Awal yang lama

632 67 3
                                    

Wanita itu ibarat kaca... sifatnya transparan, apa yang ada didalam bisa terlihat tegas namun tak tersentuh pasti.
Wanita itu memang kaca... berfungsi juga melindungi.
Jika begitu adanya... kaca perlu perawatan jua...
Kaca akan pecah jika terlempar batu....
Remahannya melebur hingga menyebar tak lagi berbentuk...
Bisakah disatukan? Tentu saja... namun bekasnya akan selamanya nyata...
namun bekasnya tak akan pernah sama dengan kaca baru...
Namun apa mau dikata... kaca memang selalu indah juga rapuh....

Itulah penggalan buku yang Will tulis, Minggu ini ia sangat berbahagia karena bukunya sudah di publish dan sudah bisa d jual di toko buku. Will pergi memastikan kesebuah toko buku di sekitar rumahnya beserta Ken di minggu pagi. Dia memastikan sendiri bahwa bukunya terpampang rapi di sbuah Rak khusus buku Motivasi. Will terhenti 1 meter kurang lebih dari tempat bukunya terpampang. Seseosok pria tengah berdiri serius membaca setiap lembar buku Will. Maksud hati ingin memeriksa siapa sosok lelaki itu, ia meraih dua buku Will dan berbalik mungkin akan membayar ke kassa. laki-laki itu tertegun ketika melihat sosok Will yang berdiri di hadapannya dengan seorang anak laki-laki yang sibuk mengacak-ngacak buku yang ada di sampingnya.

Mereka berhadapan, saling terpaku seolah tengah mencari-cari sebuah nama di dalam memeori masing-masing, prasaan itu berkata lebih dari pada pandangan mereka. Prasaan itu bergetar mana kala mata mereka bertemu dan saling diam. Selengkung senyum tersemat manis di mulut si pria dengan rambut tipis mengitari dagu dan atas mulutnya, hidung mancung has laki-laki arab, mata yang indah, rambut hitam tebal, perawakan jangkung besar. Geraldhi Yama Yunanda.

"Will..."

Will yang masih terpaku akhirnya bereaksi, dia melepaskan senyumnya dan mengangguk. Ge menghampiri dan menyalami Will, dengan sedikit ragu Will mengangkat tangannya dan menyalami Ge dari jauh. Ge menyadari Will yang berubah melihat penampilan Will yang mulai tertutup, sehingga ia menerima dengan kerelaan hati ketika Will tak menyambut tangannya untuk bersalaman.

"Kamu apa kabar?" Tanya Ge.

"Baik... alhamdulillah... kamu gimana?" Tanya Will balik. Ge tersenyum.

"Aku baik dong..." Ge menunjukan tiga buku yang sama pa Will, ya mungkin Ge berniat membeli buku Will 3 pcs. "Aku baru niat mau beli buku kamu... malah ketemu penulisnya..." ungkapnya. Will tersenyum.

"Banyak banget Ge buat apa?"

"Aku support kamu nih... biar cepet best seller..." jawabnya.

"Kalo gitu kurang belinya..." Ge tertawa.

"Itu anak kamu?" Ge menghampiri Ken yang tengah asik duduk membuka lembaran buku dongeng di lantai. Will mengangguk pelan, Ge melirik Will yang seolah mengisyaratkan sesuatu padanya. Ge mendekat dan jongkok hingga Ken dan dirinya berhadapan.

"Hallloooo..." sapa Ge hingga membuat Ken tak lagi fokus pada buku. "Namanya siapa?" Ken yang terlihat kaget tiba-tiba tersenyum menyambut sapaan Ge, Will tiba-tiba merasa lega, karena tak biasanya Ken seramah itu pada orang baru.

"Enn..." jawabnya, Ge melirik Will seolah meminta konfirmasi atas jawaban yang Ken beri.

"Namanya Ken... 'K'nya selalu ketinggalan..." jawab Will lembut, Ge tersenyum sembari mengelus rambut Ken lembut. Mereka saling berbincang membicarakan tokoh ayam yang ada di buku dongeng. "Kamu sengaja ke Toko buku?" Tanya Will sembari melihat beberapa buku dongeng disebelah Ken duduk.

"Iya dong..."

"Sejak kapan kamu hobi baca..." ledek Will, Ge lagi-lagi tersenyum.

"Sejak kamu posting di Instagram, kalau buku kamu udah ada di toko Buku." Will segera melirik Ge dengan ekspresi tak percaya.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang