20. Talking to you puts me in such a giddy mood

1.6K 165 17
                                    


Setelah menemani Aksara beberapa minggu yang lalu ke acara ulang tahun anak sahabatnya, Rajani dan Aksara jadi semakin dekat. Bersama Aksara, Rajani merasa semuanya jadi lebih mudah. Bukan berarti hari-harinya cuma di isi sama ketawa-ketiwi dan senyum lebar. Ada aja hari dimana Rajani kusut, banyak masalah dan perkara-perkara kecil yang bikin Rajani bahkan buat senyum basa-basi ke Ujang yang udah bikinin kopi buat Rajani aja rasanya maleeeeeees banget. Tapi, entah Aksara pakai pelet apa, Rajani selalu bisa nemuin celah kecil didalam dirinya untuk bisa tersenyum saat Rajani lagi sama Aksara. Aksara nggak perlu usaha keras atau ngeluarin jokes super lucu buat bikin Rajani senyum. Kehadiran Aksara aja ibaratnya kayak AC yang di taruh tepat didepan muka sehabis jalan dibawah sinar matahari yang super panas.

Aksara itu kayak obat penurun panas. Aksara itu dokter. Aksara itu penyembuh Rajani.

Kayak hari ini, Rajani lagi puyeng banget mikirin kerjaan, udah gitu makin pusing gara-gara Dira dengan ribetnya minta tolong Rajani cek vendor catering yang oke. Ini yang mau nikah kan Dira ya? Kenapa jadi Rajani disuruh ikutan pusing?

Tanpa ba-bi-bu lagi, Rajani langsung menghubungi Aksara.

"Rajani!"

Suara Aksara yang antusias padahal cuma ngomong secuil itu berhasil bikin Rajani tersenyum.

"Happy banget? Abis dapet bonus gede ya?"

Aksara terkekeh. "Nggak, lo nelfonnya pas banget soalnya."

"Pas banget kenapa?"

"Pas banget gue lagi pusing sama kerjaan. Gue mau nelfon lo, eh, lo nelfon duluan!" jelas Aksara sambil ketawa.

"Samaaa! Gue juga lagi pusing sama kerjaan terus Dira nambah-nambahin kerjaan. Nyuruh gue cariin vendor catering!"

Dua-duanya berasa geli sendiri sih. Heboh kayak anak kecil perkara sepele begini.

"Hahahaha! Ketemu yuk, Jan!"

"Ayoooo!"

"Gue cabut deh sekarang, ketemuan di tempat biasa ya!"

Rajani tersenyum waktu Aksara bilang 'ketemu ditempat biasa'. Udah sesering itukah mereka ketemuan? Udah sedeket itu ya hubungan mereka? Rajani kaget sendiri sama kenyataan kalau dia sama Aksara udah sedeket ini dalam waktu yang bisa dibilang singkat.

Kepribadian Aksara yang menyenangkan, santai dan apa adanya itu bikin Rajani jadi nyaman. Aksara itu kayak Arya tapi versi nggak kaku dan lebih asik.

Rajani belum tahu bakal gimana kedepannya sama Aksara. Rajani seneng banget sama kehadiran Aksara selama ini. Tapi kalau ditanya gimana perasaannya ke Aksara..

"Oke, see you, Sa!"

"See you, Jan."

Rajani tersenyum singkat.

Coba Raka kayak Aksara ya...

***

"Mau kemana, Sa?" tanya Arya saat melihat Aksara beresin barang-barangnya diatas meja sambil senyum-senyum.

Aksara terkekeh nggak bisa menahan diri saking semangatnya mau ketemu Rajani.

"Mau ketemu 'klien', Yaya! Nggak liat itu sumringah banget mukanya!" Maleo menyahut sambil lirik-lirik ke arah Aksara.

"Udah jadian belum sih kalian?" tanya Maleo kepo sambil duduk di kursi Aksara.

"Haha berisik deh kebiasaan."

"Buru tembak sebelum disikat yang lain. Rajani gitu-gitu tuh banyak juga yang naksir, Sa. Persaingan ketat!"

Aksara terkekeh lagi. Aksara emang sayang Rajani, tapi buat Aksara nggak ada yang namanya persaingan buat menangin hati perempuan. Prinsipnya, kalau Aksara udah suka dan sayang sama orang, dia akan lakuin semua yang terbaik tapi nggak berlebihan ngelakuinnya. Sisanya, tinggal hatinya si perempuan itu aja mau pilih Aksara atau yang lain. Aksara cuma mau jadi dirinya apa adanya didepan orang yang dia sayang, supaya orang itu bisa menilai Aksara secara keseluruhan bukan cuma sekedar apa yang tampak di awal dan diluarnya aja.

Aksara sadar kok Rajani banyak yang deketin, salah satunya temen kantor Rajani yang dulu pernah ketemu juga sama Aksara. Aksara awalnya emang langsung panik, tapi Aksara inget sih sama prinsipnya itu. Jadi, Aksara milih buat take it slow. Biarin Rajani yang pilih, biar hatinya Rajani yang nentuin.

"Sa."

Aksara menoleh.

"Lo harus pastiin kalo emang Rajani hatinya udah bener-bener kosong. Jangan buru-buru. Kita nggak pernah tau apa yang ada didalem hati orang."

Pikiran Aksara mendadak kacau.

Maleo cuma bisa menjitak kepala Arya yang kebiasaan kalo ngomong terlalu jujur dan terlalu bener, tanpa disaring dulu. Bikin yang denger jadi galau.

Arya mengangkat bahu. Arya cuma nggak mau dua sahabatnya ini terjebak karena salah satu pihak masih ada rasa sama orang lain, dan pihak satunya udah terlanjur sayang dan nggak hati-hati. Arya ngerasa sakit didepan lebih baik daripada seneng didepan tapi hancur dibelakang.

Aksara berdeham. "Sa, sebat dulu yuk sebelum gue cabut."

Maleo pelan-pelan mundur. Nggak mau ikutan lagi kalau udah begini.

Arya mengangguk. Ia berjalan mengikuti Aksara turun.

"Gue nggak ngerti omongan lo tadi maksudnya apa. Gue nggak akan nanya gimana sebenernya harinya Jani sekarang ke orang yang dulu dia sayang. Karna kayak yang tadi lo bilang, cuma Jani yang bener-bener tau."

Arya mendengarkan dengan seksama. Arua bersyukur sih yang dia omongin ini Aksara, bukan Maleo. Karena kalau Maleo yang tadi di omongin, udah pasti Arya bakal pegel jelasin maksudnya apa ke Maleo.

"Gue nggak akan buru-buru kok sama Jani. Gue nggak mau bebanin dia dengan keputusan yang mungkin sebenernya Jani belum siap. Entah karena hatinya baru sembuh atau mungkin karena hatinya malah belum sembuh sama sekali. Kayak yang gue bilang dulu, gue saat ini cuma mau jadi temen buat Jani. Gue mau selain lo dan Dira, Jani juga bisa nyaman cerita apapun ke gue."

Aksara menghembuskan napas panjang. Arya masih diam, menunggu Aksara selesai bicara.

"Entah nantinya dia akan nganggep gue sebagai salah satu sahabatnya atau lebih dari itu. Untuk saat ini gue nggak mau banyak berharap, Ya."

Arya tersenyum kecil sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Gue tau kok, Sa." jawab Arya.

"Tapi kalo ketemu sama Raka-Raka itu, boleh gue patahin nggak sih salah satu tulangnya?"

Arta terbahak. "Gue juga mau kalo itu, Sa! Gue dua tahun kemaren rasanya mau nonjok mukanya pas ketemu! Cuma karna inget Rajani aja jadi gue tahan-tahan."

"Lo boleh kok pukul gue semau lo kalo gue sampe nyakitin Rajani."

"Lo nggak perlu bilang, Sa."

Aksara mengangguk. Ia membuang puntung rokoknya ditempat sampah lalu pamit.

Aksara udah lumayan lega abis ngobrol sama Arya. Aksara nggak pernah tahu masa depannya sama Rajani bakal kayak gimana, jadi pacar atau cuma jadi sahabat. Untuk sekarang, jadi sahabat Rajani aja Aksara udah bersyukur. Bukannya Aksara nggak mau usaha lebih atau nggak punya tujuan, tapi Aksara nggak mau muluk-muluk. Pengalamannya dulu banget deketin cewek dan terlalu ngarep bikin Aksara sadar, kalau usaha sebesar apapun nggak akan pengaruh banyak kalau emang hatinya si cewek nggak ada sama sekali sama si cowok. Yang ada ujungnya cuma kasihan dan sakit hati sendiri.

Aksara nggak takut patah hati sih, cuma belajar untuk nggak jadi orang yang muluk-muluk. Usaha dan jalanin aja. Hasil tuh udah ada yang ngatur. Gitu prinsipnya.

Aksara sayang sama Rajani, tapi Aksara nggak mau Rajani memilih Aksara karena kasihan, nggak enak atau malah cuma karena pelarian. Aksara mau Rajani kalau memang nantinya milih Aksara ya karena Rajani memang udah kenal dan tahu betul siapa Aksara dan memang karena Rajani udah yakin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BEEN YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang