15. Menyerbu Shanghai

11 0 0
                                    

Tidak ada yang tahu apakah seseorang benar-benar siap menghadapi suatu masalah, sampai orang itu berhadapan langsung dengan masalah itu. Semua persiapan, latihan, dan uji coba, bukanlah masalah yang sesungguhnya. Tidak ada jalan mundur, atau coba lagi, atau sejenisnya. Semua yang akan terjadi, terjadi begitu saja tanpa bisa diubah lagi.

Guoshi akan segera menghadapi ujian pertamanya sebagai bagian dari kelompoknya ini. Apakah anak kecil ini sudah siap? Tidak ada yang mempersiapkannya. Ia masih terlalu kecil! Tapi semua hal yang telah ia hadapi, jauh lebih besar dari apa yang pernah dihadapi oleh orang-orang lain yang jauh lebih dewasa umurnya dibanding dirinya.

"Paman Hu bilang, kita akan menghadapi musuh yang sangat berbahaya. Celakanya lagi, kita masuk ke wilayah kekuasaan mereka." Wang Ying menerawang keluar jendela kereta cepat yang membawanya, bersama Yu Yide dan Kwo-sai ke Shanghai.

Mereka baru saja meninggalkan segalanya di Hangzhou dan menuju ke Shanghai untuk melanjutkan pelarian mereka lagi. Kwo-sai baru bersekolah hampir sebulan ketika ia "menghilang" begitu saja dari sekolahnya. Yu Yide pun pergi saja tanpa pamit dari pekerjaan konstruksi di mana ia menyembunyikan diri. Wang Ying menutup kedainya begitu saja.

"Sedari dulu, aku sudah siap." Yu Yide menimpali.

"Bukan kau yang aku khawatirkan. Guoshi, ini akan jadi pengalaman pertamamu menghadapi musuh yang nyata. Apakah kau sudah siap dengan kekuatanmu?"

Kwo-sai menundukkan kepalanya dengan pandangan kosong. "Aku tidak tahu. Aku takut."

"Tidak apa. Tidak apa. Sangat wajar bagi seseorang untuk memiliki rasa takut. Aku pun juga merasa takut." Wang Ying mendekap anak kecil yang duduk di sampingnya itu.

Dari mereka bertiga, Wang Ying-lah yang paling menyayangi anak itu. Ia seperti melihat anaknya sendiri dalam diri Kwo-sai, dan ia mencurahkan semua perhatiannya pada anak itu. Ia juga dengan sabar mempersiapkan anak itu masuk sekolah selama hampir dua bulan, meskipun akhirnya Kwo-sai harus meninggalkan sekolahnya walau baru sebulan.

"Rasa takut adalah hal yang alamiah. Rasa takutlah yang membuat kita terus berusaha untuk bertahan hidup. Tapi arahkanlah ketakutanmu pada hal yang tepat. Janganlah takut pada musuhmu. Takutlah saja pada penderitaan, atau kematian. Itu akan membuatmu berani untuk bertahan hidup."

Yu Yide tersenyum kecut. Ia memang seorang yang sangat simpel, dengan jalan pikiran yang sangat sederhana. Hidup untuk hari ini, dan hari esok adalah urusan besok, bukan hari ini. Hadapi apa yang ada di depan mata, dan tak perlu menaruh terlalu banyak kekhawatiran, atau membuat terlalu banyak pertimbangan. Baginya, itu hanya akan membuatnya bertambah takut. Pencerahan yang diberikan oleh Hu Shu, "tidak merasa memiliki", kini seakan sudah jadi prinsip hidupnya. Baginya, semua hanyalah hal yang semu dan tidak nyata.

Hu Shu sudah menunggu mereka di stasiun kereta Shanghai. Begitu mereka tiba, Hu Shu langsung membawa mereka ke tempat persembunyiannya, yang lagi-lagi adalah sebuah motel murah di dekat Jalan Nanjing, sebuah jalanan pedestrian yang terkenal dengan pusat perbelanjaannya. Tempat itu juga tidak seberapa jauh dari distrik Pudong di seberang sungai.

"Bagaimana rencanamu?" Wang Ying segera menanyakan apa rencana Hu Shu ketika mereka sudah sampai di motel.

"Aku sudah menemukan di mana sang Naga. Rencananya adalah, kita masuk ke apartemennya dan aku akan melumpuhkan kemampuannya. Lalu kita lepaskan dia dan membuatnya mencari kita."

"Sama seperti denganku dulu?"tanya Yu Yide.

"Kurang lebih begitu. Tapi Naga ini sepertinya akan lebih sulit untuk diyakinkan. Apalagi kalau Wei Yuwen sudah mempengaruhinya dan memberinya banyak uang."

"Wei Yuwen, siapa itu Wei Yuwen?"tanya Wang Ying.

"Dia-lah yang mengendalikan semuanya."

"Maksudmu, dia ketua Teratai Putih?"

12 (降世之十二生肖) - Buku 1 : Angin Berputar 第一册:狂暴的旋风Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang