Fourth

174 64 9
                                    

Thypo bertebaran

****

Mentari sedang memancarkan sinarnya ke penjuru bumi  namun sayangnya sinar kebahagian itu tidak mengenai ruang hati Mauren saat ini.
Ruang hati Mauren hampa, tak berpenghuni dan seakan gelap yang menguasainya.

Mauren tidak memiliki semangat  bersekolah lagi. Jika bisa, Mauren berharap pindah planet agar tidak bertemu dengan dia lagi.

Flashback on

Setelah memperkenalkan diri, Arga kemudian di persilahkan untuk duduk dan saat itu teman sebangku Mauren sedang sakit.  Akhirnya Mauren sebangku dengan Arga.

Jiwa dan batin Mauren tidak terima, namun hatinya berbanding terbalik terhadap apa yang dirasakan jiwa dan batinnya.

"Bu, kok dia duduk di samping saya sih? Nanti Dinda duduknya sama siapa?"Protes Mauren, namun mata nya tak sengaja melihat wajah Arga. Karena sedari tadi Mauren menahan diri agar tidak menatap wajahnya.

Masih ganteng, seperti 2 tahun yang lalu*Batin Mauren.

"Mauren-Mauren, katanya tidak mau duduk sama anak baru, namun mata nya mah nggak bisa bohong. Awas tu mata, nanti copot" Sarkas Lisa, Lisa adalah cewek tercantik dan terpintar di kelasnya, namun sikapnya sangatlah kurang bagus.

Mati gua, ketahuan lagi sama mak lampir* Batin Mauren, yang merutuki kebodohannya.

"Sudah-sudah, jangan banyak protes Mauren dan kamu Lisa, jangan memancing keributan. Silahkan duduk Arga!" Perintah Ibu Sri.

Mauren seakan mati kutu di buatnya, bahkan jantung nya sudah berdetak tidak karuan lagi. Mauren tidak dapat menahan cairan di pelupuk matanya, akhirnya Mauren menangis, menangis dalam diamnya.

"Nggak usah lebay" Itu adalah ucapan pertamanya ke Mauren setelah sekian lama. Ucapan yang menyakitkan bagi Mauren.

"Iya gua nangis, gua nangis karena lo. Lo yang datang tanpa ada beban sama sekali. Bahkan lo, seakan nggak kenal gua"Ingin sekali Mauren berkata seperti itu, namun Mauren tetaplah orang yang menyembunyikan kesedihannya.

"Hah? Yang lebay siapa, orang gua cuma kelilipan" bantah Mauren.

"Whatever" Sarkas Arga. Arga semakin dingin dan tidak punya hati.

Kenapa lo jahat banget sih? Sampai-sampai lo pura-pura nggak kenal gue*Batin Mauren yang menangis dalam diam, menangisi kebodohannya.Dia dengan se enaknya kembali, tanpa ada beban sama sekali. Sungguh mirisnya hidup Mauren saat ini.

Flash back off

Mauren, harus ke sekolah sekarang, urusan hatinya, nanti Mauren pikirkan. Sekarang tujuan utama Mauren adalah ke sekolah tanpa terlambat.

Setelah sarapan, Mauren bergegas menuju halte terdekat. Kurang lima belas menit lagi, gerbang di sekolahnya akan di tutup. Mauren merutuki dirinya sendiri, Ia sangat bodoh memikirkan Dia, sampai-sampai Mauren jadi terlambat.

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang