8. Kado Musim Dingin

530 90 731
                                    

Jihoon bangun lebih awal pagi ini tetapi Yeji bahkan sudah rapi dengan pakaian berwarna biru tua -sedang menata sarapan pagi Jihoon di atas meja.

Daging panggang yang masih mengepulkan asap, sekeranjang buah segar, susu, dan sayuran yang bergumul dalam mangkuk kaca kusam dengan siraman minyak nabati.

Jihoon merasa segar setelah mandi dan ia mendapati satu set pakaian baru yang tergeletak di atas ranjang. Warna merah tua dengan jalinan benang emas -warna khas Zurischo. Yeji bilang, tadi malam Donghan mengirimkannya untuk Jihoon pakai -atas perintah Jonghyun.

Jihoon tersenyum kecil dan memakainya dengan cepat, mengabaikan sedikit penolakan dalam dirinya. Segera saja ia tepis bahwa Jonghyun tak mungkin mendapatkan satu set pakaian khas Nerion untuk diberikan pada Jihoon.

Yeji tersenyum cerah ketika Jihoon duduk di meja makan. Ia mengamati ruangan yang lebih terang, semerbak aroma terapi menambah rasa hangat suasana pagi ini.

Setidaknya Jihoon hanya menebak pagi telah tiba karena tempo hari Yeji bilang bahwa Pangeran Jonghyun akan mengantarkannya kembali ke rumah ketika pagi tiba.

"Kau terlihat lebih segar dengan pakaian barumu." canda Jihoon, mengambil sebuah apel dan menggigitnya dengan rakus.

Yeji tertawa kecil dengan kedua tangannya yang sibuk menata sebuah kotak kado. "Aku harus berpakaian yang lebih baik untuk mengantarkan...emm..." Yeji sedikit bersemu atas pemikirannya tanpa Jihoon sadari. "Ah, sudahlah." balasnya.

Jihoon sesungguhnya ingin menggoda Yeji mengenai perbedaan sikapnya. Jika Jihoon bukan saudara tiri Samuel, mungkinkah wanita muda itu masih bersikap sehangat ini padanya?

Jihoon memilih potongan semangka untuk menu selanjutnya ketika Yeji menyusulnya duduk di meja makan.

Sebuah kotak persegi berwarna coklat berpindah ke depan Jihoon.

Seolah mengerti dengan pandangan aneh Jihoon, Yeji menepuk pelan bagian atas kotak itu.

"Berikan pada...." Jihoon justru menyeringai jahil. Yeji mengabaikan wajah menyebalkan Jihoon "Berikan pada saudaramu." Yeji lebih cepat membungkam bibir Jihoon bahkan sebelum gadis itu memuntahkan untaian kata-katanya.

"Diam atau kubilang pada Jonghyun untuk membatalkan kepulanganmu."

"Coba saja. Aku bisa pulang sendiri." bantah Jihoon dengan sedikit kesal yang dibuat-dibuat.

Yeji menaikkan sebelah alisnya. "Baiklah, kalau begitu...aku akan mengadu pada Daniel." ucapnya sambil meneguk segelas teh hijau dari cangkir aneh di sebelah keranjang buah.

"Daniel? Dia...?" Jihoon mendengung samar seolah sedang menata kalimat yang tepat untuk tidak terlalu mencolok.

Jihoon berucap dengan hati-hati. "Dimana....Pangeran Daniel? Dia kemari? Bukankah dia sudah ya...kau tahu maksutku kan?" jelas sekali bahwa Jihoon sangat ingin tahu dan hal itu sukses membuat Yeji menahan tawanya.

"Kau sangat ingin bertemu Daniel?" tanpa sadar Jihoon mendengung cepat.

Detik berikutnya ia menyadari sebuah respon refleks diluar kendali. Jihoon menggeleng cepat, "Tidak, maksutku....aku tak sempat mengucapkan terima kasih saat itu." sahutnya.

"Alasan klise!"

"Aku sungguh-sungguh!" bantah Jihoon.

"Kejadian itu bahkan sudah sangat lama!" Yeji tak mau kalah.

Yeji mengangkat bahunya. "Bilang saja kau tertarik pada Pangeran kami yang tampan itu." Jihoon sebisa mungkin menahan responnya, seolah tak peduli -menyabet segelas susu segar dan meneguknya setengah bagian.

(Super Slow Up) BETRAYAL [NielWink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang