Saingan Langit

678 32 1
                                    

"Laper," rengek Bintang menendang lantai sekolah berkali-kali.

Jam pelajaran telah selesai, seharusnya XI IPS 4 beristirahat lima menit yang lalu. Namun dikarenakan Bintang tidak sengaja melempar gulungan kertas kearah kepala pak Samsul, guru mata pelajaran TIK terseram di SMA 1 Jagat Alam.

Awan menepuk bahu Bintang pelan, "gue sedih liat lo begini, Tang," ujarnya lembut.

"Tapi gue lebih kesel sama, lo," pukul Awan bertubi-tubi pada bahu Bintang.

"Sakit, Wan," rintih Bintang, "mas jangan sakiti aku, mas Hafiz."

"Kamu harus aku hukum, sayang."

Sebuah tangan menoyor kepala mereka dengan keras, "jangan bikin drama disini."

Awan dan Bintang saling pandang, kepala mereka bergerak pelan kebelakang, mendapati Langit dengan wajahnya yang merah.

Awan berbisik pada Bintang, "Langit marah besar, Tang."

"Iya, njir, serem."

"Bulu ketek gue udah meremang," Awan meraba ketiaknya pelan.

"Si homo."

Tangan Langit merangkul erat bahu kedua temannya, baik Awan maupun Bintang kesusahan bernafas.

"Ma'da, biarkan mas Hafiz sama Aida, ya," tutur Langit lembut.

"Allahuakbar, Langit!" teriak Awan dan Bintang kompak.

***

Jam pelajaran selanjutnya akan dimulai, kelas Langit sudah ramai dengan siswanya. Sebenarnya mereka tidak keluar dari tadi, akibat ancaman pak Samsul.

Jam pelajaran kosong alias tidak dibolehkan istirahat membuat siswa kelas XI IPS 4 menjadikan jam tersebut sebagai ajang membully Bintang habis-habisan. Dari sekedar menepuk punggung tanggannya hingga memoleskan tipe-x sepanjang tangan Bintang.

Dengan sangat terpaksa, Bintang menerima perlakuan teman sekelasnya.

"Kalian ga ada inisiatif bantuin gue, gitu?" tanya Bintang, sudut matanya berair.

Langit meraih telapak tangan Bintang, mengenggamnya erat, "gue tau ini berat," Langit mendramatisir, "tapi gue lebih yakin, dosa lo lebih berat karena bikin kita sekelas mati kelaparan di jam istirahat."

Cengkaraman Langit makin keras, "ini juga sepenuhnya bukan salah gue," tukas Bintang tidak terima.

Dia berusaha melepaskan genggaman tangan Langit, tapi Bintang terlihat kesusahan.

"Terus salah siapa?"

"Salah Awan," tunjuk Bintang menggunakan bibirnya, "dia kan mau nembak pak Samsul," katanya polos.

Awan terlihat geram, menggertakan giginya menahan amarah. Masalah sebenarnya itu memang berasal dari Awan, dia berniat mengerjai pak Samsul melalui Bintang. Pasalnya pak Samsul tidak pernah menuntaskan mata pelajarannya untuk Awan.

"Salah lo, siapa suruh duduk didepan."

"Langit."

"Berarti ini salah, lo, Lang," tuduh Awan.

Langit melepaskan genggamannya pada Bintang, Bintang bernafas lega. Langit panik, ia menggelengkan kepala kuat.

"Malah main salah-salahan, salahin noh, hati lo berdua. Berdebu ga terurus," sinis Langit.

Langit dan Kejora ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang