, di sana dia melihat ada dua lemari pakaian dan ada ruangan lain. Setelah dicek, rupanya itu kamar mandi. Jungkook membasuh wajah kemudian membuka salah satu pintu lemari yang bertuliskan namanya. Dia menemukan ponsel milik Taehyung berada di dalam tas, kemudian dia pun menghubungi Suga.

        "Dia tidak menjawab teleponku," gumam Jungkook, heran karena biasanya Suga tidak pernah begini. Dia mencoba lagi tapi tetap tidak mendapat jawaban.

        Khawatir memikirkan Suga, Jungkook pun tidak tinggal diam. Dalam gelap dia mencari jalan keluar dari tempat itu, tangannya meraba-raba tembok, berharap menemukan pintu atau jalan masuk. Namun tidak ada pintu masuk di sana. Jungkook melampiaskan kekesalannya dengan menendang dinding, setelah itu menyesali perbuatannya karena membuat luka di perutnya bertambah nyeri.

        Tertunduk sambil menopangkan sebelah tangan di dinding, tampak Jungkook mendesah menahan sakit hingga membuatnya berkeringat dingin. Kedua kakinya gemetar hingga dia harus duduk dan menyandarkan punggung ke dinding. Penglihatannya berkunang-kunang, untuk menjernihkan pandangannya Jungkook sampai harus menggeleng-gelengkan kepala, tetapi tidak berhasil.

        Nyaris limbung jika Suga tidak segera menahan Jungkook. Pria bermata sipit itu sendiri heran karena mendapati Jungkook berada di sini dan bukannya di tempat tidur. Wajah pucat Jungkook saat itu membuat Suga tampak cemas hingga dia sempat berpikir untuk menghubungi Suran agar wanita itu memeriksa keadaan Jungkook. Tetapi karena tidak ingin melibatkan Suran terlalu jauh dalam masalahnya, Suga mengurungkan niatnya.

Tales of Two BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang