Part 13

72 11 2
                                    

Aku baik-baik saja. Ya, aku baik-baik saja. Itu awalnya.

Tapi, tak berapa lama seakan semua yang ada di sekitarku menyuruhku memikirkan kejadian itu.

Dan, itu semakin membuatku gila. Aku tidak ingin memikirkannya lagi, walaupun aku tahu aku tidak akan bisa lupa.

Kami jarang bertemu, tapi Yena adalah temanku. Bukan hanya sekedar teman, aku merasa kami punya ikatan batin lebih dari sekedar teman. Saudara.

Berita pembunuhan Yena sudah menyebar. Setiap channel TV setidaknya lima menit menayangkan kejadian di rumah sakit jiwa.

Hasil otopsi sudah keluar. Dan, apa? Yena bunuh diri. Astaga. Saat ini semua orang mengira kegilaannya tak terkendali dan membunuh dirinya sendiri.

Waktu kematiannya pukul 7.45 pagi. Saat itu juga CCTV rumah sakit tak menunjukkan rekaman seseorang yang sebelumnya memasuki kamar Yena.

Karena itulah, keputusan Yena bunuh diri semakin kuat.

Benarkah? Lalu, bagaimana jika aku menunjukkan surat yang kuterima dari si pembunuh pada polisi?

Apa mereka akan mengubah pikiran mereka?

Itu memang pembunuhan. Aku punya buktinya. Tapi, kurasa lebih baik jangan melibatkan orang lebih banyak lagi.

Kutanya pada Jimin, dia bilang dia tidak percaya jika itu bunuh diri. Alasannya karena kasus ini sama seperti kematian tragis Taehyung.

Yoongi Sunbae? Mengingat bagaimana dia sangat mencintai gadis itu, mungkin dia sama gilanya denganku saat ini.

Jeon Jungkook. Ah! Memikirkan anak itu hanya membuatku semakin pusing.

Ah sungguh... siapa sebenarnya pembunuh itu? Bagaimana bisa dia tidak terdeteksi oleh sesuatu seperti CCTV?

Dan, yang membuatku tambah gila adalah... kenapa si pembunuh meletakkam foto Namjoon bersama foto Yoongi Sunbae dan foto Jungkook?

Apa alasannya? Apa Namjoon yang ternyata pembunuhnya? Atau... si pembunuh aslinya mencoba membuatku curiga pada Namjoon?

Aish! Menyebalkan! Menyebalkan!Lupakan, Yongkyung-ah. Lupakan saja! Dia hanya mempermainkanmu.

Coba pikirkan. Tidak semudah itu pembunuh mengaku dirinya pembunuh, apalagi pada gadis biasa sepertiku.

Mungkin sekarang dia tahu aku sedang mengincarnya, bisa jadi dia membolak-balikkan petunjuk untuk membingungkanku.

Hah! Malam akhir musim semi semakin dingin saja. Salahku juga keluar rumah tanpa jaket.

Aku terus berjalan menyusuri jalanan Gangnam. Aku hampir menikmati malam dengan berjalan-jalan, jika saja sebuah kedai kopi tak menyita perhatianku.

Akhirnya, aku memutuskan memasukinya. Setidaknya secangkir kopi bisa menghangatkan badanku untuk beberapa menit kedepan.

Suasana sangat mendukung ketika duduk di dekat jendela, memperhatikan hujan dari dalam sembari menikmati secangkir kopi.

Sayangnya tidak hujan. Dan, jangan berharap hujan. Aku tidak bawa payung.

Mungkin belum ada 10 menit aku duduk, seorang pelayan sudah menghampiriku.

"Mau pesan apa, Nona Lee?"

Aku yang lebih tertarik melihat buku menu sebelumnya, kini mulai beralih pada pelayan laki-laki ini.

"Jung Hoseok?"

"Hehe. Annyeong." (Hai)

Jung Hoseok melambai padaku dengan senyum lebarnya.

Secret Spring: Who Killed Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang