Prolog ✨

3.3K 117 3
                                    

Namanya Langit Putra Agista. Cowok biasa yang paling malas disuruh kemana-mana kalau dia tidak ingin maka dia tidak akan melakukan apa pun. Paling pemalas dibidang non-akademik tapi, pintar dibidang akademik. Terbalik dengan kisah-kisah lainnya.

Kisah Langit tidak seperti cerita pemuda lainnya, cerita cinta di SMA yang penuh lika-liku pertemanan dan anggapan miring orang-orang tentang dia.

-*-

"Lang, bisa main basket?"

Panas matahari membakar kulit, cahayanya membuat mata menyipit karena terlalu terik. Di lapangan sekolah beberapa pemain basket berkumpul untuk berlatih. Hari ini, salah satu dari pemain mereka tidak bisa datang untuk latihan. Sialnya, Langit yang melewati lapangan tersebut mendapat panggilan maut.

"Gue?"

Tangannya menunjuk dirinya sendiri, Langit melirik kesegala arah. Tidak ada orang selain dia disini, berarti memang dia yang dipanggil.

"Iya, elo. Siapa lagi yang gue panggil."

Langit berjalan mendekati mereka, sambil meminum susu coklat yang di belinya.

"Apa?" tanya Langit.

"Gue butuh satu orang pemain lagi, cuma buat latihan doang. Lo bisa bantuin?"

Salah satu dari mereka yang memanggil Langit merupakan seorang kapten basket. Langit bukan penyuka olahraga, dia tidak suka jenis olahraga apapun. Kecuali dia terpaksa mengikuti mata pelajaran olahraga.

Langit mengedarkan pandangannya pada sekeliling lapangan. Matanya menangkap sosok Awan.

"Tunggu sebentar." ujar Langit.

Dia berlari kecil mengejar Awan ketepi lapangan. Awan berhenti berjalan saat melihat Langit menghampirinya.

"Apaan Lang?"

Bukan menjawab pertanyaan Awan, Langit secara tiba-tiba menyeret Awan ke tengah lapangan.

"Dia bakalan bantuin lo, gue gabisa. Gasuka basket."

Awan terdiam ditempat, dalam hatinya mengutuk Langit dengan banyak kata umpatan. Langit langsung beranjak dari lapangan ke aula sekolah, dia ingin melihat permainan akustik dari kelas lain.

"SIALAN, LANG!" teriakan Awan dibalas tawa jahat dari Langit.

Tangannya mendekat ke bibir, dan melemparkan fly kiss pada Awan.

"Jijik gue." Awan bergidik geli.

"Woi," kejut kapten basket "Jadikan?" tanyanya.

Awan memutar bola mata kemudian mengangguk, berlari kecil ketengah lapangan menyusul pemain yang lain.

"Habislah gue yang gabisa main basket sama sekali," runtuk Awan dalam hati.

Langit dan Kejora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang