"Syah, kamu udah tau berita yang terbaru?" Tanya Meisya kepadaku saat kami sedang menyantap makan siang di kantin.
Aku menggeleng, "Berita apa?" Tanya ku.
"Ada dosen baru di kampus ini. Dan dari berita yang aku dengar sih, katanya dia bakalan ngajar di fakultas kita."
"Siapa namanya?"
"Kalo gak salah sih namanya, Pak Rendy."
Sejenak aku diam menghentikan aktivitas ku sejenak. Entah mengapa setiap aku mendengar kata 'Rendy' hidupku langsung berhenti seketika, dan jantungku berdetak tidak karu-karuan.
"Dia masih muda, kalo gak salah sih umurnya sepantaran Abang aku Syah. Ya sekitar 23 tahun." Lanjut Meisya.
"Wow, masih muda ya. Hati-hati loh nanti kamu kepincut." Ucapku kepada Meisya.
"Gibran mau aku kemanain kalo aku sampe kepincut sama dosen aku sendiri? Yang ada acara pernikahan aku sama Gibran dua Minggu lagi lagi bakalan gagal gara-gara aku kepincut sama laki-laki lain." Rajuk Meisya.
"Iya deh iya yang udah punya calon mah."
"Kamu kapan nih Syah?" Tanya Meisya.
Aku mengangkat kedua bahuku, menjawab ucapan Meisya dengan isyarat tidak tahu.
"Makanya kamu kalo ada Ikhwan yang mau ngajak kamu ta'aruf itu diterima biar kamu punya calon juga." Ledek Meisya kepadaku.
Aku langsung cemberut kala Meisya menyinggung soal ta'aruf. Bukannya aku tidak mau menerima ajakan mulia itu, tapi dalam diri ku sendiri pun belum siap untuk menikah. Lagipula Ikhwan Ikhwan yang datang menghadap Abi semuanya tidak ada yang cocok dengan aku.
"Aku nolak juga karena ada alasannya Sya." Jawabku dengan suara yang pelan.
"Kakak kelas yang waktu itu kamu ceritain ke aku kan alasannya?" Tanya Meisya, membuat raut wajahku berubah seketika menjadi terkejut.
"Syah, udah dong lupain aja. Lagi pula sekarang kamu gak tau kan keberadaan dia dimana. Memangnya kamu mau terus menerus nunggu, tapi ternyata kamu sama dia gak berjodoh? Dan malah ternyata dia udah punya calon?"
Ucapan Meisya seperti tamparan keras buat ku, meskipun secara tidak langsung, tetapi entah mengapa terasa sangat panas di hati.
Aku mencoba untuk menahan diri ini agar tidak larut dalam situasi, dan mencoba menahan bulir air mata agar tidak jatuh. Berkali-kali aku mengucap istighfar dalam hati seraya menyakinkan dalam hati jika kuasa illahi tidak akan pernah salah. Kalau pun aku dengannya tidak ditakdirkan untuk bersama, setidaknya aku sudah berusaha untuk menjaga cinta yang ku punya dengan tidak mendekati perbuatan yang dilarang oleh Rabb ku, yaitu pacaran.
"Aku mau ke toilet dulu Sya." Ujar ku seraya bangkit dari duduk lalu pergi meninggalkan Meisya.
,,,
"Kebiasaan orang di negara +62 itu bilangnya mau ketemuan jam sembilan tapi jam setengah sebelas baru sampe. Ngaret dasar." Sindir Pandu kepada Rendy yang baru datang sambil tergopoh-gopoh.
Rendy tersenyum, lalu menduduki bangku dihadapan Pandu, "Dan kebiasaan orang di negara berflower itu sukanya ngedumel mulu."
![](https://img.wattpad.com/cover/129011564-288-k227154.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu ✓ (SUDAH TERBIT)
Spiritual(COMPLETED) Aku menyebutnya Cinta. Dia menyebutnya Benci. Bersamanya adalah impianku. Bersamaku adalah hal terburuk menurutnya. Aku merasa bahagia ketika bersamanya, namun ia merasa seperti berada di neraka ketika bersamaku. Aku harap, akhir dari ki...