Jaehyun seperti sedang bermimpi di siang bolong. Taeyong mengajaknya ke ruangan musik, ada yang ingin dibicarakan katanya. Entah karena efek sakit hati sehabis ditolak atau bagaimana, ia jadi kesal melihat muka Taeyong.
"Ingin bicara apa?" Tanya Jaehyun dingin, "aku ada janji."
Sebenarnya siang ini Taeyong ingin mengaku. Mengaku bahwa semalam ia tak bisa tidur karena terkesan dengan apa yang Jaehyun lakukan seminggu yang lalu padanya. Memang sangat terlambat kalau dipikir. Jaehyun menunggu Taeyong dengan 14 tangkai bunga mawar di depan apartemen Taeyong pada malam itu. Meski tak dibukakan pintu, ia tetap berdiri di depan menunggu jawaban dari pernyataan cintanya, hingga akhirnya ia terpaksa menyerah karena diseret keluar oleh security. Pada malam itu Taeyong masih tak merasakan apapun. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Taeyong bahkan tak luluh melihat senyum Jaehyun, yang katanya manis itu. Tapi semalam otaknya seperti berubah fungsi. Tiba-tiba saja Taeyong teringat akan wajah malaikat Jaehyun dengan senyum hangatnya.
Argh, sudah gila kau Lee Taeyong.
/////////
Taeyong, yang entah sejak kapan sudah menautkan bibirnya pada bibir lembut Jaehyun. Mata Jaehyun hanya terbuka lebar karena kaget. Apa Taeyong sedang kesurupan, batinnya. Tangan kekar Jaehyun menolak badan ringan Taeyong pelan dan menatap mata itu dengan sejuta pertanyaan.
"Kau gila, Taeyong."
"Kenapa?"
"Kau bilang suka padaku."
"Sangat terlambat."
Taeyong masih tak mengerti.
"Aku sudah bersama Doyoung."
Oh, jadi begini ya rasanya sakit hati.
"Sejak kapan?"
"Bukan urusanmu."
"Aku tak tau harus senang apa sedih."
"Menurutmu aku harus apa?" Taeyong menampilkan smirknya, yang mana sebenarnya itu adalah bentuk ungkapan sedih.
"Kenapa bertanya padaku?"
"Bukannya kau tak suka padaku?"
"Aku berubah pikiran."
"Aku juga."
"Tapi kenapa harus dengan sahabatku?"
"Memang kenapa?"
"Apa kau ingin menjadikannya pelampiasan?"
"Tenang saja, aku tak sebrengsek kau."
"Hahahaha."
"Selamat."
"Kumohon jagalah Doyoung." Taeyong perlahan mulai melangkah mundur ke belakang.
"Lee Taeyong,"
"Maaf."
"Tidak perlu, Doyoung itu pria baik. Lebih pantas bersamamu daripada aku." Kali ini Taeyong benar-benar melangkah meninggalkan Jaehyun di keheningan ruang musik.
■■■■■■■■
Bel apartemen Taeyong berbunyi. Kakinya sangat malas untuk melangkah membuka pintu. Paling itu hanya supir pribadinya atau mungkin asisten ayahnya. Taeyong memang tinggal sendiri. Yang datang mengunjungi hanya orang-orang tadi dan Doyoung. Tapi bisa saja itu Doyoung. Taeyong yang setengah malas akhirnya berjalan ke arah pintu. Tapi sayang, tidak ada siapa pun. Ia terlambat beberapa detik membuka pintu. Ia melihat ada bayangan dari bawah pintunya. Penasaran, Taeyong pun membuka pintu dan menemukan sebuah kantong. Di dalamnya berisi buah-buahan dan susu pisang, beserta selembar kertas.
YOU ARE READING
JAEDO's DIARY ✔️
Fiksi PenggemarHanya berisi tentang keseharian dan kisah cinta si keras kepala Jaehyun dan si kasar Doyoung beserta konflik dengan (mantan) sahabat sendiri. ⚠ bxb ; baku ⚠