Di tengah rasa berdebarnya, di tengah hari-harinya yang kini mulai berbunga, meskipun sibuk bekerja rasanya Will sangat bahagia. Namun hidup memang tak selamanya bahagia... hidup tak selamanya jua derita. Di tengah aktivitas Will yang di kejar waktu dalam menulis beberapa skrip tiba-tiba hanphonenya bergetar.
"Assalamu'alaikum... "
"Wa'alaikumssalam Will..." suara mama di balik telpon terdengar panik. Will segera melepaskan tangannya dari Keyboard dan fokus sepenuhnya pada hpnya.
"Ada apa mah?" Tanya Will.
"Will... Ken muntah-muntah... aduh mama bingung harus gimana, mana papa juga udah di telpon belum pulang-pulang..." jelas mama.
"Loh ko bisa mah? Kenapa?" Tanya Will.
"Mama gak tau Will, tadi pagi baik-baik aja... dia buang air juga... aduh mama khawatir takut dehidrasi..." tambahnya. Bagai di sambar petir, tubuh Will tiba-tiba melemas, dan ia tak memikirkan apapun lagi selain ingin pulang membawa Ken ke rumah sakit.
"Mama tenang dulu ya... kasih minum terus Ken nya... nanti kalo papa udah pulang duluan tolong bawa Ken ke rumah sakit dulu ya... tapi Will akan usahakan pulang tepat waktu. Will ijin dulu ya... assalamu'alaikum." Will segera menyimpan Filenya dan berlari menemui Tiara, Tiara yang juga tampak sedang sibuk dengan komputernya dengan terpaksa Will memotong aktivitasnya.
"Ra... gue ijin pulang ya... please!!!" Tiara yang belum faham akar permasalahannya terdiam sembari mengangkat alis, ia sedikit merasa heran karna bisa-bisanya di tengah kesibukan kantor Will merengek ijin pulang. "Ken muntah-muntah... gue harus bawa dia ke rumah sakit." Wajahnya berubah drastis, ekspresi Tiara melemah dan tampak khawatir.
"Ko bisa? Kenapa?"
"Gue juga gak tau... gue bakalan kerjain di rumah sakit atau di rumah kerjaan gue yang belum kelar... gue janji malam ini kelar ya... nanti gue email hasilnya..." Tiara berdiri menyamakan tingginya dengan Will yang bahkan tidak bisa berdiri tegak karena saking paniknya.
"Ok Will santai aja... lo hubungi gue kalo udah sampe ya... gue paling ke sana besok." Jawab Tiara. Will mengangguk cepat dan segera berlalu dari pandangan Tiara, Will berlari menuju ruangannya dan meraih tas ranselnya yang tergantung di kursi, lantas ia gendong tasnya dan berlari meninggalkan ruangannya. Saking paniknya Will tak sengaja menabrak Roy di lorong menuju lift. Brukkkkkk... semua dokumen yang di pegang Roy berhamburan di antara mereka.
"Maaf... maaf aku buru-buru..." Will segera berdiri, Roy tak mengabaikan kertas-kertas itu dia malah fokus pada Will yang memiliki sikap yang tak biasa.
"Buru-buru kenapa?" Tanya Roy sambil berdiri hingga mereka saling berpandangan. Sebelumnya Will tak berniat sedikitpun memberitahu pada Roy, tapi lagi-lagi Will membuang jauh-jauh egonya dan meluruskan pandangannya pada Roy, menatap Roy dengan tatapan tegar.
"Ken sakit... dia muntah-muntah..." jawab Will, wajah Roy memerah, sepertinya ia cukup marah pada Will yang tak langsung memberitahunya.
"Ko kamu gak ngomong langsung sama aku..." Will berbalik hendak meninggalkan Roy.
"Aku gak punya waktu buat debat sama kamu... kalo kamu mau ikut ayo... kalo enggak aku mau berangakat sekarang!" Will berlalu, Roy mengikuti Will tanpa mengabaikan lembaran kertas yang berserakan di lantai. Roy segera menelpon bawahannya untuk mengambil dokumen yang jatuh dan ia meminta ijin untuk pulang duluan. Roy membawa Will menuju parkiran dimana mobilnya terparkir. Tanpa fikir panjang Will menaiki mobil dan mobil tersebut melaju kencang menuju Bogor.
Sepanjang jalan Jakarta-Bogor sangat macet, mereka bahkan terjebak di Tol. Maksud hati ingin lebih cepat tapi ternyata tetap terjebak macet. Mama kembali menelpon, namun kabar baiknya Ken sudah di bawa kerumah sakit. Meski begitu mama bilang Ken harus di rawat setidaknya 1-2 malam karena dehidrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
Romance"kamu tau bahwa mencintai seseorang itu tak perlu syarat...mau kamu berubah jadi siapapun kamu tetap kamu...dan hatiku tetap sama.." "kenapa harus dia?" "itupun menjadi pertanyaanku...kenapa dia memilihku yang begini? aku tidak bisa menilai cinta se...