Perhatian: Ada beberapa istilah asing disini. Baca notes di bawah untuk translasinya.
*****
Musim gugur hari ke-21.
Aku masih berusaha untuk menunggunya, walaupun rasa pesimisku sudah mengalahkan rasa optimisku. Sudah hampir 2 minggu aku mencarinya, menghabiskan 1 jam per harinya demi dirinya, tapi dia? Aku mencoba mengubah mindset-ku dengan berkata 'hari ini dia datang, hari ini dia pasti datang.'
Langkahku kupercepat, agar bisa segera sampai ke taman itu. Dan seperti biasa, aku tiba di sana pukul 4 tepat. Aku duduk dengan tenang, menyiapkan raga untuk bertemu dengannya.
Aku menggenggam daun maple itu dengan tangan kiriku, lalu menyentuh permukaannya dengan seluruh telapak tanganku. Dalam kehangatannya, aku memanjatkan doa dan harapan, agar ia datang kali ini.
Aku terpaku di bangku kayu itu, menghabiskan waktu hanya dengan menikmati hangatnya tekstur daun maple ditemani suara angin dan kicauan burung. Tidak ada orang yang datang hari ini, sehingga jika aku menangis nanti, tidak akan ada orang yang tahu.
Kudengar suara kepakan sayap burung yang menjauh, diikuti dengan suara lonceng jam yang menandakan bahwa aku memang sudah berada di sana selama satu jam. Aku membeku, dan untuk ke sekian kalinya, aku menangis.
Perlahan, aku melantunkan lagu favoritku:
Futari no aida toori sugita kaze wa
Doko kara sabishisa wo hakonde kita no
Naitari shita sono ato no sora wa
Yake ni sukitoote itari shita ndaItsumo wa togatteta chichi no kotoba ga
Kyou wa atatakaku kanji mashita
Yasashisa mo egao mo yume no katari-kata mo
Shiranakute zenbu kimi wo maneta yoMou sukoshi dake de ii, ato sukoshi dake de ii
Mou sukoshi dake de ii, kara
Mou sukoshi dake de ii, ato sukoshi dake de ii
Mou sukoshi dake de kuttsuite iyou ka
Bokura taimu-furaiyaa toki wo kageagaru kuraimaa
Toki no kakurenbo hagurekko wa mou iya nanda
Ureshikute naku no wa kanashikute warau no wa
Kimi no kokoro ga kimi wo oikoshita nda yo
(RADWIMPS - Nandemonaiya)Aku menangis kencang, sangat kencang dari biasanya. Aku marah padanya, aku marah pada Tuhan. Mengapa Tuhan mempertemukanku dengannya?! Atau kalau itu memang tidak nyata, mengapa Tuhan membuatku berkhayal akan sosok seperti dia?! Untuk apa aku mengharapkan kehadirannya, jika ia saja tidak menginginkan kehadiranku dihidupnya?
"Pasti ini ilusi, ya, pasti ini ilusiku!" Teriakku kencang di antara tangisku.
"Kau bodoh, Carla, kau bodoh sekali! Tidak mungkin ada yang peduli denganmu yang tunanetra seperti ini! Mengapa Tuhan menciptakanku dengan kekurangan ini? Mengapa?!"
Aku terdiam, tak kuasa berkata apapun lagi. Aku hanya bisa sesenggukan dalam tangis. Tiba-tiba, seseorang memelukku dari depan dan berkata,
"Gomen. Gomennasai, imouto-chan."
Imouto-chan? Itu panggilannya untukku. Apa ini benar kakak? Suaranya memang benar, tapi aroma khasnya tidak ada.
"Kau bohong!" teriakku sambil mendorongnya. "Kau membohongiku, kan? Kau bukan onii-chan yang kukenal!"
"Ini aku. Kau tak ingat padaku?" jawabnya kaget. "Kau tak ingat suaraku? Aku tak mau kau mengingatku hanya dengan aromanya."
Aku kaget. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku mengenalnya dengan aroma - yang kusebut aroma musim gugur?
"Kalau kau memang kakak yang selama ini kukenal, mengapa kau pergi? Aku menunggumu selama 2 minggu ini. Kau tak peduli padaku?"
Tiba-tiba, dia memelukku lagi, lebih erat. Aku mulai menangis lagi.
"Maafkan aku," ujarnya. "Maaf jika aku tak memberitahumu sebelumnya. Sebenarnya, aku pergi ke Eropa mendadak setelah pertemuan kita yang kedua. Aku ingin memberitahumu, tapi aku tak tahu bagaimana caranya menghubungimu."
Lidahku kelu. Aku harus berkata apa? Aku ingin meminta maaf padamu, onii-san. Aku memang bodoh, terlanjur marah padamu tanpa tahu sebabnya. Maafkan adikmu ini, onii-san.
"Omae wa daisuki," katanya tiba-tiba.
Dia.. suka padaku? Yang benar saja? Kemudian aku teringat akan perasaan apa yang menyelimuti hatiku. Dan sekarang, aku menemukan jawabannya.
"Watashi mo.." jawabku.
"Terima kasih, Carla," ujarnya sambil melepaskan pelukannya. Angin kembali berhembus, dan aroma musim gugur tercium lagi olehku. Aku merasakan sebuah kertas kecil diletakkan di atas tanganku. Setelah kuraba, baru aku tahu itu adalah kertas bertuliskan huruf Braille.
Jaeger and Carla
Aku tertawa. Aku baru ingat bahwa aku belum pernah menanyakan nama sang kakak yang sebenarnya.
"Kau bodoh. Bisa-bisanya kau tidak menanyakan namaku ketika berkenalan," ujarnya sambil mengacak-acak rambutku. "Untung aku memberikan kertas itu padamu. Kalau tidak, kau tidak akan pernah sadar apa yang kau lupakan selama ini."
"Dasar stalker. Tahu dari mana kalau namaku Carla?"
"Rahasia."
Kami tertawa. Sebagai seorang kakak dan adik. Bukan, sebagai Jaeger dan Carla. Karena sekarang kami adalah sepasang kekasih, bukan lagi kakak dan adik.
Lalu, darimanakah sumber aroma musim gugur itu? Hanya aku dan Jaeger yang tahu.
The End.
*****
Notes Istilah :
Gomennasai/ gomen: Maafkan aku.
Omae wa daisuki: Aku menyukaimu.
Watashi mo: Aku juga
KAMU SEDANG MEMBACA
[MINS#1] Kau dan Musim Gugur ✔
Historia Corta[COMPLETED] (Memories In Nature Series) Dia, aroma musim gugur yang hangat. Copyright © 2018 by ayundaauras