Dua Pesan

593 27 3
                                    

Siapa yang tidak cemburu, kalau gebetan paling manis mau diambil sama kakak kelas yang bisa dibilang gantengnya luarbiasa. Bukan sekedar cemburu aja, tapi malah minder dan gak percaya diri lagi.

Langit mengendarai motornya sambil misuh-misuh gak jelas, dia sedikit menyesal karena tidak bisa menahan ucapannya. Ada perasaan lega, malu dan banyak malu.

"Langit kenapa diam?" Jora menusuk-nusuk legan Langit dengan jari telunjuknya. Melirik Langit melalui kaca motor.

"Marah, ya? Wajah Langit jadi seram," ucap Jora berterus terang.

Langit menggeleng kepala, membalas tatapan Jora lembut. Dari matanya terpancar kejujuran, bahwa dia tidak marah.

"Terus kenapa? Langit biasanya ceria."

Ditepi jalan Langit memberhentikan motornya, kemudian melepaskan helm dan turun dari motornya. Jora terdiam, tidak melakukan seperti halnya yang Langit lakukan, Jora memilih diam mengamati setiap gerak-gerik Langit.

Sedikit menyisir rambutnya kebelakang Langit menegur Jora, "mau disini apa turun?"

"Heh?"

"Mau tetap duduk diatas motor atau mau ikut aku makan didalam? Kamu laperkan?"

Sedikit anggukan kepala dari Jora membuat senyum Langit terlihat. Jora mulai melepas helm dan turun dari motor Langit, dia sedikit menepuk-nepuk pantatnya yang terasa kebas.

"Ayok, masuk." Langit mengamit jemari Jora, menuntunya masuk kedalam rumah makan.

Langit dan Jora sekarang sedang berada disalah satu rumah makan yang cukup diminati. Sebenarnya bukan rumah makan, hanya lesehan kecil dengan menu utama pecel lele. Tapi lesehan itu sudah dimodifikasi oleh pemiliknya seperti rumah makan.

Keadaan rumah makan saat ini lumayan ramai, beberapa kendaraan terpaksa parkir ditepi jalan karena tidak ada lagi tempat parkir yang kosong.

Langit menarik Jora hingga berhenti disalah satu meja makan dipojok ruangan.

"Duduk disini aja, ya? Soalnya tempat duduk lain penuh."

"Iya."

Satu tangan Langit terangkat untuk memanggil pelayan. Seorang pemuda kira-kira berumur duapuluhan datang kearah mereka membawa dua buah menu makanan.

"Selamat datang, ini menunya. Silahkan dilihat," ujarnya meletakan menu dihadapan Jora dan Langit.

Langit dan Jora sama-sama sibuk memperhatikan makanan dan minuman yang terdapat didalam menu.

"Pecel ayam sama air putih aja," kompak Jora dan Langit. Mereka saling pandang kemudian terkekeh kecil.

Pelayan itu mengambil kembali menu dari tangan Langit dan Jora, tersenyum simpul. Dia peergi mengambil pesanan dua insan ini.

"Jadi, Langit suka pecel ayam?"

"Jora juga?"

"Iya, Langit harus tau. Pecel ayam itu makanan paling enak yang pernah Jora makan."

"Benarkah?" tanya Langit dengan raut wajah tidak percaya.

"Serius, Langit!" tegas Jora bersungguh-sungguh.

Langit dan Kejora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang