Thypo bertebaran....
*****
ALIN POV
"Nggak bisa Lin, dia udah beda" Ujar Mauren.
"Maksud lo?"Heran ku.
"Pokoknya dia udah beda, sikap nya yang dulu seakan hilang. Sekarang dia kasar Lin, bahkan gue nggak nyangka dia berubah banget" Mauren menghela nafas jengahnya.
Aku sebagai sahabat baik paham bahwa Mauren tidak mau membahasnya."Yaudah nggak usah bicara tentang dia lagi, mending kita ke kelas." Aku menarik tangan Mauren.
Sesampainya didepan kelas, ternyata Ibu Tia sudah keluar, entah berapa lama aku dan Mauren habiskan di toilet. Pasti minggu depan mereka dapat sanksi dari Ibu Tia, aku tidak ambil pusing memikirkannya.
"Hai manis, ke kantin yuk" Ajak Radit ke Mauren. Wajah Mauren tersipu malu mendengar sapaan Radit kepada nya.
"Kuy lah.." jawab Mauren, sambil menarik tangan Radit, jika bersama Radit, Mauren seakan melupakannya.
Jauh dilubuk hatiku, ada perasaan mengganjal saat melihat kedekatan mereka berdua. Terkadang aku ingin egois, mengambil Radit dari sahabatku.
Terkadang aku berpikir, Tuhan tidak adil. Aku yang sudah menyukai Radit dari kelas 10 hingga sekarang, namun tidak mendapat respon sedangkan Mauren yang mungkin tidak menyukai Radit, malah mendapat perhatian lebih dari Radit.
Aku mengasihi diriku sendiri, menyukai gebetan teman sendiri seakan akan aku menghianati persahabatan kami. Aku menyukai Radit, lebih tepatnya menyayangi Radit, namun aku lebih menyayangi Mauren. Jika bisa aku ingin jujur ke Mauren kalau aku sangat menyayangi Radit, tapi melihat keduanya mempunya ketertarikan masing, membuatku mengurungkan niat ku.
Semoga dia bisa menjadi pengganti Arga di hidupmu* Batinku.
"Alin, lo ngga mau ikut makan?"Ujar Mauren yang menyadarkan ku kalau mereka belum ke kantin.
"Enggak deh, nanti gua jadi obat nyamuk." Alasan ku selalu begitu, jika diajak makan bersama mereka. Sebenarnya aku tidak mau membuat hatiku sakit lagi, sedangkan melihat mereka berdua dekat membuat dada ini sesak, bagaimana bisa aku bertahan melihat mereka makan bersama, terlebih lagi mendengar gombal dari Radit ke Mauren, bisa-bisa aku kena serangan jantung. Anggaplah aku lebay*hehehe
"Basi lo, kalau gua ajak lo makan sama Radit pasti jawaban lo perasaan itu terus deh." Ujar Mauren
"Gua nggak mau sakit hati, kalau gua lihat lo sama dia Mauren, tolong pikirin perasaan gua juga" Jika bisa aku ingin berkata demikian, namun aku tidak mau menyakiti perasaan Mauren. Mauren terlalu baik kepadaku, berkorban perasaan tak apalah.
"Iya lah, karena lo kalau udah sama Radit lupa sam gua. Nanti gua jadi kambing conge di sana" Aku berusaha agar Mauren menerima alasan ku ini.
"Lo ikut aja makan bareng kita." Kali ini Radit yang berbicara. Hatiku seakan bergetar, jika Radit berbicara dengan Mauren pasti menggunakan aku-kamu, sedangkan jika berbicara dengan ku pake lo-gue, sungguh mirisnya kehidupan.
"Gua baru ingat, kalau gua tadi dipanggil sama Bu Sri. Mungkin ada yang penting, nanti kalau urusan gue udah kelar pasti gue menyusul deh." Aku berbohong lagi, entah sudah berapa kali aku berbohong.
"Oh gitu, yaudah kita duluan yah." Ujar Radit lalu merangkul bahu Mauren. Keduanya sudah berlalu menuju kantin. Aku tak kuat lagi menahan sesak di dada lalu pandanganku memburam ternyata cairan bening di pelupuk mataku tak dapat aku tahan lagi. Bagi ku melepaskan Radit demi kebahagiaan Mauren adalah sesuatu yang sangat sulit. Tetapi demi mengembalikan kebahagian Mauren, Aku rela melepaskan rasa yang bersarang di hatiku selama ini.
Jangan egois Lin, Mauren berhak bahagia* Batin ku
Author pov.
"Radit kalau aku makan berdua sama kamu terus, nanti orang-orang bilang kita pacaran loh." Ujar Mauren.
"Bilang aja kode mau ditembak, hehehe" Radit mungkin terlalu peka, sehingga dia berkata seperti itu. Radit tidak tahu bahwa efek dari ucapannya sangatlah kuat terhadap cewek yang berada di depannya.
"Yang kasih kode siapa sih? Kamu mah asal ngomong, sebel deh" Ujar Mauren.
"Iya deh aku yang salah, kamu mau makan apa?"
"Sama in aja sama kamu"
"Oke, tunggu sebentar yah aku pesan dulu"
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Radit datang dengan pesanan Mauren.
"Makan gih, cacing di perut kamu udah pada demo. Sampai-sampai kedengaran ke aku loh" Canda Radit.
"Iya iya aku makan"
"Kalau satnight kamu ada kerjaan nggak?" Tanya Radit di sela-sela makannya.
"Memangnya kenapa kalau aku ada kerjaan?" Tanya balik Mauren.
"Nggak sih, aku cuma mau ngajak dinner bareng, kamu mau nggak?"
"Iya deh, tapi jangan terlalu malam pulang nya." Dulu saat diajak dinner pertama kali oleh Radit, Mauren pulang telat bahkan orang tuanya sudah memarahinya.
"Iya janji, ngga sampai malam banget kok"
"Iya deh" Bohong jika Mauren tidak deg deg an saat ini, jika ada cowok yang menatap wajah mu dengan intens pasti kamu akan salah tingkah, seperti yang dilakukan Mauren saat ini.
"Hm..." Deheman Mauren untuk mengatasi detak jantungnya saat ini.
"Kamu yah, kalau makan masih kaya bocah." Ujar Radit sambil menyeka sisa coklat di bibir Mauren.
Jarak antara Mauren dan Radit sangatlah dekat, bahkan Mauren dapat mencium aroma mint dari tubuh Radit. Bahkan jika Radit maju sedikit lagi, mungkin bibir Mauren tidak akan suci lagi."Hm... Radit aku.. aku bisa sendiri kok." Ujar Mauren yang memalingkan wajahnya, karena ia merasa pipinya bersemu merah. Mauren tidak dapat menahan kegugupannya.
"Nggak usah blushing juga kali." Goda Radit ,saat melihat semburan merah di pipi Mauren.
Mauren tidak berniat sama sekali membalas ucapan Radit. Mauren kemudia meminum es jeruk pesanannya dengan sekali teguk. Mauren tidak arah an berlama-lama dekat Radit. Mauren terlalu malu.
"Aku duluan yah Radit, bye" Mauren kemudian meninggalkan tempat itu dengan wajah bersemu merah. Radit tersenyum geli melihat tingkah dari cewek yang ia sukai.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka.
Berbahagialah dengan dia, aku sudah kalah*Batin orang itu.
*****
Orang itu siapa yah?
Keep vote and comment.TBC....
Salam manis dari aku.
Syaqueen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST
Teen Fiction"Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi sebenarnya Ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya Ia bersedih." -Eccendentesiast