Satu minggu sudah aku bekerja di PT JTM Bersaudara. Tak kusangka pekerjaan di HR departement ternyata bukan hanya menghitung gaji dan cuti tapi lebih banyak dari itu. Beruntung Mba Destia baik sekali padaku.
"Mir, ntar meeting sama Pak Manager ya," kata Mba Destia sambil terus mengupdate CV personel.
"Jam berapa mba?" Kataku sambil memfile document transmittal penerimaan invoice dari klinik tempat biasa perusahaan ini melakukan Medical Check Up.
"Jam sepuluh," katanya.
"Sebentar lagi dong Mba?" Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima puluh menit.
"Wah iya ya? Ke ruang meeting sekarang yuk," kata Mba Destia sambil merapikan kubikelnya.
"Mba, Pak Manager udah nikah belum sih?" Tanyaku penasaran.
"Kepo niyee," jawab Mba Destia dengan senyumnya yang menawan.
"Heeee ... iya nih,"
"Belum, masih muda banget."
"Muda banget?"
"Iya, baru dua puluh enam tahun deh kayaknya."
"Kok bisa jadi manager? Beliau pinter banget dong Mba?"
Mba Destia tertawa nyaring. "Ga usah pake beliau beliau gitu deh, sumpah ga enak banget dengernya."
"Ya kan, aku ga tau Mba."
"Dia orangnya baik sih Mir, pengertian sama anak buahnya, dan menghargai orang lain," ucap Mba Destia dan berdiri menuju ruang rapat. Aku mengikutinya.
"sebaik itu ya Mba?"
"Iyah, dan dia itu orangnya setia."
"Oh ya?"
"Penasaran kan?"
Aku mengangguk. Lalu beberapa orang masuk dan tersenyum padaku. Aku membalas senyum mereka.
"Gimana Mir? Enjoy your job?" Tanya Mas iqbal yang selalu sibuk dengan urusan training karyawan.
"Alhamdulillah Mas."
"Semoga betah ya," timpal Mba Niken.
"Terima kasih Mba," kataku.
"Selamat pagi semuanya," suara itu mengagetkanku. Refleks aku menoleh kearah datangnya suara.
Deg! Jantungku berhenti berdetak. Jeremy dengan kemeja hitam yang memeluk tubuhnya erat terlihat sangat sexy.
Aku tersenyum melihatnya. Dia ikutan meeting juga? Bukannya dia dari team General Services? Hmmmm.. mungkin Jeremy diminta untuk menggantikan bosnya meeting di sini.
"Sebelum meeting progress hari ini, saya mau mengucapkan selamat datang buat Miranda di keluarga besar PT JTM Bersaudara," kata Jeremy dengan senyum yang menggoda iman. Semua orang bertepuk tangan dan aku hanya tersenyum sambil mengucap terima kasih.
"Baiklah, kita akan mulai meeting hari ini, untuk membahas family gathering sehubungan dengan ulang tahun perusahaan yang semakin dekat. Ada yang punya ide?" Jeremy bertanya dengan charmingnya.
Aku menatapnya heran. Tunggu, kenapa dia yang tanya? Kenapa semua orang menatapnya segan? Begitu banyak tanda tanya yang menggantung dipikiranku. Hingga meeting tentang Family Gathering ini berakhir. Aku menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
Mba Destia mencatat semua yang kami bahas lalu mengetiknya dengan cepat dan mencetaknya untuk diajukan ke Board of Director.
"Mir, mintain tanda tangan Pak Jer dong ... aku kebelet nih," kata Mba Destia sambil berlari.
Aku berjalan menuju sebuah ruangan dekat dengan kubikelku. Dia disana menatap lekat laptop dihadapannya. Kacamata antiradiasi bertengger di hidungnya.
Aku mengetuk pintu pelan sebelum masuk keruangannya meskipun ruangan itu tidak tertutup rapat.
"Masuk Mir," kata Jeremy begitu melihatku.
Aku masuk dan berdiri dihadapannya.
"Ini hasil rapat tadi Je ... eh Pak," kataku pelan.
