3. Pedang Kareon

869 141 204
                                    

Hal paling menjemukkan dari sebuah kemenangan adalah jamuan pesta yang terlampau mewah. Karpet merah terpancang di seluruh ruangan, lampu kristal bergantung riang dan hidangan memenuhi meja-meja.

Suara instrumen musik dimainkan dalam harmoni yang riang, nyanyian khas kemenangan Nerion membahana, terbawa angin hingga ke ujung negeri.

Ketukan kaki, gemulai jemari dan lenggok tubuh berputar seperti tarian peri. Gelak tawa dan obrolan panjang bersahutan mengudara diantara bising nyanyian.

Guanlin secara terpaksa dan dapat dikatakan hanya memenuhi undangan, menginjakkan kaki pada karpet merah pintu aula. Menggunakan seragam khas prajurit yang mewah, jubah panjang terjuntai hingga setengah panjang kakinya. Jahitan benang berwarna peraknya berkilau ditempa cahaya lampu. Sepatu kulit tebal yang kuat dan kokoh, mendukung penampilan kuat dan dominan, ciri khas prajurit Nerion.

Tanpa ingin mengumbar basa-basi, Guanlin mengambil jalan langkahnya sendiri, melewati beberapa wanita yang menari dengan rok lebar berwarna merahnya.

Guanlin menyambar segelas anggur kualitas terbaik, menimang untuk menempatkan dirinya.

Pada akhirnya Guanlin hanya berdiri di sudut tergelap ruangan, menyembunyikan diri dalam gelap dengan mata elangnya yang terbang ke seluruh ruangan.

Samuel duduk di ujung ruangan yang lain dengan seorang pemuda bersurai hitam, Guanlin tidak ingat siapa nama pemuda itu.

Wajahnya terlihat memerah dibawah cahaya lampu, kewarasan secara perlahan akan meninggalkan Samuel dalam beberapa menit ke depan.

Guanlin berdecak sebal, setelah ini ia pasti akan kerepotan menyeret Samuel sampai ke rumah.

Dari sudut manapun, Guanlin sangat paham sebesar apa Samuel kehilangan Jihoon. Walaupun hanya sebatas saudara tiri tetapi Samuel sangat bergantung dan menyayangi Jihoon, terlebih setelah kepergian ayah mereka.

Guanlin sangat paham kelemahan Samuel, seberapa besarnya pemuda itu berjuang dan bergulat dengan dirinya sendiri sebelum berada di posisinya saat ini sebagai pengawal utama Pangeran Seongwoo. Semua itu tak lepas dari dukungan Jihoon yang selalu menyangatinya.

Guanlin memutar cairan merah dalam gelasnya, ia tak mampu menghitung berapa lama ia berdiam diri disana, menyorot seseorang dan mulai mengartikan keadaan mereka.

"Hei!" Guanlin terhenyak dan menemukan wajah Jinyoung di sampingnya. Pemuda itu tersenyum hingga matanya menghilang.

Seperti biasa, ia nampak luar biasa dengan seragam prajurit khas Nerion yang mewah. Tatanan rambut yang tersisir rapi ke sisi kanan serta sepatu hitam yang nampak mengkilat.

Guanlin mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban. "Kau melewatkan banyak hal. Kemana perginya kau setelah mengantar Pangeran Jonghyun?" tanya Jinyoung, masih dengan senyumnya. Ia nampak cukup rileks dan menikmati suguhan entah dalam artian sebenarnya ataukah Jinyoung hanya sedang mencoba menikmatinya. Pilihannya jatuh pada seduhan berwarna kebiruan bercampur warna ungu samar pada dasar gelasnya.

Guanlin tersenyum sangat tipis, hampir tak terlihat. "Aku sedang berpikir untuk melewatkan pesta, tapi aku ingat bahwa Samuel tak akan bisa pulang sendiri malam ini." jawab Guanlin tenang, melirik kursi dimana Samuel berada.

Jinyoung memutar kepala, mengikuti arah pandang Guanlin. Samuel menaruh kepalanya di meja dan ia memaksa untuk satu botol alkohol yang lain. "Kau benar. Dia pasti sangat terpukul." sahut Jinyoung berubah masam.

Guanlin mengangguk pelan, membenarkan perkataan Jinyoung tetapi ditujukan untuk dirinya sendiri secara diam-diam.

"Aku tidak melihat Woojin. Dimana dia?" Jinyoung menaruh gelas kosongnya pada sebuah nampan ketika seorang pria berseragam hitam dan putih lewat di depannya.

(Super Slow Up) BETRAYAL [NielWink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang