Midnight

405 62 2
                                    

Aku terbangun. Aku melihat jam yg menunjukkan pukul 10 malam dan melihat langit-langit kamar sesekali memikirkan perkataannya tadi. Kau harus menjadi wanita yg setia, Ken. Maksud dia apa? Jelas-jelas namaku Mia, bukan ken. Mungkin dia lagi memikirkan boneka Ken, ckck. Dia benar-benar memberiku mimpi buruk.

Brakk..

Tiba-tiba jendela kamar terbuka, angin besar pun berebutan masuk ke kamarku. Aku menghampiri jendela bermaksud untuk menutupnya kembali, tapi ada sosok yg menarik perhatianku. Bayangan tadi terlihat seperti.... Dale. Tapi mana mungkin dia datang kesini malam-malam. Aku menggidikan bahuku dan menutup jendela.

Aku merebahkan kembali tubuhku kembali ke tempat tidur dan melihat langit-langit kamar lagi. Aku baru sadar dilangit-langit atas ada beberapa motif gambar yg tidak jelas.

"Gambar apa itu? Sepertinya gambar perempuan"gumamku

Bayangan Harp mematung disudut kamar. Bayang-bayangnya begitu tipis dengan gradasi abu-abu. Aku menunjuk ke langit-langit kamar diatas tempat tidur.

"Lihat, ada gambar yg sepertinya gambar perempuan cantik. Siapa pun yg menghuni kamar ini sebelumnya tentulah seorang yg sangat romantis."

"Mungkin itu gambar kekasihnya, agar dia bisa memandangnya sebelum tidur. Dan kamu tahu, Harp, menurutku itu adalah lukisan tangan. Ckckck, keren!"Ucapku

Bayang-bayang Harp memudar. Aku merasa sendirian lagi. Hening dan sunyi.

"Jujur, aku takut. Tapi aku gak punya pilihan. Aku harus bertahan. Aku harus kuliah. Lagipula, aku punya kamu. Selama ini kita selalu bersama. Kamu selalu menjagaku."Gumamku

Aku pun tertidur lagi. Tengah malam.

Aku perlahan terjaga dari tidurku. Tiba-tiba terdengar suara seperti denting dawai gitar yg begitu mendayu. Siapa sih yg main gitar malam-malam, bikin serem aja. Aku pun bangun dari ranjang dan mencari asal suara. Kamarku terlihat lebih berwarna, aneh.

"Siapa itu?"Teriakku

 Suara denting gitar terdengar merdu. Aku masih mencari asal suara tadi. Setiap pijakkanku di lantai seolah semakin berwarna. Warna itu merembet pada dinding dan membentuk garis bunga-bunga yg lembut. Wallpaper ruangan. Aku sangat takut namun penasaran. Aku ingin kembali ke kamar tapi aku mendengar suara tawa di lantai bawah. Aku menelusuri titian tangga. Besi-besi tangga seolah berwarna, membentuk uliran teralis tangga yg meliuk dengan indah. Lalu meja nakas di sudut-sudut ruangan menegaskan warna kayu, kayu jati berwarna mahoni. Dan ada vas berisi bunga warna-warni. Warna itu merambati lukisan diatas dinding, sebuah lukisan keluarga dengan seprang anak laki-laki. Belum sempat aku melihat lukisan tadi, aku mendengar tepuk tangan dan gelak dan gelak tawa dilantai bawah. Aku berhenti ditengah tangga. Denting itu berhenti sesaat lalu kembali memainkan lagu yg terdengar akrab ditelingaku.

"You're my end and my beginning" Tanpa sadar aku bersenandung. Jantungku pun berdegup kencang.

"Apa ada orang disana?"Aku kembali berteriak.

Tak ada jawaban. Aku turun perlahan. Aku melihat sepasang remaja diruang keluarga. Keduanya menghadap ke pintu taman. Aku tidak dapat melihat jelas wajah siapa saja itu, sebab sepasang tubuh itu membelakangiku. Si pemuda sedang memainkan gitar untuk kekasihnya. Sesekali si gadis mencium pipi si pemuda dengan penuh kasih sayang. Aku perlahan menjangkau sofa, hendak melihat wajah-wajah itu. Jantungnya berdegup semakin kencang.

Aku terbelalak kala wajah itu menoleh. Aku langsung menjerit.

"TIDAAAKK!!"

Aku terbangun dari tidurku. Napasku memburu. Aku mengamati ruangan dan sadar kalau dia hanya bermimpi.

Baru saja aku bernapas lega suara denting gitar kembali terdengar. Aku terkesiap, mataku melotot kearah pintu kamar. Pintu kamar berderit terbuka.

"Harp? Is that you?"Tapi itu tidak mungkin, Harp tidak pernah menggerakan benda. Jadi itu apa...

Denting itu terdengar semakin jelas, Aku keluar dari kamar. Aku beralih ke kamar utama yg menjadi tempat barang-barang tua termasuk gitar yg sudah setengah hancur dan berhenti didepan pintu. Suara denting gitar terdengar semakin jelas, memainkan sebuah lagu yg ku dengar didalam mimpiku tadi. Aku pun membuka kenop pintu kamar utama. Sepi. Tidak ada apa-apa disana. Hanya barang-barang tua dan sebuah gitar yg diletakkannya tadi. Aku menyalakan lampu kamar, suasana temaram.

Aku beralih ke gitar, ragu-ragu untuk menyentuhnya. Senar-senar gitar telah putus. Lalu darimana denting itu? Aku meraih gitar itu dan segera keluar dari sini.

Dikamar, aku bisa memperhatikan gitar itu karena lampu penerangan dikamarku lebih baik. Aku mengamati gitar itu dengan teliti. Sepertinya gitar ini tidak asing bagiku. Aku memasukkan tanganku ke lubang suara. Aku menemukan sesuatu, dan menarik sekeping ukiran kayu dari dalam gitar. Aku segera membersihkan debu yg menempel pada kayu, lalu mengamati ukiran tulisan yg tercetak diatas kayu itu. Dan menduga kalau itu nama pemilik gitar ini.

"H-hap-py Birth-day.." I read, "H-azz"

Hai-hai, maaf ya late update lagi kehabisan ide. Makasih buat semuanya yg udah vote, comment dan masukin cerita ini ke reading list kalian. Gak tau lagi harus bilang terimakasih ke ke kalian kaya gimana. Disini juga udah banyak clue tuh hihi. Terima kasih sekali lagi buat kalian, love you all<3 -Bear. Ansel Elgort as Dale on the right!

+5 Votes for the next chap! Please Comment! :)

Reincarnation //h.s. {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang