Birthday Party

70 8 0
                                    

            Chloe menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 5 sore. Belum juga ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Suasana di luar sana masih dirundung gelap dengan hantaman hujan yang deras. Sesekali ia mengutak-atik handphone yang sedari tadi memutar lagu milik Taylor swift "Call it What You Want To". Tak ada pesan bahkan telepon untuk mengucapkan 'happy birthday' padaku ,ya? Batinnya dalam hati. Wajah Chloe kini tampak cemberut. Akhirnya ia memilih untuk menonaktifkan handphone dan bergegas menuju kamarnya.
            Chloe Anneorah Kirey adalah gadis yang sangat mandiri sejak kecil. Sejak SMA ia sudah berani untuk tinggal terpisah dengan orang tuanya di kota Northville. Walaupun bukan berasal dari keluarga kaya, bukan berarti Chloe selalu meratapi kehidupannya yang pas-pasan. Sejak lulus SMA, ia memberanikan diri untuk pindah ke kota Oregon Park untuk mencari kerja disana. Keberuntungan demi keberuntungan seolah-olah mengikuti dirinya ketika pindah ke kota tersebut. Sahabatnya, Abby yang sudah pindah terlebih dahulu membantunya untuk memasukkan lamaran ke berbagai tempat hingga akhirnya Chloe diterima di salah satu perusahaan tekstil ternama di kota itu. Dan hari ini ia menunggu kedatangan abby dan beberapa teman yang bekerja di tempat yang sama untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-24.
          Hingga pukul 7 malam, terdengar bunyi bel dari rumah kontrakan bergaya klasik itu. Chloe dengan sigap berlari menuju ruang tamu untuk membukakan pintu. Wajahnya kembali berseri-seri berharap itu adalah Abby dan teman-teman kantornya.
"HAPPY BIRTHDAAAAAAYYYYYYY!!!!" Teriakan Abby dan sekitar 20 orang teman kantor Chloe membuat jantung Chloe hampir meloncat keluar. Ia memeluk abby dan yang lainnya. Serta mempersilahkan mereka untuk masuk dan menikmati hidangan yang telah disiapkannya dari sore tadi. 
"Kau jahat, Abby ! Ku pikir kau takkan datang dan mengucapkan selamat untukku !" Kata Chloe dengan tatapan kesal pada Abby.
"Awww, honey ...kami terjebak hujan dan macet saat hendak menuju kesini. Belum lagi, harus menjemput pangeran tampanmu itu," Abby menggoda Chloe dengan salah satu pria bertubuh atletis yang tengah duduk bersama beberapa gadis di ruang tengah. Chloe hanya tertawa kecil menanggapi perkataan sahabatnya itu.
             "Well , kau mendapatkan ucapan selamat dari Mr. Nicolaus. Ia mengirimiku pesan teks sore tadi, tampaknya ia menaruh hari padamu,"
Godaan abby kali ini mengundang tawa Chloe memecah.
              "Abby, dia tak menaruh hatinya padaku tapi padamu, sayang. Buktinya, ia tidak mengirimiku pesan teks secara langsung, tapi melalui dirimu. Mungkin sebentar lagi ia akan melamarmu."
Abby memicingkan matanya tanda tak setuju atas perkataan Chloe. Keduanya pun segera bergabung dengan para pria yang tengah asik berdisco di ruang tengah.

                                                                                         ***
           Dentuman musik pesta ulang tahun yang diadakan Chloe berlangsung sangat meriah. Belum lagi banyak kejutan-kejutan yang diberikan oleh teman-temannya dari lingkungan sekitar yang berdatangan pukul 11 malam. Kediaman Chloe semakin ramai. Chloe bergoyang mengikuti irama lagu dengan beat  yang tergolong cepat. Bukan hal baru bagi Chloe untuk berdisco dengan irama lagu yang cepat. Sejak SMA ia tergolong aktif mengikuti sekolah tari selama 3 tahun dan vakum untuk sementara sejak ia pindah ke kota Oregon Park.
             Seorang pria bermata biru gelap memandang Chloe dengan senyum tipis mengembang di sudut bibirnya setiap kali melihat Chloe tertawa bersama teman-temannya. Tubuhnya terbilang sangat atletis dan dada bidangnya terlihat sangat nyaman untuk para gadis yang ingin bersandar.
            "Arthur ? Kau Arthur,kan ?" Suara gadis berambut pirang di belakangnya membuyarkan lamunan pria ini. Sesaat ia mengamati gadis yang memiliki kaki jenjang yang cantik ini.
             "Kau mengenalku ???" Tanya Arthur dengan tatapan dingin. Ia tak menyangka ada yang mengenal dirinya yang sudah menyamar memasuki kehidupan manusia.
              Gadis itu tertawa sambil mencondongkan tubuhnya mendekati Arthur. "Aku bercanda ! Hahaha... ! Kau terlihat sangat tampan dan pantas untuk digoda. Apa kau ingin berdansa denganku, sayang ???"
                Arthur menghela nafas panjang. Ternyata gadis ini mabuk. fiuuhhh. Arthur mendorong tubuh gadis yang tengah ingin bersandar padanya. "Kemarikan tanganmu dan tatap kedua bola mataku," Pinta Arthur. Gadis pirang tadi menuruti kata-kata arthur. Ia menyodorkan tangan kirinya pada Arthur. Matanya dipaksakan agar bisa terbuka jelas karena mabuk berat.
               "Memoriam Obliterare (Menghapus Memori)...Cecillia ," Arthur berbicara dengan sedikit berbisik. Seketika memori pertemuan antara arthur dan  gadis itu terhisap begitu saja. Waktu pun terhenti satu detik. Begitu cepat seperti uap yang menghilang.  Setelahnya Arthur membiarkan gadis itu pergi dengan perasaan yang aneh.
               "Ting! Ting! Ting!" Bunyi pukulan gelas di mikrofon mengundang perhatian setiap tamu yang hadir di acara ulang tahun tersebut. Volume musik telah mengecil, Abby berdiri di atas meja agar terlihat oleh semua yang ada di dalam ruangan.
              "Selamat malam semuanya. So, today we are celebrating our bestfriend birthday, Chloe," Abby memberikan senyuman manis ke arah Chloe. Kemudian ia melanjutkan lagi, "Dan saat ini sudah hampir menunjukan pukul 12 malam. Inilah saat yang tepat untuk meniup lilin ulang tahuuuun !!!" Abby tampak sangat gembira menjadi MC dadakan. Tak lama kemudian beberapa orang muncul membawakan kue ulang tahun yang telah dihias begitu cantiknya. Mereka menyanyikan lagu 'Happy Birthday' serempak. Chloe tampak berkaca-kaca akan segala kejutan yang diberikan teman-temannya itu.
                 "Make a wish, honey...dan tiup lilinnya..."
                 Chloe menutup matanya dan mengucapkan beberapa harapan didalam doanya. Tanpa ia sadari harapannya telah didengar oleh seseorang yang tak diundang. Arthur.
               "Satu...dua...tigaaaaaa...!!!" Sorak seluruh tamu yang ada di ruangan diikuti hembusan nafas Chloe yang memadamkan  lilin ulang tahun. 
               Seketika waktu pun terhenti. Harapan yang mengudara telah diambil oleh pria bermata biru itu. Setiap kebahagiaan bagaikan penggalan cerita yang dipotong terpisah olehnya. Dan Gadis ini...
             Arthur mendekati Chloe dan menghirup aroma harum tubuh gadis berambut cokelat itu. Penuh kebahagiaan...terlalu cantik...Cinta ?bagian yang terpenting yang harus hilang...
            Jemarinya yang lentik menyentuh pipi Chloe dengan lembut. Matanya menatap kedalam jiwa Chloe. Ia tersenyum kecut.
           " Evanescet (menghilang) ...le dolorcratian (berganti kutukan kepedihan)."
           Waktu kembali berjalan normal tepat pukul 24.00 dini hari.  Chloe yang telah meniup lilin ulang tahun seketika merasa kekosongan yang luar biasa. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang namun tak didapati dalam pikirannya. Jemarinya menjadi dingin seperti es, ketakutan meliputinya, kepedihan seperti sudah melekat dalam dirinya.
           Chloe tanpa sadar beradu pandang dengan Arthur. Mata pria itu terbelalak kaget melihat Chloe berjalan ke arahnya. Arthur melangkah mundur. Belum pernah ada orang yang langsung mengetahui keberadaanya saat mengambil setiap harapan di hari ulang tahun mereka.
            "Chloe ?"Suara Abby menghentikan langkah kaki Chloe.
            "Ah, Abby. Kau mengagetkanku !" Chloe memutar bola matanya.
             "Hahaha, kau saja yang tidak peka ! Aku harus segera pulang, ini sudah larut dan besok kau tau kita harus bekerja lagi. Happy birthday sekali lagi untukmu," Abby mengecup pipi Chloe lalu berjalan menuju parkiran. Chloe hanya melambaikan tangan dari kejauhan. Sekali lagi ia merasakan ada yang aneh dengan perasaannya. Tepat pukul 01.00 pagi, rumah Chloe sudah sepi. Hanya tersisa ia dan barang-barang rumahnya yang masih berserakan. Chloe memutuskan untuk membereskannya besok pagi. Baru saja hendak ia berjalan menuju kamar, handphonenya berbunyi.
            "Halo ?siapa ini ?"
            "Sssshhh...." Terdengar desahan nafas yang berat dari seberang.
            Chloe bergidik ngeri. Ia segera menonaktifkan handphonenya dan berlari menuju kamarnya. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Chloe memadamkan lampunya dan mencoba mengintip ke luar jendela. Tak ada siapapun disana. Ia melirik sekali lagi, dan didapatinya seorang pria tengah melihat ke arahnya. Dengan cepat ia menutup kain jendela. Siapa itu ??? Mengapa dia menatap kesini ??? Ya Tuhan... aku takut !.
              Pria berjas hitam itu menatap dari kejauhan. Menarik...aku akan terus mengikutimu. Kau milikku kali ini. Ya...kau milikku...
                           ***
   

Please, give a vote and comment to make my story being great! :) :) :)
And I'm really appreciate for all of you that alrealdy read and give a vote for my first story, thank you !!!

Cerita ini murni dari hasil pikiran saya, mohon tidak di copy paste ya :)
God bless you all !


The Darkness After Make A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang