Malam ini seperti biasa, rutinitasku sehabis sholat isya dan juga menghafal beberapa ayat Al Qur'an adalah menjadi seorang stalker, stalker akun sosial medianya. Sudah lama aku melakukan kegiatan ini. Mungkin sejak aku menaruh hati padanya.
Dulu dia adalah kakak kelasku. Waktu itu saat aku kelas 10 dia sudah kelas 12. Kami berdua sama sekali tidak pernah tegur sapa apalagi mengobrol. Kami hanya berpapasan saja saat kami hendak melaksanakan sholat asar dimushola. Selebihnya kami kembali menjadi orang yang sama-sama tidak kenal.
Menjadi seorang stalker mungkin sudah menjadi keahlianku. Buktinya saat dulu aku belum mengetahui identitasnya, aku berinisiatif untuk mencari identitasnya dengan mencari akun sosial medianya. Dari mulai Twitter, Facebook, Instagram, dan akun sosial media lainnya. Meskipun aku sama sekali tidak mengetahui siapa namanya, tapi bukan Aisyah namanya jika berhenti mencari sebelum menghasilkan hasil.
Awal-awal aku mencari di facebook dengan melihat daftar nama teman diakun bernama Hendri Prasetyo teman dekatnya yang aku ketahui namanya dari bed yang menempel dibaju seragamnya. Aku membuka satu persatu akun yang berteman dengan Hendri, tetapi hasilnya nihil, aku tidak membuahkan hasil.
Kemudian aku beralih ke Twitter, tetapi hasilnya juga nihil.
Lalu aku beralih ke Instagram, sebelumnya aku harap-harap cemas karena takut jika aku tidak akan mendapatkan identitasnya, tetapi suatu keajaiban yang datang kepadaku, akhirnya aku menemukan akun Instagramnya, yang bernama @IniRndy_
Dari bio yang aku baca, nama lengkapnya adalah Muhammad Rendy Zulfikar.Betapa senangnya aku kala itu saat mengetahui nama lengkapnya. Dan semenjak aku mengetahui nama Instagramnya, hampir setiap malam aku selalu ngestalk Instagramnya. Sampai detik ini aku hanya berani menjadi seorang yang diam-diam melihat insta storynya saja tanpa berani menekan tombol Ikuti.
Kerjaan ku saat ngestalk Instagramnya hanya menscrool bolak-balik foto unggahannya. Untuk menekan gambar hati disetiap fotonya saja rasanya tanganku gemetar, apalagi untuk menekan tombol biru yang bertuliskan ikuti.Aku mengaguminya secara diam-diam sudah hampir 5 tahun lamanya. Entah mengapa, semenjak ia lulus dari sekolah Sma Insan Cindekia perasaan ku padanya masih tetap sama, tidak berubah sedikit pun, meskipun dirinya sudah tidak sekolah lagi di Sma Insan Cindekia. Dan sampai saat usiaku menginjak 21 tahun, aku masih juga mengaguminya.
Sekarang aku tidak mengetahui keberadaan Rendy, apakah dia sudah menjadi orang yang sukses atau malah dia sudah berumah tangga.
Bayang-bayang Rendy terus mengahantui ku hingga aku tidak sadar, aku malah menekan tombol Ikuti. Aku syok, kenapa dengan bodohnya aku malah menekan tombol itu. "Astagfirullah hal'adzim, ya Allah kenapa aku malah pencet tombolnya sih?!" kesal ku pada diri ini.
"Ya Allah, unfoll ga ya, unfoll ga ya?" Aku benar benar bingung. "Tapi kalo aku unfoll nanti jadi ketauan dong kalo aku suka ngestalk ignya."
Hingga akhirnya kegiatanku terhenti karena baru saja aku mendengar suara ketukkan pintu, langsung saja aku membukakan pintu itu. Ternyata yang mengetuk adalah Fatimah, ponakan ku. Spontan aku langsung menggendong tubuh mungilnya itu lalu ku bawa ke dalam kamar. "Fatimah ke sininya sama siapa?" Tanya ku pada gadis imut itu.
"Sama Umi sama Abi."
"Terus Umi kamu dimana sekarang?"
"Dibawah, lagi ngurusin dedek yang lagi nangis."
Aku mengangguk lalu ku menurunkan tubuh Fatimah diatas kasurku, "Mba, aku punya mainan baru loh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu ✓ (SUDAH TERBIT)
Spiritualité(COMPLETED) Aku menyebutnya Cinta. Dia menyebutnya Benci. Bersamanya adalah impianku. Bersamaku adalah hal terburuk menurutnya. Aku merasa bahagia ketika bersamanya, namun ia merasa seperti berada di neraka ketika bersamaku. Aku harap, akhir dari ki...