"Mir, kamu ga papa?" Tanya Jeremy ketika mendapati aku masih berdiri dengan kedua tanganku meremas ujung kemeja yang kukenakan.
Aku menggeleng pelan. Senyum getir terlukis jelas diwajahku. Jeremy berdiri dan menuntunku menuju sofa.
Jeremy menggenggam tanganku. Seakan ia tau kekhawatiran apa yang mendera jiwaku.
"Mir ... kamu marah sama aku?"
"Kenapa kamu eh Bapak ga bilang kalau atasanku?" Kataku pelan. Aku menengadah. Menyapu pandangan ke segala arah. Mengcopy setiap detail ruang kerja Jeremy yang nampak Manly sekali.
"Mir ... kalau aku bilang kamu bakal jadi satu team sama aku, kira-kira kamu bakal nolak atau enggak?"
Jeremy menarik nafas panjang tanpa melepaskan tangannya. Ia melanjutkan perkataannya.
"Awalnya aku ragu kamu bisa masuk di team HR, tapi Destia bilang, kamu cepat belajar jadi aku mempertimbangkan untuk menerimamu di sini."
"Apa kamu yang merekomendasikan aku ke Pak Owner?" Pertanyaan yang selama ini mengganjal dihatiku keluar juga.
"Bukan aku Mir," Jeremy melepaskan tangannya. Aku diam.
"Lalu siapa?" Tanyaku dingin. Aku benci seperti ini. Kata-kata pegawai yang kudengar di toilet dan bisik-bisik yang terjadi di lift kembali menggema di telingaku. Berputar-putar membentuk lingkaran setan yang seakan tak berujung.
"Mira ..."
Semakin aku berusaha mengenyahkan kata-kata itu semakin terasa nyata mereka berbicara dihadapanku.
"Miranda."
Aku memegang kepalaku yang terasa sakit. Kalau begini, semua rasa sakit yang menderaku sejak kecil kembali menyala dalam memori jiwaku.
"Miranda, kamu gapapa?"
Tanganku dingin. Kurasakan Jeremy memelukku kuat. Dadanya yang bidang terasa hangat.
"Pak, ada yang bisa saya ban-tu?" Tanya Mba Destia yang hendak masuk tetapi malah mematung di depan pintu. Ia terlihat panik dan terkejut melihat adegan yang baru saja ia lihat.
"Miranda, kamu pucat banget, kamu gapapa?" Tanya Mba Destia setelah menguasai dirinya. Mba Destia mendekatiku yang masih berada di dalam pelukan Jeremy.
"Tolong kamu ambilin air putih di meja saya," perintah Jeremy tak melepaskan pelukannya.
"Sama Jas saya tolong bawakan ya Des," lanjutnya lagi.
"Ini pak," kata Mba Destia menyerahkan air putih. Jeremy menerima dan membantuku minum.
"Des, tolong Jas saya selimutin ke Miranda."
Mba Destia menurut. Jeremy membaringkanku di sofa dengan lembut. Setelah itu Mba Destia meninggalkanku dan Jeremy di ruangan itu. Membiarkan aku dan Jeremy menyelesaikan permasalahan yang terlihat pelik diantara kami. Jeremy menungguiku yang perlahan tertidur. Aku lelah.
.
.
.Publish publish
Nah, sudah ketauankan si Jeremy bosnya Mira
Apakah Jeremy yang membuat Mira keterima di PT JTM?
Semuanya bakalan terungkap di episode episode selanjutnya
Jadi jangan lupa vote and koment yang banyak yaa
Oh iya terima kasih dia ranking #120 hari ini
Highest rankingnya Dia looh
Terima kasih yang mau vote and koment
Ditunggu kritik dan saran dari kalian semua buatkuSalam sayang dari aku yang lagi happy
Manda
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
ChickLitDua puluh lima! Bayangkan! Dua puluh lima surat lamaran kerja sudah Miranda layangkan ke berbagai perusahaan. Bukannya Miranda bodoh, atau kurang cantik. Ia hanya memiliki bobot diatas rata-rata gadis seumurannya. Namun hal tersebut membuat level ke...